KITAB
RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)
IMAM NAWAWI
Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah ada di antara
engkau semua itu suatu ummat -golongan - yang mengajak kepada kebaikan,
memerintah dengan kebagusan serta melarang dari kemungkaran. Mereka itulah
orangorang yang berbahagia." (ali-lmran: 104)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adalah engkau sekalian itu
sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau semua
memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (ali-lmran: 110)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Berikanlah pengampunan,
perintahtah dengan kebaikan dan janganlah menghiraukan pada orang-orang yang
bodoh." (al-A'raf: 199)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Orang-orang mu'min lelaki dan
orang-orang mu'min perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengabnya,
karena mereka memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran."(at-Taubah: 71)
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang kafir dari kaum
Bani Israil itu terkena laknat dari lidah Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Hal
itu disebabkan karena mereka durhaka dan melanggar aturan. Mereka tidak saling larang-melarang
kemungkaran yang mereka kerjakan, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan
itu." (al-Maidah: 78-79)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan katakanlah: Kebenaran itu
datangnya ,dari Tuhanmu semua. Maka barangsiapa yangsuka, maka baiklah ia
beriman dan barangsiapa yang suka maka baiklah ia menjadi kafir." (al-Kahf: 29)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Maka laksanakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu." (al-Hijr: 94)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami menyelamatkan orang-orang
yang melarang dari keburukan dan Kami meneterapkan hukuman kepada orang-orang
yang menganiaya dengan siksaan yang pedih dengan sebab mereka berbuat
kefasikan." (al-A'raf: 165)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali
serta dapat dimaklumi.
Adapun Hadis-hadisnya
ialah:
185. Pertama: Dari Abu Said al-Khudri
r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa di antara engkau semua
melihat sesuatu kemunkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya,
jikalau tidak dapat - dengan atau kekuasaannya, maka dengan lisannya -dengan
jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi -dan jikalau tidak dapat juga - dengan
lisannya, maka dengan hatinya - maksudnya hatinya mengingkari serta tidak
menyetujui perbuatan itu. Yang sedemikian itu - yakni dengan hati saja - adalah
selemah-lemahnya keimanan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Kemunkaran itu jangan didiamkan saja
merajalela. Bila kuasa harus diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti
kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup, maka dengan Iisan
(dengan nasihat peringatan atau perkataan yang sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau
masih juga tidak sanggup, maka cukuplah bahwa hati kita tidak ikut-ikut
menyetujui adanya kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu
tanda bahwa iman kita sangat lemah sekali. Karena dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, sedang
dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat
umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadijadi.
186. Kedua: Dari Ibnu Mas'ud r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang nabipun yang diutus
oleh Allah sebelumku -Muhammad s.a.w., melainkan ia mempunyai beberapa orang
hawari - penolong atau pengikut setia – dari kalangan ummatnya, juga beberapa
sahabat,yang mengambil teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya
sesudah mereka ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka
mengatakan apa yang tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka
tidak diperintahkan.
Maka barangsiapa yang berjuang melawan
mereka itu - yakni para penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini
-dengan tangan - atau kekuasaannya, maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa
yang berjuang melawan mereka dengan lisannya, iapun
seorang mu'min dan barangsiapa yang
berjuang melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau
semua itu tidak - dengan tangan, Iisan dan hati, maka tiada keimanan samasekali
sekalipun hanya sebiji sawi." (Riwayat Muslim)
187. Ketiga: Dari Abulwalid, yaitu 'Ubadah
bin as-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. membai'at kepada kita
semua untuk tetap mendengar - patuh - serta taat, baik dalam keadaan sukar
ataupun mudah, juga dalam keadaan lapang dan payah - tertekan, juga agar kita semua lebih mengutamakan kepentingan
orang lain daripada diri sendiri. Selain itu pula supaya kita semua tidak
mencabut sesuatu perkara -jabatan -dari orang yang memegangnya, kecuali jikalau
engkau semua melihat orang itu masuk dalam kekafiran yang nyata, yang bagimu
ada bukti dari Allah dalam perkara kekafirannya tadi. Dibai'at pula agar kita
semua berkata dengan hak - kebenaran - di mana saja kita berada, tidak perlu
takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela."
(Muttafaq 'alaih)
188. Keempat: Dari Annu'man bin Basyir
radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w.bersabda:
"Perumpamaan orang yang berdiri tegak
- untuk menentang orang-orang yang melanggar - pada had-had Allah - yakni
apa-apa yang dilarang olehNya - dan orang yang menjerumuskan diri di dalam
had-had Allah - yakni senantiasa melanggar laranganlaranganNya - adalah sebagai perumpamaan sesuatu kaum
yang berserikat - yakni bersamasama - ada dalam sebuah kapal, maka yang
sebagian dari mereka itu ada di bagian atas kapal,sedang sebagian lainnya ada
di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bagian
bawah kapal itu apabila hendak mengambil
air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya - maksudnya naik keatas
dan oleh sebab hal itu dianggap sukar, maka mereka berkata: "Bagaimanakah
andaikata kita membuat lobang saja di bagian bawah kita ini, suatu lobang itu tentunya tidak mengganggu orang
yang ada di atas kita." Maka jika sekiranya orang yang bagian atas itu
membiarkan saja orang yang bagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh
isi kapal akan binasa. Tetapi jikalau orang bagian atas itu mengambil tangan orang yang bagian bawah -
melarang mereka dengan kekerasan – tentulah mereka selamat dan selamat pulalah
seluruh penumpang kapal itu." (Riwayat Bukhari)
189. Kelima: Dari Ummui mu'minin yaitu
Ummu Salamah yakni Hindun binti AbuUmayyah yakni Hudzaifah radhiallahu 'anha,
dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau s.a.w.bersabda:
"Bahwasanya saja nanti itu akan
digunakanlah beberapa pemimpin negara - amir-amir,maka engkau semua akan
menyetujui mereka, karena kelakuan mereka itu sebagian ada yang sesuai dengan
syariat agama, tetapi engkau semuapun akan mengingkari mereka-sebab ada pula kelakuan-kelakuan mereka yang
melanggar syariat agama.
Maka barangsiapa yang benci - dengan
hatinya, ia terlepaslah dari dosa, jugabarangsiapa yang mengingkari, iapun
selamat - dari siksa akhirat. Tetapi barangsiapa yang ridha serta mengikuti
-pemimpin-pemimpin di atas, itulah yang bermaksiat."
Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, apakah tidak perlu kita memerangi mereka itu?" Beliau s.a.w.
bersabda: "Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat bersamamu semua."
(Riwayat Muslim)
Maknanya ialah bahwa barangsiapa yang
membenci kepada pemimpin-pemimpin yang suka melanggar syariat agama itu dengan
hatinya, karena tidak kuasa mengingkari mereka dengan tangan atau lisannya,
maka ia telah terlepas dari dosa dan ia telah pula menunaikan tugasnya. Juga barangsiapa yang
mengingkari dengan sekedar kekuatannya, iapun selamat dari kemaksiatan ini.
Tetapi barangsiapa yang ridha dengan kelakuankelakuan mereka serta mengikuti
jejak mereka, maka itulah orang yang bermaksiat.
190. Keenam: Dari Ummul mu'minin yakni
Ummulhakam, yaitu Zainab binti Jahsyradhiallahu 'anha, bahwasanya Rasulullah
s.a.w. masuk dalam rumahnya dengan rasa ketakutan. Beliau s.a.w. mengucapkan:
"La ilaha illallah, celaka bagi
bangsa Arab, karena adanya keburukan yang telah dekat.
Hari itu telah terbuka tabir Ya'juj dan
Ma'juj 15, seperti ini,"
dan beliau s.a.w. mengolongkan kedua jarinya sebagai bulatan, yakni ibu jari
dan jari sebelahnya - jari telunjuk. Saya - Zainab lalu berkata: "Ya Rasulullah,
apakah kita akan binasa, sedangkan di kalangan kita masih ada orang-orang yang
shalih?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya jikalau keburukan itu telah
banyak." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
15 Ya'juj dan Ma'juj
adalah dua bangsa yang dahulu banyak membuai kerusakan di atas bumi, lalu batas
daerah kediaman mereka ilu ditutup dengan cor-coran besi bercampur tembaga,
sehingga mereka tidak dapat keluar dari situ,sebab tembok besi bercampur
tembaga tadi amat tebal dan licinnya, pula sangat linggi. Nanti apabila sudah
dekat sekali tibanya hari kiamat kedua bangsa itu akan dapat keluar, sebab
temboknya pecah-pecah dan hancur. Keluarnya kedua bangsa itu merupakan alamat
besar bahwa hari kiamat sudah dekat sekali tibanya.
Hadis ini menunjukkan bahwa manakala di
dalam suatu tempat atau negeri sudah terlampau banyak keburukan, kemungkaran,
kefasikan dan kecurangan, maka kebinasaan dan kerusakan akan merata di daerah
itu dan tidak hanya mengenai orang jahat-jahat saja,
tetapi orang-orang shalih tidak akan dapat
menghindarkan diri dari azab Allah itu, sekalipun jumlah mereka itu cukup
banyak.
Oleh sebab itu segala macam kemaksiatan
dan kemungkaran hendaklah segera dibasmi dan segala keburukan segera
dimusnahkan, agar jangan sampai terjadi malapetakasebagaimana yang diuraikan di
atas.
191. Ketujuh: Dari Abu Said al-Khudri r.a.
dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Hindarilah olehmu semua duduk-duduk di
jalan-jalanan." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak
dapat meninggalkan duduk-duduk kita, sebab kita semua bercakap-cakap di
situ."
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda;
"Jikalau engkau semua enggan, melainkan tetap ingin duduk-duduk di situ,
maka berikanlah jalan itu haknya." Mereka bertanya: "Apakah haknya jalan
itu,ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu memejamkan mata,
menahan diri membuat sesuatu yang berbahaya, menjawab
salam, memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran."
(Muttafaq 'alaih)
192. Kedelapan: Dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhuma bahwa-sanya Rasulullah s.a.w.melihat seutas cincin pada
jari seseorang, kemudian beliau melepaskannya lalu meletakkannya dan bersabda:
"Seseorang dari engkau semua sengaja menuju kepada bara api dari neraka,
maka ia menjadikannya dalam tangannya."
Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi,
kepada orang yang memiliki cincin itu dikatakan: "Ambillah cincinmu.
Manfaatkanlah ia - untuk keperluan lain." Orang itu menjawab: "Tidak,
demi Allah, saya tidak akan mengambil cincin ini selama-lamanya.
Bukankah ia telah diletakkan oleh
Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)
193. Kesembilan: Dari Abu Said al-Hasan
al-Bishri bahwasanya 'Aidz bin 'Amr r.amasuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad
lalu berkata: "Hai anakku, saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruk penggembala ialah orang yang tidak belas kasihan - pada
gembalanya," maka janganlah engkau termasuk golongan penggembala yang
semacam itu." 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Duduklah, karena hanyasanya
engkau itu adalah termasuk antah dari golongan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - maksudnya bukan termasuk sahabat
pilihan atau yang utama, 'Aidz bin 'Amr menjawab: "Apakah di kalangan
sahabat-sahabat ada yang termasuk golongan antah? Yang termasuk antah ialah
orang-orang yang datang sesudah sahabat-sahabat beliau s.a.w. itu atau
yang memang bukan sahabat." (Riwayat
Muslim)
Keterangan:
Huthamah, artinya manusia yang bersikap keras kepala
gembalanya, baik cara menggiringnya ke ladang yakni tempat penggembalaan, dalam
cara memberikan makanan dan minuman dan lain-lain lagi,sehingga yang
digembalakan itu terdesak-desak antara yang satu dengan yang lain. Juga sering kali ia
memukulnya sehingga menyakitkan sekali.
Hadis di atas bukan hanya khusus untuk
penggembala ternak saja, tetapi juga penggembala rakyat, yakni para penguasa
yang memimpin negara, para majikan terhadap kaum buruhnya, komandan terhadap
pasukannya, guru terhadap muridnya dan lain-lain sebagainya. Semua itu diperintahkan oleh
agama Islam agar bersikap sebagai kedua orang tua yang amat kasih sayang kepada
anaknya.
194. Kesepuluh: Dari Hudzaifah r.a. dari
Nabi s.a.w. sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah
engkau semua memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran atau
kalau tidak, maka hampir-hampir saja Allah akan menurunkan siksa kepadamu
semua, kemudian engkau semua berdoa kepadaNya, tetapi tidak akan dikabulkan
untukmu semua doa itu." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan.
195. Kesebelas: Dari Abu Said al-Khudri
r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Seutama-utamanya jihad ialah
mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan seorang sultan - pemegang
kekuasaan negara yang menyeleweng."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahwaini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Sebabnya berkata adil dan hak (benar)
kepada sultan (penguasa negara) yang curang itu dianggap jihad atau perjuangan
yang paling utama, karena memang jarang sekali yang berani melaksanakan, sebab
takut balas dendamnya.
Yang dimaksudkan kalimat adil dan hak itu
seperti menasihati jikalau sultan atau penguasa itu bertindak sewenang-wenang,
menyeleweng dari tuntunan yang benar atau ia sendiri berbuat kemaksiatan dan
kemungkaran.
Juga termasuk di dalamnya apabila orang
bawahan sultan atau penguasa tadi memberikan laporan, artinya apa yang
dilaporkan itu wajiblah menurut kenyataan. Rakyat miskin jangan dilaporkan makmur,
ummat mengeluh jangan dilaporkan gembira, hasil
tanaman rusak jangan dilaporkan memuaskan
dan sebagainya.
Jikalau semua itu dilaksanakan baik-baik,
maka berartilah bahwa orang yang suka melakukannya tersebut telah menunaikan
jihad atau perjuangan yang seutama-utamanya.
196. Keduabelas: Dari Abu Abdillah, yaitu
Thariq bin Syihab al-Bajali al-Ahmasi r.a.bahwasanya ada seorang lelaki
bertanya kepada Nabi s.a.w. dan ia telah meletakkan kakinya pada sanggur di -
tempat berpijak pada kendaraan unta atau lain-lain yang terbuat dari kulit
atau kayu, katanya: "Manakah jihad
itu yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu mengucapkan
kata-kata yang hak di hadapan sultan yang menyeleweng." Diriwayatkan oleh Nasa'i
dengan isnad shahih.
197. Ketigabelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a.
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama kali cela yang
mengenai kaum Bani Isratl ialah bahwasanya ada seorang lelaki yang bertemu
dengari lelaki lainnya, kemudian orang tadi berkata kepada kawannya:
"Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan,
sebab hal itu tidak halal untukmu." Kemudian orang itu menemui kawannya
pada esok harinya, sedang kawannya itu masih mengerjakan sebagaimana keadaannya
kemarin, tetapi
perbuatannya yang sedemikian itu tidak
menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya makan, minum dan duduk
bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan yang seperti tadi, Allah
lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka kepada setengahnya, kemudian beliau
mengucapkan ayat - yang artinya: "Orang-orang kafirdari kaum Bani Israil
itu dilaknat atas lisannya Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan (78). Mereka tidak saling
larang-melarang pada kemungkaran yang mereka kerjakan, alangkah buruknya apa yang
mereka lakukan itu (79). Engkau melihat kebanyakan mereka itu mengambil
orangorang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu untuk diri mereka 16, sehingga firmanNya:
"Kebanyakan
mereka adalah orang-orangfasik." (al-Maidah: 78-81)
Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Jangan demikian, demi Allah,
niscayalah engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan, melarang dari
kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim – yakni menghentikan
kezalimannya - serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya,
juga membasmi tindakannya kepada yang hak
saja dengan pembatasan yang sesungguhsungguhnya.
Atau jikalau semua itu tidak dilakukan,
maka niscayalah Allah akan
memukulkan - membencikan - hati setengahmu
terhadap setengahnya kemudian melaknati -mengutuk - engkau semua sebagaimana
Dia mengutuk mereka - Bani Israil." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalahHadis hasan. Ini adalah menurut
lafaznya Imam 'Abu Dawud.
Adapun lafaznya Imam Termidzi ialah:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika
kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, lalu alim ulama
mereka itupun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan perbuatan
mereka itu. Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk, makan dan minumnya - sebagai
menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu.
Karena itu Allah lalu memukulkan -
membencikan - hati setengah mereka terhadap setengahnya serta melaknat mereka
atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yangsedemikian itu adalah karena
mereka telah melanggar aturan."
Kemudian Rasulullah s.a.w. duduk dan
sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan sabdanya: "Jangan
demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya. Laknat itu
pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orangorang yang berbuat kemungkaran itu kepada
kebenaran yang sesungguh-sungguhnya."
198. Keempatbelas: Dari Abu Bakar
as-Shiddiq r.a. katanya: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua
tentu membaca ayat ini - yang artinya: "Hai sekalian orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu sendiri, tidaklah akan membikin bahaya kepadamu semua
orang yangsesat itu, jikalau engkau telah memperoleh petunjuk." (al-Maidah: 105),
tetapi sesungguhnya saya juga mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
16 Sampai kata-kata
"diri mereka" itu belum selesai ayat 80 dari surah al-Maidah.
Lanjutan ialah: Allah memurkai mereka dan mereka pasti kekal dalam siksaan
(80). Jikalau mereka beriman kepada Allah, kepada
Nabi dan apa-apa yang
diwahyukan padanya, lentulah mereka tidak mengambil orang-orang kafir itu
menjadi pemimpin. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (kurang
sempurna akalnya)"
"Sesungguhnya para manusia itu
apabila melihat orang yang zalim, lalu tidakmengambil atas kedua tangannya —
tidak menghentik perbuatannya 17, maka hampir saja Allah akan meratakan terhadap
seluruh manusia tadi dengan menurunkan siksaNya."
Diriwayatkan oleh Imam-Imam Abu Dawud,
Termidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad yang shahih.
17 Yakni mencegahnya
dari penganiayaan yang dilakukan baik dengan tangan atau kekuasaan, dengan
lisan atau nasihat atau pun dengan mengingkari dalam hati, maka dengan cepat
atau lambat, Allah akan
menurunkan siksanya.
Siksa itu akan dijatuhkan kepada orang yang alim, sebab kezalimannya, juga
kepada orang-orang lain yang tidak ikut melakukan kezaliman, sebab mereka
berdiam saja, padahal dapat mencegah atau kuasa menghentikan perilaku si zalim
tadi, tetapi berhubung pertimbangan ini atau itu, ia enggan melarangnya,
misalnya karena takut hilang kedudukannya dan lain-lain.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan