TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN
IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH
Shidq (benar, jujur, lurus, tulus) merupakan tempat persinggahan yang paling agung dan juga menjadi asal-usul tempat-tempat persinggahan lainnya. Shidq merupakan jalan paling lurus. Siapa yang tidak
berjalan di atasnya, berarti dia adalah
orang yang gagal dalam perjalanan-nya. Dengan shidq ini pula dapat dibedakan
antara orang munafik dan orang yang beriman, antara penghuni surga dan penghuni
neraka. Shidq merupakan pedang Allah di bumi, yang setiap kali diletakkan di
atas sesuatu, maka ia akan memotongnya, dan setiap kebatilan yang dihadapi-nya
tentu ditebasnya hingga habis. Shidq merupakan ruh amal, poros segala keadaan,
pintu masuk orang-orangyang hendak menuju tempat Allah, dasar bangunan agama
dan sendi keyakinan. Derajatnya mengikuti derajat nubuwah, yang
merupakanderajat paling tinggi. Mata air dan sungai di surga mengalir ke tempat
para shiddiqin atau shadiqin (orang-orang yang benar).
Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman agar bersama orang-orang yang benar, karena mereka termasuk orang-orang
yang secara khusus mendapatkan nikmat Allah, bersama para nabi, syuhada dan shalihin,
dan mereka inilah teman-teman yang paling baik, "Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang
benar." (At-Taubah:119).
"Dan, barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya),
merekaitu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shalih. Dan, mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya."
(An-Nisa': 69).
Allah telah mengabarkan tentang
orang-orang yang berbuat kebajikan dan memuji mereka karena amal mereka, berupa
iman, kepasrahan diri, sabar dan benar, bahwa mereka adalah orang-orang yang
memiliki shidq. Allah juga membagi manusia menjadi shadiq dan munafik,
sebagaimana firman-Nya,
"Supaya
Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar karena kebenarannya, dan
menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka."
(Al-Ahzab: 24).
Asas iman adalah shidq, sedangkan asas
kemunajikan adalah dusta.
Dusta dan iman tidak akan bersatu, tapi
yang satu tentu akan memerangi yang lainnya. Allah juga mengabarkan bahwa tidak
ada yang bisa menyelamatkan hamba dari siksa pada hari kiamat selain dari shidq-nya.
Shidq dalam perkataan artinya menegakkan
lisan dalam perkataan seperti tegaknya bulir pada tangkainya. Shidq dalam
perbuatan artinya menegakkan amal pada perintah dan mengikuti As-Sunnah, sepert
itegaknya kepala di atas jasad. Shidq dalam keadaan artinya menegakkan amal
hati dan anggota tubuh pada keikhlasan. Seberapa jauh kesempurnaan perkara-perkara
ini dan tegaknya, maka sejauh itu pula shidq-nya.
Karena itu Abu Bakar yang memiliki puncak
tanda shidq disebut Ash-Shiddiq. Sementara itu, Ash-Shiddiq lebih tinggi
daripada ash-shaduq, dan ash-shaduq lebih tinggi daripada ash-shadiq, yang
semua merupa-kan pelaku dari sifat shidq.
Di antara tanda shidq ialah ketenangan
hati, dan di antara tanda dustai alah keragu-raguan, sebagaimana yang
disebutkan dari hadits Al-Hasanbin Ali, dari Nabi Shdllallahu Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda,
"Kebenaran
itu adalah ketenangan dan kedustaan itu adalah keraguraguan."
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari
hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda,
"Sesungguhnya kebenaran itu memberi petunjuk kepada
kebajikan, dan kebajikan itu memberi petunjuk ke surga. Sesungguhnya seseorang
itusenantiasa benar hingga dia ditetapkan di sisi Allah sebagai orang yang benar.
Dan, sesungguhnya dusta itu memberi petunjuk kepada kekejian,dan kekejian itu
memberi petunjuk ke neraka. Sesungguhnya seseorang senantiasa dusta hingga dia
ditetapkan di sisi Allah sebagai pendusta."
Beliau menjadikan shidq sebagai kunci dan
permulaan derajat shid-diqdan sekaligus tujuannya, yang sama sekali tidak bisa
dicapai pendusta, tidak dalam perkataan, perbuatan atau keadaannya, terutama
orang yangberdusta terhadap Allah, dalam sifat dan asma'-Nya, seperti
menafi-kan apayang ditetapkan-Nya dan menetapkan apa yang dijanjikanNya, atau
dusta dalam agama dan syariat-Nya, seperti menghalalkan apa yang diharamkan-Nya
dan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Banyak definisi dan ungkapan tentang
hakikat shidq. Ada yang berpendapat, shidq adalah perkataan yang benar
dihadapan orang yangengkau takuti dan juga yang engkau harapkan. Ada pula yang
berpendapat, artinya lurus saat sembunyi dan terang-terangan. Sementara
orangyang dusta, penampakannya lebih baik daripada yang tidak ditampakkannya,
seperti orang munafik yang zhahirnya lebih baik daripada batinnya. Ada pula
yang berpendapat, orang yang shadiq ialah yang bersiap sedia untuk mati dan
tidak merasa malu jika rahasia dirinyaterungkap.
Dalam atsar Ilahy disebutkan, "Siapa
yang benar kepada-Ku saat sembunyi-sembunyi, maka Aku membenarkannya saat
terang terangan di tengah makhluk-Ku."
Sahl bin Abdullah berkata,
"Pengkhiatan shiddiqin yang pertamakali ialah bisikan terhadap diri
sendiri."
Yusuf bin Asbath berkata, "Semalam
saja aku bermu'amalah dengan Allah secara benar, lebih kusukai daripada aku
menghunus pedangdi jalan Allah."
Al-Harits Al-Muhasiby berkata,
"Orang yang shadiq adalah orangyang tidak peduli sekiranya semua bagian di
hati manusia yang menjadi miliknya tidak diberikan kepadanya, selagi dia dapat
memperbaiki hatinya, dia tidak suka jika mereka mengetahui kebaikan amalnya dan
dia tidak benci jika mereka mengetahui keburukan amalnya. Jika dia benci karena
mengetahui keburukannya, berarti dia menghendaki kehormat-andi mata mereka, dan
ini bukan tanda para shiddiqin."
Pengarang
Manazilus-Sa'irin berkata, "Shidq merupakan kata
untuk sebuah hakikat sesuatu, pencapaian dan keberadaan."
Shidq merupakan pencapaian sesuatu,
kelengkapan dan kesempurnaan kekuatannya serta kebersamaan bagian-bagiannya,
seperti jika dikatakan,"Azimah shadiqah", yang berarti hasrat yang
benar, yaitu jika hasrat itu kuat dan sempurna.
Ada tiga derajat shidq, yaitu:
1. Shidq dalam tujuan. Dengan shidq
seorang hamba berhak bergabung dalam perjalanan ini, segala rintangan akan
sirna, yang tertinggal akan ketahuan dan yang rusak bisa diperbaiki. Tanda
orang yang shadiqialah tidak membawa penyeru yang mengajaknya untuk
membatal-kan perjanjian, yang membuatnya tidak sabar dalam menghadapi musuhnya
dan tidak membuatnya mengendorkan semangat. Shidq dalam tujuan artinya
kesempurnaan hasrat dan kekuatan kehendak.
Didalam hati ada pendorong yang benar dan
kecenderungan yang kerasuntuk mengadakan perjalanan. Bergabung dalam perjalanan
ini belum dianggap sah kecuali dengan shidq ini. Tanda orang yang shadiq ialah tidak
membawa penyeru yang mengajaknya untuk membatalkan perjanjian, artinya bahwa
orang yang shadiq secara hakiki, makasemua kekuatan ruhnya diserahkan kepada
kehendak Allah dan dipersiapkan untuk bersua dengan-Nya. Siapa yang keadaannya seperti
ini, maka dia akan membawa suatu sebab yang membuatnya tidak membatalkan
perjanjian dengan Allah. Musuh yang membuat hamba tidak sabar ialah orang-orang
yang lalai dan orang-orang yang memotong perjalanan hati kepada Allah. Yang paling
berbahaya bagi orang yang shadiq ialah berteman dengan mereka. Kalau pun harus
bergaul dengan mereka, maka bolehlah bergaul dengan badannya saja, tidak dengan
hati dan ruhnya.
2. Tidak mengangan-angankan kehidupan
kecuali untuk kebenaran, tidak mempersaksikan dirinya kecuali pengaruh
kekurangan dan tidak merasa senang karena ada keringanan.
Artinya, seorang hamba tidak suka hidup
kecuali untuk menyebarkanapa yang disukai Kekasihnya, melaksanakan ubudiyah
kepada-Nyadan memperbanyak sebab yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya, bukan
karena alasan keduniaan dan bukan karena dorongan hawa nafsu, sebagaimana yang
dikatakan Umar bin Al-Khaththab, "Kalau tidak ada tiga perkara, tentu aku
tidak suka tetap hidup, yaitu memegang kendali kuda fi sabilillah, menghidupkan
waktu malam dan berkumpul bersama orang-orang yang memilih perkataan-perkataan
yang bagus, sebagaimana memilih korma-korma yang bagus." Tidak mempersaksikan
dirinya kecuali pengaruh kekurangan, maksudnya melihat diri sendiri serba
kekurangan, banyak aibnya dan hina. Siapayang mengetahui Allah, tentu
mengetahui dirinya sendiri, yang berarti dia melihat diri sendiri dari kaca
mata kekurangan.
Tidak merasa senang karena ada
keringanan, ini terjadi karena kesempurnaan shidqnya, kekuatan kehendaknya dan
hasrat untuk maju ke depan, yang membuat dirinya tidak melihat kepada
kesenangannya karena ada keringanan. Jika keringanan lebih dia sukai daripada
hasrat yang kuat,
lalu dia berkeinginan menenangkan
dirinya, maka hal ini disebut shidq. Jika seorang hamba tidak berpuasa dalam
perjalanan, mengqashar dan menjama' shalat saat diperlukan, mempercepat
shalatsaat ada kesibukan, atau keringanan-keringanan lain yang disukaiAllah
untuk diamalkan, maka hal ini tidak mengurangi shidq. Tapi keringanan yang
bersifat ta'wil dan dilandaskan kepada perbedaan pendapat di kalangan madzhab
dan pendapat-pendapat yang bisa benar dan bisa salah, maka hal ini bisa
menajikan shidq.
3. Shidq dalam mengetahui shidq. Shidq
tidak dianggap betul menurut ilmu orang-orang yang khusus kecuali dengan satu
kalimat, bahwa ridha Allah harus sesuai dengan amal, keyakinan, tujuan dan
keadaan hamba. Hamba itu ridha dan diridhai, amal-amalnya diridhai, keadaannya
benar dan tujuannya lurus. Jika seorang hamba mengenakan pakaian pinjaman, maka
amalnya yang paling bagusadalah dosa, keadaannya yang paling benar adalah dusta
dan tujuannya yang paling bersih adalah diam tak berusaha.
Artinya, shidq yang sebenarnya hanya
dapat diperoleh orang yang benar dalam pengetahuannya tentang shidq Dengan kata
lain, keadaan shidq tidak bisa diperoleh kecuali setelah mendalami ilmu shidq.
Kemudian definisi lebih lanjut tentang
shidq ini, bahwa shidq tidakakan lurus kecuali jika ridha Allah sesuai dengan
amal, keadaan, keyakinan dan tujuan hamba. Ini merupakan keharusan shidq, faidah
dan hasilnya. Jika seorang hamba membenarkan Allah, maka Allah akan meridhai
amal, keadaan, keyakinan dan tujuannya, bukan berartiridha Allah itu merupakan
shidq. Artinya, shidq itu dapat diketahuidengan menyesuaikan dengan ridha
Allah. Tapi dari mana hamba bisa mengetahui ridha-Nya?
Di sana ada orang shadiq yang benar-benar
merasa harus mengikuti perintah, berserah diri kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallamsecara zhahir dan batinnya, mengikuti beliau, beribadah dengan melakukan
ketaatan kepada Allah tatkala bergerak dan saat diam, dengan memurnikan tujuan
karena Allah semata. Allah tidak meridhai hamba kecuali dengan keadaan seperti
ini.
Seorang hamba ridha dan diridhai, karena
dia ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha kepada Islam sebagai agama dan ridha
kepada Muhammad sebagai rasul. Karena itu Allah pun ridha kepada hamba
danamal-amalnya diridhai-Nya.
Maksud perkataan Syaikh, "Jika
seorang hamba mengenakan pakaian pinjaman...." dan seterusnya, bahwa dia
mengenakan pakaian orangorang yang shadiqin, namun ruh dan hatinya tidak
seperti mereka,
Tiada ulasan:
Catat Ulasan