TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN
IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH
Muru'ah (Keperwiraan) artinya sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki jiwa seseorang, yang dengannya dia berbeda dengan binatang dan syetan yang terkutuk.
Di dalam jiwa ada tiga penyeru yang
saling tarikmenarik:
- Penyeru yang mengajak kepada
sifat-sifat syetan, seperti takabur, iri,dengki, sombong, aniaya, kejahatan,
kerusakan, penipuan, kebohongan dan lain-lainnya.
- Penyeru yang mengajak kepada
sifat-sifat hewan, atau yang mengajak kepada nafsu syahwat.
- Penyeru yang mengajak kepada sifat
malaikat, seperti kebaikan, kebajikan, ilmu, ketaatan dan lain-lainnya.
Hakikat muru'ah ialah jika engkau
membenci dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru ketiga.
Kemanusiaan, keperwiraan dan kejantanan
terjadi karena mengingkari dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru yang
ketiga. Sebagian salaf berkata, "Allah menciptakan para malaikat yang
mempunyai akal dan tidak mempunyai syahwat, menciptakan hewan yang mempunyai
syahwat dan tidak mempunyai akal, dan menciptakan manusia yang di dalam dirinya
ada akal dan syahwat.
Siapa yang akalnya dapat mengalahkan
syahwatnya, maka dia termasuk golongan malaikat, dan siapa yang syahwatnya
mengalahkan akalnya, maka dia termasuk golongan binatang."
Para fuqaha berkata tentang pembatasan
muru'ah, "Maksudnya adalah pemakaian sesuatu yang membaguskan hamba dan
meninggal-kanapa yang mengotori dan memperburuk dirinya."
Ada pula yang mengatakan bahwa muru'ah
adalah menerapkan setiap akhlak yang baik dan menjauhi setiap akhlak yang
buruk.
Hakikat muru'ah adalah menghindari
hal-hal yang rendah dan hina, baik perkataan, perbuatan maupun akhlak. Muru'ah
lisan berupa perkataan yang manis, baik, lembut dan yang dapat memudahkan untuk
meraih hasil. Muru'ah akhlak ialah kelapangannya dalam menghadapi orang yang
dicintai dan dibenci.
Muru'ah harta ialah ketepatan
penggunaannya untuk hal-hal yang terpuji, baik dalam pandangan akal, tradisi maupun
syariat.
Muru'ah kedudukan ialah menggunakan
kedudukan itu untuk seseorang yang memerlukannya.
Ada
tiga derajat muru'ah, yaitu:
1. Muru'ah seseorang saat bersama
dirinya, yaitu dengan membawanya kepada hal-hal yang membuatnya baik dan bagus,
meninggalkan hal hal yang mengotori dan memperburuknya, agar dia menjadi
malaikat secara zhahirnya. Barangsiapa menginginkan sesuatu dalam
kesendiriannya, maka dia harus menjadi malaikat dalam penampakannya, sehingga
dia tidak perlu menyingkap aibhya saat sendirian, tidak berkata keras jika
memungkinkan melakukan kebalikannya, tidak mengeluarkan angin yang bersuara
jika dia mampu melakukan kebalikannya, tidak perlu rakus dan makan banyak.
Secara umum dapat dikatakan, seorang
hamba tidak boleh melakukan sesuatu yang membuatnya malu di muka umum, kecuali
yang tidak dilarang syariat dan akal, tidak melakukan sesuatu yang membuatnya malu
saat sendirian, seperti saat berjima'.
2. Muru'ah saat bersama manusia, yaitu
dengan melaksanakan syarat syarat adab, rasa malu dan akhlak yang baik bersama
mereka, tidakmemperlihatkan apa yang dibencinya terhadap orang lain di hadapan mereka,
menjadikan orang lain sebagai cermin bagi dirinya. Apapun yang dibencinya,
entah berupa perkataan, perbuatan atau akhlak, harus dihindarinya, dan apa yang
disenanginya dan dianggapnya baik harus dilakukan.
Orang yang ada dalam derajat ini bisa
mengambil manfaat dari siapapun yang ada di sekitarnya, yang sempurna maupun
yang kurang, yang akhlaknya baik maupun yangburuk, yang tidak memiliki muru'ah
maupunyang tinggi muru'ah-nya. Banyak orang yang belajar muru'ah danakhlak yang
mulia dari orang-orang yang justru memiliki sifat-sifat kebalikannya,
sebagaimana yang diriwayatkan dari seseorang yang terkenal, bahwa dia memiliki
seorang budak yang perangainya kasar , keras hatinya dan buruk akhlaknya. Tapi
dia justru bersyukur dengan keberadaan budak itu. Ketika hal itu ditanyakan
kepadanya, maka dia menjawab, "Aku bisa belajar akhlak yang mulia dari
dirinya."
3. Muru'ah saat bersama Allah, dengan
merasa malu karena Dia melihat muka pun dan dalam setiap hembusan napas. Engkau
juga harus berusaha memperbaiki aibmu. Sesungguhnya Allah telah membeli jiwamu
dari dirimu, dan engkau berusaha menyerahkan barang yang sudah dibeli dan menerima
harganya.
Tidak termasuk muru'ah jika engkau
menyerahkan barang dagangan yang ada aibnya, tapi engkau ingin menerima harga
secara utuh, atau engkau ingin melihat karunia-Nya selagi engkau sibuk
memperbaiki aibitu. Dialah yang berkuasa atas dirimu dan bukan engkau sendiri.
Engkau perlu merasa malu atas tabiatmu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan