TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN
Allah befirman kepada Nabi-Nya,
"Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang
agung." (Al-Qalam: 4).
Ibnu Abbas dan Mujahid berkata,
"Artinya berada pada agama yang agung. Tidak ada agama yang lebih kucintai
dan kuridhai selain dari Islam."
Menurut Al-Hasan Radhiyallahii Anhu,
artinya adalah adab-adab Al-Qur'an. Menurut Qatadah, artinya apa yang
diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya. Dengan kata lain, kamu berada pada
akhlak yang diciptakan Allah seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan, bahwa
Hisyam bin Hakimpernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah
ShaUallaliuAlaihi wa Sallam.
Maka Aisyah menjawab, "Akhlak beliau
adalah Al-Qur'an." Lalu Hisyam berkata, "Tadinya aku ingin bangkit
dan tidak bertanya apa pun."
Allah telah menghimpun akhlak-akhlak yang
mulia pada diri beliauseperti yang difirmankan-Nya, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma'rufserta berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh." (Al-A'raf: 199).
Ja'far bin Muhammad berkata, "Allah
telah memerintahkan Nabi-Nya untuk memiliki akhlak-akhlak yang mulia. Di dalam
Al-Qur'an tidak disebutkan satu ayat pun yang menghimpun beberapa akhlak yang
mulia seperti yang disebutkan di dalam ayat ini. Ketika ayat ini turun, Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam bertanya kepada Jibril, "Apa maksudnya ini?"
Jibril menjawab, "Aku tidak tahu.
Biar kutanyakan terlebih dahulu."
Maka Jibril menanyakannya kepada Allah,
lalu dia turun lagi dan berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkan agar
kamu menyambung hubungan dengan orang yang memutuskannya, memberi orang
yangtidak mau memberimu dan memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu."
Seseorang yang ditaati orang banyak
mempunyai tiga keadaan yang tidak bisa dihindarinya:
- Menyuruh dan melarang mereka dengan
sesuatu yang mendatang-kan kemaslahatan bagi mereka.
- Menerima ketaatan yang mereka berikan
kepadanya.
- Harus siap menghadapi dua jenis
manusia: Orang yang sejalan dengannya dan mendukungnya, orang yang bertentangan
dengannya dan memusuhinya.
Ada kewajiban yang harus dilakukan pada
masing-masing keadaan ini. Kewajibannya menyuruh dan melarang ialah menyuruh
kepada yang ma'r'uf. Hal yang ma'ruf di sini adalah sesuatu yang bermaslahat
bagimereka. Sedangkan kewajiban melarang ialah melarang dari kebalikannya.
Kewajipannya menerima ketaatan mereka
ialah dengan mengambil hal-hal yang paling mudah menurut mereka dan tidak
membebani mereka dengan hal-hal yang berat dan sulit yang bisa merusak mereka.
Kewajibannya menghadapi orang-orang yang bodoh ialah berpaling dari mereka, tidak
menghadapi mereka dengan sikap yang sama atau membalasnya, seperti yang
difirmankan Allah, "Jadilah engkau
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh."
Menurut Mujahid, artinya maafkanlah
akhlak dan perbuatan manusia tanpa menghinakan, seperti menerima alasan mereka,
mudah memberi maaf, memberi kemudahan, tidak perlu merinci kesalahan hingga mendetail
dan tidak mengorek hakikat hingga bagian-bagian yang palingdalam.
Begitulah akhlak Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah
adalah orang yang paling baik akhlaknya." Dia juga berkata, "Aku
tidak pernah menyentuh kain beludru dan sutra yang lebih halus dari kulit
Rasulullah. Aku tidak pernahmencium aroma yang lebih harum dari aroma
Rasulullah. Aku menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun, namun sekali
pun beliau tidak pernah berkata kepadaku, "Uh", dan tidak pula
bertanya, "Mengapa kamu berbuat begitu?" untuk sesuatu yang
kulakukan, dan tidak pula bertanya,"Mengapa kamu tidak berbuat
begitu?" untuk sesuatu yang tidak kulakukan."
Rasulullah Shallallaliu Alaihi wa Sallam
pernah mengabarkan bahwa kebajikan itu ialah akhlak yang baik.
