KITAB
RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)
IMAM NAWAWI
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang beriman itu
berkata: "Ya Tuhan kita, karuniakanlah kepada kita, isteriisteridan
keturunan kita menjadi cahaya mata - menggembirakan hati - danjadikanlah kita
pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa." (al-Furqan: 74)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami menjadikan mereka
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk – ummat manusia - dengan
perintah Kami." (al-Anbiya': 73)
Hadis-hadis ialah
172. Dari Abu 'Amr yaitu Jarir bin
Abdullah r.a., katanya: "Kita pernah berada di sisi Rasulullah s.a.w. pada
tengah siang hari. Kemudian datanglah kepada beliau itu suatu kaum yang
telanjang, mengenakan pakaian bulu harimau - bergaris-garis lurik-lurik-atau
mengenakan baju kurung, sambil menyandang
pedang, umumnya mereka itu dari suku Mudhar, atau memang semuanya dari Mudhar,
maka berubahlah wajah Rasulullah s.a.w.karena melihat mereka yang dalam keadaan
miskin itu. Kemudian beliau masuk - rumahnya,
lalu keluar lagi, terus menyuruh Bilal
untuk berazan. Selanjutnya Bilal berazan dan beriqamat lalu bersembahyang,
kemudian beliau berkhutbah. Beliau s.a.w. mengucapkan ayat – yang artinya:
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah engkau semua kepada Tuhanmu yang
menjadikan engkau semua dari satu diri -
Adam," sampai ke akhir ayat yaitu - yang artinya:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Penjaga
bagimu semua." (an-Nisa': 1).
Beliau membacakanpula ayat yang dalam
surat al-Hasyr - yang artinya: "Hai sekalian orang-orang yang
beriman,bertaqwalah engkau semua kepada Allah dan hendaklah seseorang itu
memeriksa apa yang akan dikirimkannya untuk hari esoknya."
Disaat itu ada orang yang bersedekah
dengan dinarnya, dengan dirhamnya, dengan bajunya, dengan sha' gandumnya, juga
dengan sha' kurmanya, sampai-sampai beliau bersabda: "Sekalipun hanya
dengan potongan kurma - juga baik." Selanjutnya ada pula orang
dari kaum Anshar yang datang dengan suatu
wadah yang tapak tangannya hampir-hampir tidak kuasa mengangkatnya, bahkan
sudah tidak kuat. Selanjutnya beruntun-runtunlah para manusia itu memberikan
sedekahnya masing-masing, sehingga saya dapat melihat ada dua tumpukan dari
makanan dan pakaian, sampai-sampai saya melihat pula wajah Rasulullah s.a.w.
berseri-seri, seolah-olah wajah beliau itu bercahaya bersih sekali. Kemudian
beliau bersabda:
"Barangsiapa yang memulai membuat
sunnah dalam Islam berupa amalan yang baik,maka ia memperoleh pahalanya diri
sendiri dan juga pahala orang yang mengerjakan itu sesudah -sepeninggalnya -
tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang
mencontohnya itu. Dan barangsiapa yang
memulai membuat sunnah dalam Islam berupa amalan yang buruk, maka ia memperoleh
dosanya diri sendiri dan juga dosa orang yang mengerjakan itu sesudahnya -
sepeninggalnya - tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang
mencontohnya itu." (Riwayat Muslim)
Sabda Nabi s.a.w. Mujtabin nimar, yaitu dengan jim dan
sesudah alif ada ba' bertitik satu. Annimar adalah jama'nya Namirah (Jadi Namirah itu mufrad), artinya pakaian
dari bulu yang bergaris-garis (bagaikan macan lurik), sedang makna Mujtabiha ialah me-ngenakannya sesudah
melobangi di bagian kepala orang-orang yang memakainya. Ini berasal dari kata Aljaub,artinya memotong,
sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Dan kaum Tsamud yang memahat
dan memotong (menembus) batu-batu besar di lembah (tanah rendah)."
Sabda beliau s.a.w. Tama'-'ara, dengan 'ain muhmaiah,
artinya berubah (wajah serta sikapnya).
Adapun kata Rawi (yang meriwayatkan Hadis
ini): Ra-aitu
kaumaini, boleh
difathahkan kafnya dan boleh pula
didhammahkan, artinya "Saya melihat dua buah tumpukan atau dua buah
gundukan."
Sabda Nabi s.a.w.: Ka-annabu
mudzhabah, itu dengan
menggunakan dzal mu'jamah dan fathahnya ha' serta ba' muwahhadah. Demikianlah
yang dikatakan oleh al-Qadhi 'lyadh dan lain-lain. Tetapi sebagian alim-ulama
ada yang menulisnya lalu diucapkan Mud-hanah
dengan menggunakan dal muhmaiah dan
dhammahnya ha' serta nun. Demikian ini yang dibenarkan oleh al-Humaidi. Tetapi
yang shahih serta masyhur ialah yang pertama. Adapun artinya menurut kedua
macam itu sama saja yakni bersih serta bercahaya.
173. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi
s.a.w. bersabda: "Tiada seseorangpun yang dibunuh secara penganiayaan,
melainkan atas anak Adam - manusia yang pertama melakukannya itu -mempunyai
tanggungan dari darahnya-semua jiwa yang terbunuh secara
penganiayaan, sebab sesungguhnya ia adalah
pertama-tama orang yang memulai membuat sunnah membunuh - yang dimaksudkan
ialah Qabil putera Nabiullah Adam a.s. yang membunuh saudaranya yakni
Habil." (Muttafaq 'alaih)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan