Jika kita membaca hadits Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam tentang
penghuni neraka, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan
kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang
menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni Surga, diantaranya:
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat
yang panjang, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka,
seraya bersabda:
“ … Dan aku melihat neraka maka tidak
pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan
penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya :“Mengapa (demikian)
wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi
wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah
mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab :“Mereka kufur terhadap suami-suami
mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik
kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia
melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata :
‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no.
1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum
Muslimin, yakni seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya
selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok
dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh
hujan sehari. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur
terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan
sang suami karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
“Allah tidak akan melihat kepada
wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.” (HR.
Nasa’i di dalam Al Kubra (9086) dan Al Bazzar dalam musnadnya (2349) dari
Abdullah bin ‘Amr). Di shohihkan oleh syekh Al Bani (no. 289).
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang
menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak
sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri
kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan
banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita
yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka
walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.
Cukup kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para
shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam
mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya, agar mereka
tergolong kedalam orang orang yang mensyukuri Allah Ta'ala, sebagaimana yang di
jelaskan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dalam sabda beliau:
"Tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada
manusia"
2. Durhaka Terhadap Suami (النشوز)
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya
berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan
masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
Durhaka dengan ucapan.
Durhaka dengan perbuatan.
Durhaka dengan ucapan dan
perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap
baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah
sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau
ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau
lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang
istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah
terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan
perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa
sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan
tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya
sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila
seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i.
Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal
dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan
istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami.
Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya
berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang
dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang
syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud, no. 2228, dan
Ibnu Majah, no. 2055). Di shohihkan oleh syekh Al Bani dalam "shohih sunan
abu daud" (no. 1928).
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal
perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual
suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika
hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya
dan yang semisal dengan itu.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Apabila suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima') lalu ia
tidak memenuhi maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh". Dalam
riwayat : "lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat
akan melaknatnya sampai subuh". Dalam riwayat lain: "Apabila istri
diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang
di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya".
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa
izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang
demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i.
Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan)
bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa
yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan
pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh
mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau
mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu,
melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti
shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Tidak boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari
akhirat berpuasa (sunat) sedang suminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan
tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan
izinnya".
Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut
adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri
maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya.
(Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman
23-25 dengan beberapa tambahan).
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih
memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita
yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan
kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi
dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan
yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran
iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah
sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya. Ketahuilah pula bahwa
jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia
yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"(Jalan ke) Syurga dipenuhi dengan rintangan rintangan dan (jalan
ke) neraka di penuhi dengan syahawat". (H. R Muslim, no. 7308, dari Anas
Bin Malik –radhiyallahu 'anhu-).
Dan ketahuilah bahwa suamimu wahai saudariku Muslimah adalah syurgamu
atau nerakamu, jika kamu mentaatinya balasanmu adalah syurga, akan tetapi
sebaliknya jika kamu mendurhakainya maka nerakalah balasannya, sebagaimana
dalam hadits:
"Abdullah Bin Mihshan mengabarkan dari bibinya, bahwasanya ia masuk
menemui Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berdiri (pergi)
untuk sebagian keperluannya, lalu ia memenuhi kebutuhannya, dan beliau bertanya
kepadanya: apakah kamu mempunyai suami? Ia menjawab: Ya, beliau bertanya:
bagaimana (sikap/layanan) kamu kepadanya, ia menjawab: Saya tidak membiarkannya
(selalu memperhatikannya) kecuali jika saya tidak mampu, maka Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "perhatikanlah sikapmu (layananmu)
kepadanya, sesungguh ia adalah syurgamu dan nerakamu").
Maksudnya adalah: ia (suami) adalah penyebab istri masuk syurga dengan
keridhaannya, dan juga penyebab istri masuk neraka dengan kemurkaannya, maka
hendaklah para istri bermu'amalah baik dan memberikan layanan yang terbaik dan
tidak menyelisihi perintahnya selagi dalam keta'atan kepada Allah.
Dalam hadits Rasulullah –shalallahu'alahi wasallam- bersabda:
"Jika aku menyuruh seorang sujud kepda seseorang tentu akan akau
suruh istri sujud kepada suaminya".
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan
meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia
lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati
perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang
ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan
perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk
ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil
Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan
minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
bersabda :
“Dua golongan dari penghuni nereka yang tidak (pernah) aku lihat: suatu
kaum yang memiliki cambuk (cemeti) seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk
memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka
telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka (karena sombong dan berpaling
dari ketaatan kepada Allah dan suaminya), kepala mereka seakan-akan seperti
punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga
padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR.
Muslim, no. 5704 ).
Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah mengomentari hadits diatas seraya berkata:
“Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang
memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka
mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada
hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka,
padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya :
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka kecuali yang
tampak darinya.” (An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman
131 : “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah
menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup
muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya
jika mereka keluar rumah … .”
Dan ini adalah termasuk dosa besar sebagaiamana yang di sebutkan oleh
Ibnu Hajar AL Haitami dalam kitabnya (Az zawajir 'anil iqtiraafil kabaair),
dosa besar no. 108.
Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung
menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya
tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh
sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al
Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan
di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling
ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia
yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya
disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya
dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya
demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang
dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak
mendapatkan wanginya Surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum
pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan
menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini
terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil
perbuatan mereka sendiri. Oleh karenanya Allah menyuruh mereka untuk menetap
dirumah dan melarang bertabarruj, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan tinggallah kalian di
rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya
orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi
mayoritas penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja
karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan
masyarakat negeri kita ini.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan