KARYA BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM KITAB
INDUK “RISALAH NUR”
Risalah
Minhaj As-Sunnah (Konsep Sunnah)
•Catatan Pertama: Kebaikan dan kasih
sayang RasulullahSAW. terhadap umatnya
•Catatan
Kedua: Keharmonisan antara tugas kerasulanSAW. dengan persoalan-persoalan
sekunder
•Catatan
Ketiga: Tafsir Firman Allah, “kecuali kasih sayang
terhadap
keluarga”
•Catatan
Keempat: Kekhalifahan, antara Ahlu Sunnah Waal-Jamaah dan Syiah
MESKIPUN
persoalan imamah merupakan persoalan yangbersifat furu(cabang) namun karena
sering menjadi perhatian, iakemudian dimasukkan ke dalam salah satu kajian
keimanan dalambuku-buku ilmu kalam dan ushuluddin. Dari sisi ini ia
memilikikorelasi dengan tugas pokok kita untuk mengabdikan diri pada al-Quran
dan masalah iman. Karena itu, di sini saya juga sedikit
membahasnya.
Sungguh
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummusendiri. la merasa sakit dengan
penderitaanmu, begitu perhatianterhadapmu, serta amat kasih dan sayang terhadap
orang-orangmukmin. Jika mereka berpaling, katakanlah, Cukuplah Allahbagiku.
Tidak ada Tuhan selain-Nya. Hanya kepada-Nya akubertawakkal. Dia adalah Tuhan
Pemilik arasy yang agung.
(At-Taubah
[9]: 128-129)
Katakanlah:
Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atasseruanku kecuali kasih sayang
dalam kekeluargaan . (Asy-Syura [42]:23)
Kami akan
menunjukkan sejumlah hakikat agung yangtersimpul dalam ayat-ayat mulia di atas
dalam dua bagian.
A. BAHAGIAN KESATU
Bahagian ini
memuat empat catatan:
1. Catatan Pertama
Ayat di atas
menggambarkan sifat Rasul SAW. yang begitupengasih dan penyayang terhadap
umatnya. Ya, memang adabeberapa riwayat sahih yang menjelaskan sifat kasih
sayang beliau
yang
sempurna terhadap umatnya. Contohnya adalah pada saatseluruh manusia
dibangkitkan nanti, ketika itu beliau menyerudengan berkata, “Umatku, umatku”
Padahal di
saat tersebut setiaporang, bahkan para nabi sekalipun, menyeru dengan
ungkapan,“Diriku, diriku”.
Mereka
mengucapkan hal tersebut karena situasiyang mencekam dan menakutkan. Dalam
riwayat lain, di saatkelahirannya, ibu beliau juga mendengar beliau
mengucapkan,“Umatku, umatku”. Riwayat ini dibenarkan oleh para waliyullahyang
telah mencapai tingkat kasyaf.
Demikianlah,
keseluruhanperjalanan hidup beliau yang harum semerbak yang memancarkan keluhuran
akhlak bermahkotakan kasih sayang menjelaskan kepadakita tentang kecintaan dan
kasih sayang beliau yang sangatsempurna. Selain itu, beliau memperlihatkan rasa
cinta yang begitubesar tadi dengan menampakkan rasa butuh beliau yang
takterhingga terhadap kiriman salawat dari umatnya. Salawat
tersebutmenggambarkan sebegitu besar ikatan kasih beliau terhadap merekasemua.
Maka itu,
sikap berpaling dari sunnah beliau yang mulia betul-betul merupakan satu bentuk
kekufuran yang sangat besar, bahkanhal itu menjadi indikasi atas matinya hati
nurani seseorang.
2. Catatan Kedua
Rasul SAW.
telah memperlihatkan rasa cintanya yang besarterhadap sesuatu yang remeh dan
bersifat khusus, padahal misikenabian yang beliau bawa bersifat umum dan
komprehensif. Secaralahiriah, kelihatannya rasa cinta dan kasih sayang terhadap
sesuatuyang remeh dan bersifat khusus itu tidak sesuai dengan tugaskenabian
beliau yang agung.
Namun
sebenarnya, unsur yang kelihatannya remeh dan khusus tersebut menggambarkan
satu tepidari sebuah rangkaian yang pada masa selanjutnya akan meng-emban
seluruh misi kenabian.Contohnya adalah sikap Rasul SAW. yang menunjukkan
rasacinta dan perhatiannya yang besar kepad Imam Hasan dan Husein di saat mereka
masih muda belia bukan semata-mata karena nalurikasih sayang dan rasa cinta
yang muncul dari adanya hubungankeluarga. Akan tetapikarena keduanya (Hasan dan
Husein) merupa-kan pangkal dari rangkaian cahaya yang membawa salah satu
misikenabian beliau yang agung. Keduanya menjadi sumber dari sebuahkomunitas
agung yang mewarisi kenabian, serta menjadi cermindan teladan kenabian.Ya,
sikap Rasul SAW. yang memeluk Hasan ra. serta menciumkepalanya dengan penuh
kasih disebabkan oleh karena banyaksekali para pewaris kenabian, pembawa
syariat agung, yang berasaldari anak cucu Hasan serta bersumber dari
keturunannya yangbersinar dan penuh berkah itu. Di antara mereka adalah
SyaikhAbdul Qadir al-Jailani
Dengan
penglihatan kenabian, Rasul SAW.telah menyaksikan tugas suci yang diemban oleh
orang-orang itudi masa mendatang. Sehingga beliau menghargai dan menghormati jasa
dan pengabdian mereka. Beliau mencium kepala Hasan ra.sebagai bentuk
penghormatan dan sokongan.
Lalu, ketika
Rasul SAW. memberikan perhatian dan cinta yangbegitu mendalam terhadap Husein
ra. sebetulnya hal itu diper-untukkan bagi keturunannya. Yaitu para imam agung
yang berposisi sebagai pewaris kenabian yang hakiki seperti Zainal Abidin
danJa’far ash-Shodiq. Ya, beliau telah mencium leher Husein ra., sertabeliau
telah memperlihatkan kasih sayang dan perhatian yang besarkepadanya demi
orang-orang nurani bagaikan mahdi yang akanmeninggikan panji Islam dan
mengemban tugas kerasulan sesudah beliau.Dengan kalbu beliau yang mengetahui
hal gaib, Rasul SAW.dapat menyaksikan padang mahsyar padahal beliau masih
beradadi dunia. Beliau bisa menyaksikan surga di langit yang tinggi
sertamenyaksikan malaikat yag terdapat nun jauh di sana padahal beliauberada di
bumi. Beliau juga bisa melihat berbagai peristiwa yangtertutup tirai masa lalu
yang gelap sejak zaman Nabi Adam as.Bahkan penglihatan beliau dapat menyaksikan
Allah Taala. Denganbegitu tidak aneh kalau kemudian penglihatan beliau yang
bersinaserta mata batin beliau yang menembus masa depan bisa menyaksi-kan para
tokoh agung dan para imam pewaris kenabian yang berasaldari keturunan Hasan dan
Husein. Atas dasar itulah, beliau mencium kepala keduanya atas nama mereka
semua. Ya, dalam ciuman RasulSAW. terhadap Hasan ra. terdapat bagian besar yang
dimiliki olehSyaikh Abul Qadir al-Jailani.
3.Catatan Ketiga
Pengertian
dari firman Allah yang berbunyi, (kecuali kasih sayang terhadap keluarga),
menurut sebuah pendapatadalah dalam mengemban misi kerasulan, Nabi SAW. tidak
pernahmeminta upah dari seseorang. Yang beliau minta hanyalah kecintaanterhadap
keluarganya.Barangkali ada yang bertanya-tanya bahwa dalam pengertianayat di
atas upah diberikan atas dasar kedekatan keturunan.Sementara, ayat al-Quran
berikut ini:
Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kalian disisiAllah ialah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat [49]:
13)
Menunjukkan
bahwa tugas kerasulan terus berlangsungberdasarkan kedekatan seseorang kepada
Allah, bukan berdasarkankedekatan keturunan.Jawaban terhadap pendapat di atas
adalah sebagai berikut.
Rasul SAW.,
dengan pandangan kenabian yang menembus alamgaib, mengetahui bahwa keturunannya
akan berkedudukan sepertipohon yang bersinar terang dan besar di seluruh dunia
Islam.Mereka yang mengantarkan berbagai lapisan masyarakat muslimkepada
petunjuk dan kebaikan serta yang menjadi contoh pribadimanusia sempurna,
sebagian besarnya akan berasal dari keluargabeliau.
Beliau juga
mengetahui pengabulan doa umatnya yang terkaitdengan ahlul bait seperti
terdapat dalam tasyahhud berikut ini:YaAllah limpahkan salawat atas Muhammad
dan atas keluargaMuhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan salawatatas
Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Artinya,
sebagaimana sebagian besar para pembimbing danpemberi petunjuk atas agama
Ibrahim itu terdiri dari para nabi yangberasal dari keturunan dan keluarganya,
demikian pula para tokohahlul bait berposisi seperti para nabi Bani Israil bagi
umatMuhammad. Mereka melaksanakan tugas agung dengan mengabdikepada Islam dalam
berbagai aspek. Karena itu, Rasul SAW. diper-intahkan untuk berkata, “Katakan,
Aku tidak meminta kepadamu upah
apa pun atas
dakwahku kecuali kasih sayang terhadap keluarga”.
La meminta
kepada umat ini agar mencintai keluarga beliau (ahlul bait).Hal ini didukung
oleh beberapa riwayat lain. Nabi SAW. pernahbersabda, “Wahai manusia, aku
telahmeninggalkan untuk kaliansesuatu yang jika kalian berpegang padanya kalian
takkan tersesat.
Sebab,ahlul
bait merupakan sumber dari Sunnah Nabi yang muliasekaligus pemelihara dan pihak
pertama yang harus komitmenpadanya.Dengan demikian hakikat hadits di atas
menjadi jelas. Yaituia berisi perintah untuk mengikuti al-Quran dan as-Sunnah
yangmulia.
Jadi, yang
dimaksud dengan ahlul baitdi sini—ditinjau darisisi tugas kerasulan adalah
mengikuti sunnah Nabi SAW. Dengandemikian, orang yang meninggalkan sunnah yang
mulia sebenarnyatidak termasuk ahlul bait. Ia juga tidak termasuk pengikut
ahlulbait yang hakiki.Kemudian hikmah yang bisa dipetik dari keinginan Nabi
SAW.untuk mengumpulkan seluruh umatnya di sekitar ahlul bait adalahkarena beliau
mengetahui dengan izin Tuhan bahwa ketuunanahlul baitakan bertambah banyak
seiring perjalanan waktu, semen-tara Islam akan kembali melemah. Dengan kondisi
semacam itu,harus ada komunitas yang saling mendukung dan saling menopangdalam
jumlah dan kekuatan besar guna menjadi pusat dan sentraldunia Islam secara
moral. Rasul SAW. telah mengetahui hal itu.Maka, beliau menginginkan umatnya
berkumpul di sekitar keturunannya.Meskipun ada individu-individu dari kalangan
ahlul baityang tidak lebih unggul dari lainnya dalam masalah iman dan
keyakinan.Namun mereka adalah orang-orang yang jauh lebih dulu
tunduk,berkomitmen, dan mendukung Islam.
Sebab secara
fitrah, secara tabiat, dan keturunan, mereka memang telah loyal terhadap
Islam,Loyalitas alamiah tersebut tak pernah hilang walaupun beradadalam kondisi
lemah, tak dikenal, atau bahkan walaupun berada dalam kebatilan. Jika demikian,
bagaimana dengan loyalitasterhadap sebuah hakikat yang dimiliki oleh nenek moyang
mereka,yang demi hakikat tersebut mereka rela mengorbankan jiwanya hingga
memperoleh kemuliaan. Hakikat tersebut benar-benar15 ) berada dalam puncak kekuatan,
kemuliaan, dan di atas kebenaran.Maka, mungkinkah orang yang secara spontan
merasakan kebenaran loyalitas alamiah tersebut akan meninggalkannya?Dengan
komitmen fitri mereka yang sangat kuat terhadapIslam, ahlul baitmemandang
sebuah petunuk Islam yang sederhana sekalipun sebagai bukti yang kuat. Sebab
mereka memangtelahmemilikiloyalitas fitri terhadap Islam. Adapun orang lain,
merekabaru memberikan komitmen setelah adanya bukti yang kuat.
4. Catatan Keempat
Terkait
dengan catatan ketiga di atas ada sebuah isyaratsingkat yang mengarah pada
masalah yang sangat besar sampai-sampai ia masuk ke dalam pembahasan buku-buku
akidah dantermuat bersama pokok-pokok keimanan. la adalah masalah yangmemicu
perselisihan antara kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah.Masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
Kalangan
Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Imam Ali ra.merupakan khalifah yang keempat di
antara para Khulafa ar-Rasyidin.
Abu Bakar
ash-Shiddiq ra. lebih utama dan paling berhak terhadapkekhalifahan. Karena itu,
dialah yang pertama-tama menerimatongkat kekhalifahan.Namun menurut kalangan
Syiah, “Hak kekhalifahan tersebutberada di tangan Ali ra. Hanya saja ia
kemudian dizalimi. Ali lahyang paling utama dari semua khalifah yang ada”.
Kesimpulan darikeseluruhan argumen mereka adalah bahwa banyak sekali haditsyang
menyebutkan keutamaan Sayyidina Ali
ra. Ia
merupakanrujukan bagi sebagian besar wali dan jalan-jalan sufi sehingga
iadisebut sebagai Sultanul awliya (pemimpin para wali). Selain itu, iamemiliki
berbagai kemuliaan baik dalam hal pengetahuan, kebe-ranian, dan ibadah.
Terlebih lagi, Rasul SAW. telah memperlihatkanhubungan yang sangat kuat
dengannya dan dengan ahlul baityangberasal dari keturunannya. Semua itumenjadi
petunjuk bahwa Alira. adalah yang paling utama. Jadi, kekhalifahan merupakan
haknya,hanya saja kekhalifahan itu kemudian dirampas darinya.
Jawaban dari
pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
Pengakuan
berulang kali yang diberikan oleh Sayyidina Ali ra. Danpara
pengikutnya terhadap tiga khalifah sebelumnya, pengangkatandirinya sebagai
Syaikhul qudhot (Hakim Tertinggi)selama 20 tahunlebih, merupakan kenyataan yang
membantah klaim kalangan Syiah.Apalagi berbagai kemenangan Islam dan perjuangan
melawan paramusuh berlangsung di masa tiga khalifah sebelumnya. Sementarapada
masa kekhalifahan Ali ra. terjadi banyak fitnah. Hal ini tentujuga membantah
klaim Syiah dari sisi kekhalifahan. Artinya, klaimyang diberikan oleh kalangan
Ahlu Sunnah adalah benar.
Barangkali
ada yang berpendapat bahwa golongan Syiah(pendukung dan pengikut Ali ra.)
terbagi dua: Ada Syiah wilayah(yang menempatkan Ali sebagai rujukan para wali) dan
ada pula Syiah khilafah (yang meyakini Ali sebagai orang yang paling
layaksebagai khalifah). Salahnya golongan kedua karena tercampurnya antara
politik dan kepentingan-kepentingan tertentu dalam klaimmereka. Golongan
pertama, yang justru terbebas dari percampuran
tersebut.
Anggaplah
golongan yang kedua ini bersalah karenamasalah politik dan kepentingan telah
bercampur dalam klaimmereka. Akan tetapi pada golongan pertama tidak
terdapatkepentingan atau keinginan politis apa pun. Tapi pada gilirannya,Syiah
wilayah juga tercampur dengan kelompok Syiah khilafah. Maksudnya, segolongan
wali yang mengarungi jalan sufi meman-dang bahwa Sayyidina Ali ra. sebagai
orang yang paling utama.Sehingga mereka juga membenarkan klaim Syiah khilafah
yang memasuki wilayah politik.
Jawaban atas
pendapat tersebut adalah bahwa Imam Ali ra.harus dilihat dari dua sisi: Yang
pertama, sisi kepribadian beliauyang mulia dan kedudukan pribadi beliau yang
tinggi. Sedangkanyang kedua adalah sisi keadaan beliau sebagai cerminan dari sosokahlul
bait. Tentu saja sebagai sosok ahlul bait ia memantulkansubstansi Rasul
SAW.Dilihat dari sisi yang pertama, semua ahli hakikat—termasukImam Ali ra.
sendiri yang berada di garda terdepan—telah memulia-kan Abu Bakar ra. dan Umar
ra. Mereka menganggap keduanyasebagai orang yang lebih utama dalam pengabdian
mereka terhadapIslam dan kedekatan mereka kepada Ilahi.Lalu dilihat dari sisi
yang kedua di mana Imam Ali ra.dipandang sebagai cerminan sosok
ahlul bait 16
. Sebagai
sosok ahlulbait yang mencerminkan hakikat Muhammad SAW., ia sama sekali tak
boleh dibandingkan dengan siapapun. Dan jika ditinjau dari sisiyang kedua ini
telah banyak hadits-hadits Nabi SAW. yang isinyamemuji Imam Ali ra. serta
menjelaskan berbagai keutamaannya. Diantaranya adalah hadits sahih yang
berbunyi, “Keturunan setiapnabi berasal darinya (Adam as.), sementara
keturunanku berasaldari Ali”
Adapun
berbagai riwayat yang terkait dengan kepribadianAli ra. dan pujian terhadapnya
yang jumlahnya lebih banyakdaripada khalifah-khalifah lainnya hal itu
disebabkan oleh karenakalangan ahlu sunnah telah menyebarkan berbagai riwayat
yangterkait dengan Imam Ali ra. guna menghadapi serangan dan celaankaum Umayyah
dan kaum Khawarij yang ditujukan kepadanya.
Sementara
para khulafa ar-Rasyidin lainnya tidak mengalami kritikandan celaan seperti
itu. Dengan begitu, tidak ada alasan yangmendorong mereka untuk menyebarkan
hadits-hadits yang terkaitdengan keutamaan para khalifah lainnya.
Kemudian,
Rasul SAW. melihat dengan kacamata kenabianbahwa Sayyidina Ali ra. akan
menghadapi berbagai peristiwamenyakitkan dan berbagai fitnah internal. Karena
itu, beliaumenghibur Ali ra. sekaligus mengajarkan umat Islam dengan
hadits-hadits yang mulia. Misalnya, “Siapa yang aku sebagai walinya, makaAli
juga walinya”.
Hal ini
untuk menolong Ali ra. dari keputus-asaan, serta untuk menyelamatkan umat ini
agar jangan sampaimempunyai prasangka buruk erhadapnya.Kecitaan berlebih yang
ditampakkan oleh golongan Syiahwilayah kepada Sayyidina Ali ra. dan sikap
mereka yang meng-utamakan Ali ra. atas yang lain dari sisi tarekat tidak
menjadikanmereka memikul pertanggungjawaban yang sama besarnya denganyang
dipikul oleh golongan syiah khilafah.
Sebab, para
wali tersebutmemandang Ali ra. dengan pandangan cinta seorang muridterhadap mursyidnya.
Dan biasanya orang yang sedang mabuk cintamempunyai sikap yang berlebihan
dengan memandang kekasihnya.Begitulah sebenarnya pandangan mereka.
Gejolak
cinta berlebihanyang ditunjukkan oleh para wali itu masih berpeluang
untukdimaafkan dengan syarat sikap mereka yang lebih memuliakanImam Ali ra.
tersebut tidak sampai ke tingkat mencela dan memu-suhi para Khulafa ar-Rasyidin
lainnya. Serta, tidak sampai keluar dariprinsip-prinsip dasar Islam.Adapun
golongan Syiah khilafah, karena sudah bergelutdengan kepentingan politis,
mereka tidak mungkin lepas dari sikappermusuhan dan kepentingan pribadi
sehingga tidak mendapat hakuntuk ditoleransi. Bahkan mereka justru menunjukkan
sikapdendamnya terhadap Umar ra. yang dibungkus dalam kecintaan terhadap Ali ra.Sebabnya,
bangsa Iran merasa telah
disakiti
oleh Umar ra. Sampai-sampai sikap mereka itu sesuaidengan sebuah ungkapan yang
berbunyi, “Sebetulnya bukan karenacinta pada Ali, tetapi karena benci ada
Umar”.
Tindakan
Amru ibnal-Ash yang melawan Ali ra., serta tindakan Amru ibn Sa’ad
yangmemerangi Sayyidina Husein ra dalam perang yang memilukan danmenyakitkan
telah mewariskan kebencian dan permusuhan yangsangat hebat bagi kalangan Syiah
terhadap nama yang berbau Umardan sejenisnya.Sementara golongan Syiah willayah
mereka tidak pernahmengkritik kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, kalangan Ahlu
Sunnahtidak merendahkan kedudukan Ali ra. bahkan mereka secara tulussangat
mencintainya. Hanya saja mereka menghindarkan sikap cintaberlebihan sebab hal
itu berbahaya seperti yang disebutkan dalamhadits. Adapun pujian Nabi SAW.
terhadap kelompok pengikut Alira. sebagaimana yang terdapat dalam beberapa
hadits, sebetulnyahal itu mengarah kepada kalangan Ahlu Sunnah. Sebab,
merekaadalah orang-orang yang mengikuti Sayyidina Ali ra. secara konsis-ten.
Karena itu, mereka juga disebut sebagai Syiah (pengikut) ImamAli ra.Ada sebuah
hadits yang secara tegas menjelaskan bahwa sikap berlebihan dalam mencintai
Sayyidina Ali ra. sangat berbahaya samaseperti bahaya yang menimpa orang-orang
Nasrani ketika merekaberlebihan dalam mencintai Isa as.
Apabila
golongan Syiah wilayah berpendapat bahwa jikaImam Ali ra. telah diakui
mempunyai keutamaan yang luar”. Ali berkata,“maka sikap yang melebihkan Abu Bakar ra. di atas Ali
ra. tidak bisaditerima, pernyataan tersebut dapat dijawab sebagai
berikut:Apabila keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar ra., danjasa-jasa
mereka berdua yang begitu agung dalam mewarisi kenabi-an diletakkan dalam
sebuah sisi timbangan. Lalu keistimewaan Alira. yang luar biasakerja kerasnya
memimpin kekhalifahan, berbagaipeperangan internal berdarah-darah yang terpaksa
dilakukannya,serta prasangka buruk yang diterima sebagai akibatnya,
diletakkandi sisi timbangan lainnya, pastilah timbangan Abu Bakar
ash-Shiddiqra., timbangan Umar ibn al-Khattab, atau timbangan Dzun-NurainUtsman
ibn Affan ra. akan lebih berat. Inilah yang diakui olehkalangan Ahlu Sunnah dan
ini pula yang menyebabkan merekamelebihkan ketiganya.
Seperti yang
telah kami sebutkan dalam kalimat ketiga belasdan kedua puluh empat pada buku
al-Kalimat, martabat kenabianjauh lebih mulia dan lebih tinggi daripada derajat
kewalian bahwasatu gram kenabian lebih berat daripada satu kilokewalian.
Darisisi
ini, bagian yang dimiliki oleh Abu Bakar dan Umar ra. dalammewarisi kenabian
dan menegakkan hukum-hukum Islam lebihbesar. Kedamaian yang terjadi pada masa
kekhalifahan mereka bagikalangan Ahlu Sunnah menjadi buktinya. Keutamaan
pribadi Alira. tidak membuat jatuh kedudukan mereka itu. Imam Ali ra.
telahmenjadi Syaikhul Qudhot (Hakim Tertinggi) bagi kedua tokoh ter-sebut di
masa kekhalifahan mereka. Dan ia menghormati keduanya.
Bagaimana
mungkin kelompok yang benar, yaitu kalanganAhlu Sunnah, yang mencintai dan
menghormati Sayyidina Ali ra.,tidak akan mencintai dua orang yang dicintai dan
dihormati olehSayyidina Ali ra.? dan Kami akan memperjelas masalah ini
dengan sebuah contoh.Seorang yang sangat kaya membagi-bagikan warisan dan
hartanyayang berlimpah kepada para anaknya. Salah satu dari anaknya itudiberi
dua puluh pound perak dan empat pound emas. Sementara yang kedua diberi lima
pound perak dan lima pound emas. Laluyang ketiga diberi tiga pound perak dan
lima pound emas.
Tentu saja,
meskipun kuantitas atau jumlah yang didapatkan oleh dua anakyang terakhir lebih
sedikit dari yang pertama, tetapi dari segi kualitas apa yang mereka dapatkan
lebih berharga.Dengan contoh di atas, maka sedikit kelebihan yang dimilikioleh
Abu Bakar dan Umar yang berupa emas hakikat kedekatanIlahi yang berasal dari
pewarisan kenabian dan penegakan hukum-hukum Islam lebih berat jika
dibandingkan dengan banyaknyakeutamaan pribadi, essensi kewalian, dan kedekatan
ilahi yangdimiliki oleh Ali ra. Karena itu, dalam menimbang dan
memberikan.penilaian, hendaknya sisi ini harus diperhatikan. Namun, gambarantentang
hakikat tersebut akan berubah manakala penilaiannya hanya terbatas pada sisi
keberanian dan pengetahuan pribadi, serta hanyaterbatas pada sisi kewalian.
Selanjutnya,
sebagai cerminan sosokahlul bait yang tampak dalam kepribadiannya, dari sisi
pewarisankenabian, kedudukan Sayyidina Ali ra. tidak bisa ditandingi
olehsiapapun. Sebab, rahasia agung yang dimiliki oleh Rasul SAW.terletak pada
sisi ini. Adapun golongan Syiah
khilafah, sepantasnya mereka maluterhadap kalangan Ahlu Sunnah. Sebab
sebenarnya mereka telahmerendahkan kedudukan Sayyidina Ali ra. dengan
pengakuanmereka yang berlebihan dalam mencintainya dan memberikangambaran yang
buruk tentang akhlak Ali ra. Mereka berkata, “Sayyidina Ali ra. senantiasa
mengikuti Abu Bakar ash-Shiddiq ra.dan Umar al-Faruq meskipun keduanya salah.
la selalu menjaga diridari sesuatu yang ia takuti dari keduanya”. Sikap inilah
yang olehkelompok disebut dengan istilah taqiyyah. Artinya, Sayyidina Alira.
takut kepada ke duanya (Abu Bakar dan Umar) serta selalubersikap riya terhadap
keduaya dalam beramal.
Demikianlahgambaran
yang mereka berikan terhadap pahlawan Islam angagung yang bergelar “Singa
Allah” yang telah menjadi pemimpinbagi prajurit ash-Shiddiq dan
telah menjadi menteri bagi keduanya.Menurutku, tindakan mereka yang telah
menggambarkan Sayyidina Ali ra. sebagai orang yang bersikap riya, takut,
pura-pura cinta pada orang yang sebenarnya tak dicintainya, serta taat dan
tunduk kepadadua tokoh yang berbuat salah selama lebih dari dua puluh
tahunkarena rasa takut sama sekali bukanlah bagian dari cinta. SayyidinaAli ra.
berlepas diri dari kecintaan yang semacam itu.
Sementara
itu, kelompok al-haq (Ahlu Sunnah) tidak pernahmerendahkan martabat Sayyidina
Ali ra. dari sisi mana pun pula.Mereka juga tidak memberikan tuduhan yang buruk
terhadapnya,serta tidak pernah menggambarkan sang pahlawan pemberani itusebagai
penakut. Mereka berpendapat, “Seandainya Sayyidina Alira. tidak melihat
kebenaran pada Khulafa ar-Rasyidinsemenit pun iatidak akan memberikan
loyalitasnya kepada mereka. Dan takmungkin ia akan tunduk pada pemerintahan
mereka”. Artinya, Alira. telah mengetahui bahwa mereka (Khulafa ar-Rasyidin)
berada diatas kebenaran. Ia juga mengakui kemuliaan merek sehingga
maumengorbankan keberaniannya yang luar biasa karena cinta pada kebenaran.Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ekstrim dan berlebihan dalam hal
apapun juga tidaklah baik. Sikap istiqamahadalah sikap pertengahan yang dipilih
oleh kalangan Ahlu Sunnah.
Akan tetapi
sayang sekali, sebagaimana beberapa pemikirankelompok Khawarij dan Wahabiah
dibungkus dengan lebel AhluSunnah, segolongan orang yang tertarik dengan
politik dansegolongan orang yang menyimpang mengkritik Sayyidina Ali ra.dengan
berkata, “Ia (Ali ra.) sama sekali tidak tepat untuk memimpinkekhalifahan sebab
ia bodoh dalam masalah politik. Karena itu, iatidak bisa memimpin umat di
masanya”.
Tuduhan
batil semacam itu tentu saja membangkitkankemarahan dan ketidaksenangan
kalangan Syiah terhadap kalanganAhlu Sunnah. Padahal prinsip dan landasan pendirian
Ahlu Sunnahtidak seperti itu bahkansebaliknya, Karenaitu, Ahlu Sunnah takbisa
dirusak dengan memasukkan pemikiran-pemikiran yangbersumber dari kalangan
Khawarij dan orang-orang yang menyimpang itu. Bahkan, kalangan Ahlu Sunnah
merupakan orang-orangyang lebihloyal dan lebih cinta terhadap
Sayyidina Ali ra. dibanding-kan dengan kalangan Syiah. Dalam setiap ceramah dan
dakwahnya,mereka selalu menyebutkan pujian dan kemuliaan yang pantas di-miliki
oleh Sayyidina Ali ra. Apalagi para wali dan para sufi sebagianbesarnya berasal
dari kalangan Ahlu Sunnah. Mereka menjadikanSayyidina Ali ra. sebagai mursyid
dan pemimpin mereka. Karenaitu,sepantasnya kalangan Syiah meninggalkan kaum
Khawarij dankelompok sempalan yang sebenarnyamerupakan musuh Syiah dansekaligus
Ahlu Sunnah dan tidak beroposisi dengan kalangan AhluSunnah. Sampai-sampai ada
sebagian dari kalangan Syiah yangsengaja meninggalkan sunnah Nabi SAW. karena
benci terhadapAhlu Sunnah.Bagaimanapun, kami telah membahas masalah ini
secarapanjang lebar. Masalah tersebut juga telah banyak dikaji di antarapara
ulama.Wahai kelompok al-haq, yaitu kalangan Ahlu Sunnah wal Jama ah!
Wahai
kalangan Syiah yang telah menjadikan kecintaan padaahlul bait sebagai jalan
kalian!
Buanglah
segera konflik yang tak ada artinya, batil danberbahaya antara kalian. Jika
kalian tidak membuang konfliktersebut, maka kaum kafir yang saat ini berkuasa
secara kuat akanmenyibukkan kalian dengan saling bertengkar antara yang
satudengan yang lain. Serta, mereka juga akan mempergunakan salahsatu di antara
kalian sebagai alat untuk membinasakan lainnya.
Setelah
kelompok tadi binasa, alat itupun akan ikut hancur binasa.Karena itu, kalian
harus cepat-cepat membuang hal-hal sepeleyang bisa menimbulkan konflik. Sebab
kalian adalah ahli tauhid.
Pada kalian
ada ratusan ikatan suci yang bisa menjadi faktorpendorong bagi terwujudnya
persaudaraan dan persatuan.
B. BAGIANKEDUA
Bagian kedua
ini akan
dikhususkan untuk menjelaskan ayat al-Quran yang berbunyi:
Bagian ini telah ditulis dalam bagian tersendiri.
Yaitu dalam cahaya yang
Ke sebelas.
Jika mereka
berpaling (dari keimanan), katakanlah, CukuplahAllah bagiku. Tidak ada Tuhan
selain-Nya. Hanya kepadaNya akubertawakkal. Dia adalah Tuhan yang memiliki
arasy yang agung .(at-Taubah [9]: 129)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan