GERJALIBIN :
1. Singkatan, Gerakan Jama’ah Lil-Muqorrobin, 2 Organisasi di dalam menjalankan dhawuh Guru, wadah aktiviti murid yang menuntut Ilmu Syaththariyah; 3) Gerakan hati nurani, roh dan rasa yang dilatih dan dididik supaya selalu bergerak menzikiri Ada dan Wujud-Nya Satu-SatuNya Zat Yang Mutlak Wujud-Nya (Isi-Nya Huw) untuk didekatkan oleh Allah SWT kepadaNya
GHAFLAH:
Lalai, tidak sedar dan tidak ingat kepada Allah
Kata Ghafala asy-sya’a wa ahmalahu adalah satu makna (hal ini jika ia melalaikan sesuatu danmelupakannya karena tiidak mengingatnya). Kata ghafala ‘anisy-syai’I ghaflatan melupakannya karena kurang mengingatkannya dan kurang sadar serta Dalam keadaan lalai .
Agfhlasy syai’a bermakna membiarkannya sia-siakan tanpa terlupakan. Tagahafala bermakna sengaja melupakan atau pura-pura lupa. Kata istaghfala bermakna menilainya lalai dan kelalainya terlihat. Mughaffal adalah orang yang tidak mempunyai kecerdasan.
Dengan
demikian, ghaflan adalah kata yang dibawahnya termasuk semua hal yang
tidak mencapai tingkat kesempurnaan karena sibuk atau menyibukkan diri deengan
apa yang lebih rendah dari itu.
Al
Qur’an membicarakan fenomena ini dalam banyak tempat seperti dalam firman Allah
S.W.T sebagai berikut: dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Allah
juga berfirman,
“. dan Sesungguhnya Kami
jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Sayyid
Quthb berkata, “Mereka tidak membuka hati mereka yang telah dianugrahkan kepada
mereka agar mereka memahami. Padahal, bukti-bukti keeimanan dan petunjuk sangat
jelas dalam wujud dan risalah-risalah yang ditangkap oleh hatiyang terbuka dan
pandangan yang tidak tertutup.
Mereka
tidak membuka mata merreka untuk melihat ayat-ayat semesta yang Allah hamparkan
dan mreka tidak membuka telingamereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang
dibacakan. Mereka telah menonaktifkan perangkat yang telah dianugrahkan kepada
mereka dan tidak menggunakannya dengan seharusnya. Sehingga, mereka hidup dalam
keadaan lalai dan tidak ber-tadabbur.
Sikap
lalai merupakan suatu perlakuan yang salah terhadap segenap potenssi dan energy
yang ada. Tentunya sikap seperti itu sama sekali tidak memberikan faedah,, malah
membahayakan dan membinasakan. Al- Qur,anil karim menegaskan rusaknya
kecenderungan seperi ini dan menamakannya sebagai kelalaian Allah swt
berrfirman,
“ Mereka hanya mengetahui yang lahir(saja) dari
kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adlah lalai”
Ia
memperhatikan urusan-urusan dunianya dengan mengalahkan akhiratnya.
GHAIB:
Sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata
kasar
1. Misteri, keghaiban atau Misteri Segala Misteri; 2. Ungkapan hadis “Tak ada sesuatu pun menyerupaiNya” mengacu kepada Al Ghayb. Inilah ketidakterbandingan-Nya yang berada diluar jangkuan visi hamba;
3. Segala sesuatu yang Allah sembunyikan dari hamba-Nya karena kondisi hamba-Nya dan bukan karena Allah. Untuk menca-pai al-ghayb sang hamba dan pecinta diperintahkan, “Tinggalkan dirimu sendiri dan datanglah!”;
4.Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat satu-satu-Nya Yang Mutlak dan Wujud-Nya, dekat sekali dalam rasa hati, selalu menyertai dan senantiasa meliputi hamba-hamba-Nya.
5. Isi-Nya Huw;
6. Isim yang mufrad dan ma’rifah. Menunjuk pada keberadaan Satu-SatuNya Dzat Yang Allah AsmaNya, mutlak wujudnya dan ma’rifah. Jelas amat sangat dekat sekali dan jelas-jelas amat sangat mudah dan indah untuk selalu diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati, apabila jihadunnafsinya menjadikan rela bertanya kepada ahlinya.
GHAIRIL MAGHDHUBI ALAIHIM WALAADHAALIM :
Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Jalan yang dimurkai adalah jalan yang iblis sebagai pemimpinnya. Hingga watak dan pandangan-pan-dangannya dengan sendirinya juga mengikut kepa-danya. Yang selalu memandang indah, baik dan be-nar berdasarkan watak akunya.
Yang dimurkai adalah mereka yang memilih jalan bukan jalan kehendakNya. Karena enggan, acuh, sombong dan angkuh. Lalu watak aku yang diko-mandoi nafsu yang berbicara, maka watak abaa wastakbaranya menjadikannya tidak mengikut jejak para malaikaNya. Yang taatnya kepada diriNya bahkan rela diperintahkan sujud taqorrub. Yakni memperlakukan diri kal-mayyiti bagai mayit dihadapan wakil Ilahi yang ada di bumi hingga sekarang ini.
Jalan mereka yang sesat adalah mereka yang telah dikunci mati atas hatinya dan pendengarannya. Penglihatannya ditutup. Karena itu mereka ini sama sekali buta dan tuli terhadap keberadaan Al HaqNya sebagaimana firmanNya dalam QS 17 ayat 72 “ dan barangsiapa yang buta (mata hatinya) di dunia ini, niscaya di akherat ia akan lebih buta dan lebih tersesat jalan (nya)”. Yakni tidak kembali pulang kepada Tuhan.
Dan yang sesat karena taghut yang jadi pilihan kenikmatan dan kesenangan. Yakni mereka yang hati, rah dan rasanya dicelupkan kedalam nafsunya. Hingga nafsu yang hakekatnya adalah dunianya manusia menjadi raja yang menguasai jagad manusia yang ada dalam dadanya. Lalu mereka menjadi orang-orang yang lebih menyukai kehi-dupan dunia. Daripada kehidupan akhirat (yang hidup langgeng dengan Tuhannya), dan mengha- lang-halangi manusia dari jalan Allah serta meng-inginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itulah yang hidupnya ada dalam kesesatan yang jauh. (FirmanNya di Surat Ibrahim ayat 3).
GHAIM:
Tertutup
GHAIBAH:
Ghaibah
adalah ketiadaan (kekosongan) hati dari ilmu yang berlaku bagi ahwal (kondisi
atau perilaku) makhluk karena (terhalang oleh) kesibukan rasa dengan “sesuatu
yang datang” (warid, kehadiran rasa alam spiritual) kepadanya. Kemudian,
keberadaan rasa terhadap diri dan lainnya menjadi ghaibah (gaib atau hilang)
sebab kehadiran warisitu yang berwujud dalam bentuk kesadaran akan ingatan
pahala dan siksa.
Diriwayatkan
bahwa ketika Rabi’bin Khaitsam berkunjung ke rumah Ibnu Mas’ud r.a. dan lewat
di depan kedai seorang pandai besi, dia melihat sepotong besi yang dibakar di
tungku ubupan besi dalam keadaan merah membara. Tiba-tiba matanya tidak kuat
memandang lalu pingsan seketika. Setelah siuman, Rabi’ ditanya, lalu menjawab,
“Sayua ingat keadaan penduduk neraka (yang sedang dibakar)di neraka”.
Sebuah
kejadian yang sangat aneh pernah menimpa Ali bin Husin. Rumah yang ditempatinya
terbakar saat dia menjalankan salat, dan dia tidak bergeming sedikitpun dari
sujudnya ketika api mulai menjalar ke tempatnya salat dan kemudian memusnahkan
rumahnya. Para tetangganya heran, lalu menanyakan keadaannya”. Api yang amat
besar sangat menggelisahkanku dari pada api ini” jawabnya.
Terkadang
kondisi ghaibah disebabkan ileh ketersingkapan sesuatu dalam dirinya dengan
Al-Haqq, kemudian keberadaannya berbeda menurut perbedaan ahwal-nya
Keadaan(hal)
yang mengawali Abu Hafsh An-Naisaburi saat meninggalkan pekerjaannya di kedai
pandai besinya dimulai dari peristiwa pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dia
dengar dari seorang qari’. Bacaan itu mempengaruhi hatinya sehingga membuatnya
lupa tentang “rasa “ saat suatu warid dating menguasai jiwanya. Kemudian
tangannya dimasukkan ke dalam api dan mengeluarkan potongan besi panas yang
sedang membara tanpa merasakan panas sedikit pun. Seorang muridnya melihatnya
dengan heran lalu berteriak, “Wahai Guru, ada apa ini?” Abu Hafsh sendiri
heran, lalu melihat apa yang terjadi. Semenjak itu, dia banggun dan
meninggalkan pekerjaannya sebagai pandai besi.
Saya
pernah mendengar Abu Nasher, seorang muazin Naisabur yang sangat saleh,
menuturkan pengalaman spiritualnya, “Saya pernah baca Al-Qur’an di majelis Abu
Ali Ad-Daqaq ketika beliau di Naisabur. Beliau banyak mengupas masalah haji
sampai fatwanya sangat mempengaruhi hati sya. Pada tahun itu juga saya
berangkat ke Mekkah utuk melaksanakan ibadah haji dan meninggalkan pekerjaan
dan semua aktivitas keduniaan. Ustadz Abu Ali sendiri, semoga Allah
merahmatinya, juga berangkat menunaikan haji pada tahun itu pula. Ketika beliau
masih tinggal di Naisabur sayalah yang melayani keperluan beliau juga
membacakan Al-Quran di majelisnya. Suatu hari saya melihat beliau di padang
sahara sedang bersuci dan lupa (meninggalkan) sebuah tempayan yang tadi di bawanya.
Lalu saya ambil dan mengantarkannya ke binatang tunggangannya dan meletakkan di
sisinya. “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas apa yang kamu bawakan
ini”, sambutnya sederhana. Kemudian beliau memandang saya cukup lama,
seakan-akan belum pernah melihat saya sama sekali.”Saya baru melihatmu,
siapakah Anda?”.
GHAIBUL GHUYUB:
Keghaiban alam dan makhluk masih boleh dijangkau oleh ilmu dan kasyaf atau
masih boleh dijangkau oleh alam perasaan. Keghaiban Allah s.w.t melepasi
kemampuan jangkauan ilmu, kasyaf dan alam perasaan. Benteng keperkasaan Allah
s.w.t menahan apa sahaja daripada menyentuh-Nya. Keghaiban yang begini
dinamakan Ghaibul Ghuyub.
GHAIBUL MUTLAK:
Sama seperti Ghaibul Ghuyub.
GHAIB AL ADAMI:
Ghaib tidak wujud
GHAIB AL MUTLAK:
Ghaib sepenuhnya, ghaib yang dihubungkan dengan Zat Allah
GHAIB AL WUJUDI:
Ghaib wujud, wujud tetapi tidak kelihatan
GHAIR(Ghayr):
Yang
asing, lain dari Allah, yang tidak wujud
GHAIRIYAT:
Adalah lawan dari ainiyyat yang merupakan hayal
atau dugaan. Ini merupakan bagian dari I’tibarat yang mewujud. Maksudnya
ghairiyat antara rabb dan ‘abd hanyalah dugaan saja dan kemudiaan diungkapkan
dalalm bentuk ibarat.
GHAIRULLAH:
Makhluk, segala sesuatu yang selain Allah
Subhanahu Wa Ta’ala
GHALABAH:
Ghalabah adalah suatu keadaan yang dialami oleh para Sufi
yang didalamnya ia tidak mampu melihat penyebabnya atau menjaga sikapnya, dan
sama sekali tidak mampu membedakan apa-apa mengenai keadaan yang menimpanya,
bahkan dia mungkin akan melakukan sesuatu yang akan menyebabkan dia tidak
diterima dengan baik oleh ereka yang tidak mengerti keadaan dirinya. Tapi kalau
ghalabah itu telah lewat maka dia akan kembali kepada keadaan dirinya yang
normal. Kekuatan-kekuatan ini mungkin merupakan rasa takut, rasa terpesona,
rasa hormat, rasa malu atau yang semacam itu.
GHALABAT:
Tidak
mempu kendali diri
GHARQ:
Ketiadaan kemampuan bernafas disebabkan dia menahannya maka dia tidak
bernafas dan tidak pula ghaib. Apabila memperoleh kekauatan, dia masuk ke dalam
Ghaybah (lenyap)
GHASYYAH:
Ketidakahadiran
hati pada apa yang datang padanya, munculnya bercampur dengan tabiat manusia,
ia tidak berlaku tereus menereus
GHAUTS:
Kata al-Ghatsu adalah
istilah yang sangat terkenal dalam kalangan kaum sufi dan para waliyullah.
Beliau merupakan tokoh utama dan
sekaligus sebagai tauladan dalam menjalankan tuntunan Islam secara syari’ah
dan hakikah serta lahiriyah dan batiniyah.
Dari
sisi ketaqwaan, Beliau adalah hamba Allah Swt yang paling taqwa pada
zamannya. Al-Ghauts sering disebut
Quthb al-Wujud, karena Beliau sebagai pusat segala wujud secara
ruhaniyah. Al-Ghauts Ra merupakan satu-satunya wakilRasulullah
Saw dalam mengemban tugas khalifah dalam alam fana ini, serta sebagai tempat tajalli-Nya yang
sempurna
Darjat kewalian yang tinggi. Juga digelar Qutb al aqtab. Orang yan
mengelolakan kehendak dan rayuan orang lain. Beliau adalah ketua aulia yang
memrintah dunia. Pangkat di bawah beliau ialah Qutb dan bilanagnnyn tidak
kurang dari empat orang pada sesuautu masa.
GHAYBAH:
Ghaybah
mempunyai arti ketiadaan. Sebuah istilah yang menunjukkan ketidaktahuan hati
manusia ihwal yang terjadi dalam berbagai situasi kemanusiaan karena segenap
panca indranya sepenuhnya disibukkan oleh berbagai pengaruh. Ghaybah
juga mengacu pada cara Kekasih menyembunyikan diri-Nya dari sang pecinta.
Ketiadaan ini dilakukan demi menanamkan pengetahuan dan mengajarkan tata karma
dalam cinta
GHAYRAH:
Al Ghayrah ertinya Kecemburuan.
Al ghayrah fi al Haqq ertinya kecemburuan demi kebenaran.
Al Ghayrah al Ilahiyyah ertinya Kecemburuan Ilahi.
GHIBAH:
1. Menggunjing; 2. Mengumpat; 3. Memfitnah; 4. Mengatakan hal-hal tentang seseorang yang tidak hadir yang akan menyedihkannya atau menjijikan bila dia mendengarnya; dan pada umumnya diang-gap merugikan (reputasi orang) dengan maksud merusak (reputasinya) dan meremehkannya; jika benar disebut ghibah jika salah disebut buhtan (mengumpat, memfitnah).
GHIRAH:
Kecemburuan beragama. Perasaan yang demikian menggerakkan
seseorang menjaga kemuliaan dan kesucian agamanya dan mempertahankannya
daripada musuh-musuh yang cuba merosakkan agamanya dan juga penganut agamanya.
Pelampau dalan golongan syiah yang percaya dengan tannasukh (penjelamaan)
GHURAIBA:
Langit yang ketujuh
GHURUR:
1 Diidentikan dengan diri bermaksud menipu diri sendidi
2 Di dalam al quran – kekayaan dan kesenangan dunia yang menipu
3 juga bererti i’jab @ berbangga kepada diri sendiri kerana merasa ada kelebihan
3 Merasa lebih daripada orang lain
GHUYUB:
1. Sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata fisik, dibangsakan gaib tetapi bukan DiriNya Illahi. 2. Makhluk Tuhan yang dibangsakan ghaib, tidak nampak oleh mata.
GNAWAH:
Sebuah perhimpunan muzik jalanan dengan corak keagamaan di Moroko
Tiada ulasan:
Catat Ulasan