Di dalam Shahih Muslim disebutkan dari
An-Nuwas bin Sam'an Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku bertanya kepada
Rasulullah tentang kebajikan dan dosa. Maka beliau menjawab, "Kebajikan
ialah akhlak yang baik, sedangkan dosa ialah sesuatu yang bersemayam di dalam
dadamu dan engkau tidak suka jika manusiamengetahuinya."
Di dalam riwayat At-Tirmidzy, yang
menurutnya hadits hasan shahih, disebutkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu,
dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Tidak ada
sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang Mukmin pada hari kiamat selain
dari akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah benar-benar membenci orang keji
lagi berkata kotor."
Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy
dan dia menshahihkannya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan
manusia ke dalam surga. Maka beliau menjawab,"Takwa kepada Allah dan
akhlak yang baik." Lalu beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam neraka. Maka beliau menjawab, "Mulut dan
kemaluan."
Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy
dan dia menshahihkannya, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dari Rasulullah
Shallallahu Alaihi waSallam, beliau bersabda,
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya di antara mereka, dan yang paling
baikdi antara mereka ialah yang paling baik terhadap istrinya di
antaramereka."
Di dalam As-Sunan disebutkan dari Aisyah
Radhiyallahu Anha, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya
dengan akhlaknya yang baik orang Mukmin benar-benar bisa mendapatkan derajat
orang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam."
Di dalam riwayat At-Tirmidzy disebutkan
dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan
yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat ialah yangpaling
baik akhlaknya di antara kalian. Dan, sesungguhnya orang yang paling kubenci
dan yang paling jauh dariku pada hari kiamat ialah orang yang banyak bicara
tanpa ada manfaatnya, orang yang mem-fasihfasihkan bicaranya kare na riya' dan
mutafaiqahun." Mereka bertanya,"Wahai Rasulullah, kami sudah
mengetahui orang yang banyak bicaratanpa ada manfaatnya dan orang yang
memfasih-fasihkan bicaranya karena riya'. Lalu apakah mutafaiqahun itu?"
Beliau menjawab,
"Orang-orang yang sombong."
Semua kandungan agama adalah akhlak.
Selagi ada tambahan akhlak pada dirimu, berarti ada tambahan agama. Menurut
Al-Kattany, tasawwuf juga merupakan akhlak. Selagi ada tambahan akhlak pada
dirimu, berarti ada tambahan tasawwuf. Ada yang berpendapat, akhlak yang baik
ialah memberikan derma, tidak mengganggu dan menguasai diri saatmenghadapi
gangguan.
Yang pasti, akhlak yang baik didasarkan
kepadaempat sendi, yaitu:
- Sabar, yang mendorongnya menguasai
diri, menahan amarah, tidak mengganggu orang lain, lemah lembut, tidak gegabah
dan tidak tergesa-gesa.
- Kehormatan diri, yang membuatnya
menjauhi hal-hal yang hina dan buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
membuatnya memiliki rasa malu, yang merupakan pangkal segala kebaikan,
mencegahnya dari kekejian, bakhil, dusta, ghibah dan mengadu domba.
- Keberanian, yang mendorongnya pada
kebesaran jiwa, sifat-sifat yang tinggi, rela bekorban dan memberikan sesuatu
yang paling dicintai.
- Adil, yang membuatnya berada di jalan
tengah, tidak meremehkan dan tidak berlebih-lebihan.
Empat sendi ini sekaligus merupakan
sumber akhlak yang baik danu tama. Sedangkan empat sumber akhlak yang rendah
ialah:
- Kebodohan, yang menampakan kebaikan
dalam rupa keburukan, menampakkan keburukan dalam rupa kebaikan, menampakkan
kekurangan dalam rupa kesempurnaan dan menampakkan kesempurnaan dalamrupa
kekurangan.
- Kezhaliman, yang membuatnya meletakkan
sesuatu bukan pada tempatnya, memarahi perkara yang mestinya diridhai, meridhai
sesuatu yang mestinya dimarahi dan lain sebagainya dari tindakan-tindakan yang
tidak proporsional.
- Syahwat, yang mendorongnya menghendaki
sesuatu, kikir, bakhil, tidak menjaga kehormatan, rakus dan hina.
- Marah, yang mendorongnya bersikap
takabur, dengki dan iri, mengadakan permusuhan dan menganggap orang lain bodoh.
Dari himpunan semua ini, maka tersusunlah
akhlak yang tercela.
Sedangkan sumber dari empat perkara ini
ada dua macam, yaitu:
Perta-ma,
jiwa yang berlebih-lebihan saat lemah,
yang melahirkan kebodohan, kehinaan, bakhil, kikir, celaan, kerakusan dan
kekerdilan. Kedua, jiwa yang berlebih-lebihan saat kuat, yang melahirkan
kezhaliman, amarah, kekerasan, kekejian dan kesewenang-wenangan.
Sebagian akhlak yang tercela melahirkan
sebagian yang lain, sebagaimana sebagian akhlak yang terpuji juga melahirkan
sebagian sifatnya yang lain. Akhlak yang
baik ada di antara dua akhlak yang tercela, sepertike dermawanan yang ada di
antara bakhil dan boros, tawadhu' yang ada diantara kehinaan dan takabur.
Selagi jiwa menyimpang dari pertengahan ini, tentu ia akan cenderung kepada
salah satu di antara dua sisinya yang tercela. Siapa yang menyimpang dari akhlak
tawadhu', maka ia akan menyimpang ke sifat takabur dan riya atau ke kehinaan
dan kekerdilan.
Siapa yang menyimpang dari kesabaran yang
terpuji, maka ia menyimpangke kegundahan dan keguncangan atau ke kekerasan hati
dan kekasaran tabiat.
Akhlak sangat bermanfaat bagi orang yang
mengadakan perjalan-andan dapat menghantarkan ke tujuan dengan segera. Dengan
akhlak-nya diaakan membentuk dirinya yang sulit untuk dirubah, karena yang
paling sulit untuk dirubah pada tabiat manusia adalah akhlak yang telah membentuk
jiwanya.
Menurut
pengarang Manazilus-Sairin, ada tiga derajat akhlak, yaitu:
1. Engkau harus mengetahui kedudukan
makhluk, bahwa dengan takdir mereka saling berhubungan, kekuatannya terbelenggu
dan hukum-nya terbatas. Dengan pengetahuan ini engkau bisa mengambil tiga manfaat:
Semua makhluk merasa aman dari gangguanmu, termasuk pula anjing, engkau
mendapat cinta makhluk dan keselamatan dari gangguan makhluk. Dengan derajat
ini terbentuk tiga hal:
- Akhlak yang baik dalam bermu'amalah
dengan manusia dan bagaimana cara mempergauli mereka.
- Akhlak yang baik dalam bermu'amalah
dengan Allah.
- Derajat kefanaan yang dilandaskan
kepada asalnya.
Jika engkau mengetahui kedudukan dan
derajat manusia, hukum-hukum qadar pada diri mereka, bahwa mereka terikat
dengan qadar dans ama sekali tidak bisa keluar darinya, yang kekuatan dan
kemampuan mereka terbatas dan mereka tidak bisa beralih kepada yang lain,
makadengan begitu engkau bisa mengambil tiga manfaat, salah satu di antaranya, makhluk
merasa aman dari gangguanmu. Jika seseorang melihat keberadaan mereka secara
hakiki, tentu dia tidak akan menuntut dari mereka sesuatu yang tidak mereka
sanggupi. Ikut-lah perintah Allah kepada Nabi-Nya dalam menghadapi mereka,
yaitu dengan meneri mamaaf mereka. Dengan cara itu mereka akan selamat dari
tekanannya atau kewajiban yang dia berikan di luar kesanggupan mereka.
Dalamkeadaan seperti ini mereka tentu
akan merasa aman dari tindakan pemimpinnya, sekalipun mungkin mereka menyimpang
dari hukum syariat. Sebab jika mereka orang-orang yang terbatas dan terkurung, maka
tuntutan dari mereka juga harus disesuaikan dengan keadaan mereka yang
terkurung itu.
Jika mereka tidak bisa memenuhi
hak-hakmuatau berbuat buruk kepadamu, maka ja-nganlah engkau menghadapi mereka
dengan cara yang sama dan ja-nganlah memusuhi mereka, tapi ampunilah mereka dan
terimalah permintaan maaf mereka. Karena mereka hanya sekedaf sebagai alat dan
sudah ada ketetapan hukum yang berlaku pada diri mereka. Dengan cara ini engkau
akan bisa mempersaksikan hakikat atas kejahatan mereka terhadap dirimu,
sepertiyang dikatakan seorang arif, "Jika engkau berbuat zhalim, maka
yangberkuasa atas dirimu tidak zhalim." Di sini ada sebelas kesaksian
yangharus diperhatikan hamba ketika mendapat gangguan dari orang-orang lain dan
dalam menghadapi kejahatan mereka:
a. Kesaksian qadar. Artinya, apa yang
terjadi pada dirinya merupakan kehendak Allah, qadha' dan qadar-Nya. Sehingga
dia melihat dirinya seperti orang yang tersiksa karena udara panas dan dingin,
sakit,
derita, hembusan angin, tidak mendapat
hujan dan lain-lainnya.
Segala sesuatu terjadi karena kehendak
Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Jika dia mempersaksikan hal ini, makadia
akan merasa tenang, bahwa memang itulah kejadian yang dikehendaki Allah. Kalau
pun ada kegundahan, itu hanya sewajarnya saja, seperti kegundahan karena kena
udara panas atau dingin.
b. Kesaksian sabar. Dengan sabar ini dia
melihat kesudahannya, pahala yang diterima pelakunya, kelapangan dan
kegembiraan yang dialaminya serta tidak menanggung penyesalan dan dendam.
Siapapun yang menyusupkan rasa dendam ke dalam hatinya, makadia akan mendapat
penyesalan.
c. Kesaksian ampunan, kelapangan dada dan
kelembutan. Selagi seorang hamba mempersaksian keutamaan dan kemuliaan ampunan ini,
maka sekejap pun matanya tidak akan beralih dari sifat ini. Siapa yang mendapat
tambahan ampunan dari Allah, berarti diamendapat kemuliaan. Maaf, kelapangan
dada dan kelembutan ini terkandung ketenangan, kedamaian dan dapat menghapus
dendam.
d. Kesaksian ridha. Ini lebih tinggi
daripada kesaksian maaf dan kelapangan dada, yang tidak dimiliki kecuali jiwa
yang tenang, apalagi jika sebab yang menimpanya adalah melaksanakan agama
Allah.
Ini merupakan keadaan orang yang
mencintai dengan sebenarnya dan ridha menerima apa pun dari kekasihnya. Jika
dia mengeluh, maka itu merupakan bukti kepalsuan cintanya.
e. Kesaksian ihsan. Maksudnya menghadapi
orang yang berbuat jahat dengan cara yang baik dan tetap memperlakukannya
secara baik setiap kali dia berbuat jahat kepadanya.
f. Kesaksian keselamatan dan hati yang
dingin. Ini merupakan kesaksian yang amat mulia bagi orang yang menyadarinya.
Hatinya tidak masyghul karena gangguan yang diterimanya dan tidak terpengaruh.
Memang keselamatan merupakan sesuatu yang
paling bermanfaat dan nikmat. Tapi jika hati sibuk hanya dengan urusan ini,
berarti dia meninggalkan sesuatu yang lebih penting lagi, dengan begitu dia
menjadi orang yang terkecoh.
g. Kesaksian keamanan. Jika dia tidak
membalas dan mendendam orang yang menyakitinya, tentu dia akan merasa aman.
Tapi jika dia mendendam, maka dia akan terus dirasuki rasa takut dan menanamkan
permusuhan baru. Jika dia memaafkan dan tidak ingin membalas, maka tidak akan
muncul pemusuhan baru atau permusuhanyang ada semakin menghangat. Maaf dan
kelapangan dadanya harus bisa mencabik belenggu permusuhan..
h. Kesaksian jihad. Artinya
mempersaksikan munculnya gangguan manusia dengan jihad fi sabilillah,
pelaksanaan amar tna'ruf nahi munkar dan menegakkan kalimat serta agama Allah.
Allah telah membeli jiwa dan harta orang semacam ini dengan harga yang mahal.
Jika dia menyetujui harga ini, maka hendaklah dia menyerahkan barang dagangan
kepada-Nya, agar dia mendapatkan harga tersebut, sehingga dia tidak merasa
mempunyai hak terhadap orang yang menyakitinya dantidak pula berhak menerima
sesuatu pun darinya, sekalipun mungkin dia rela terhadap persetujuan dengannya,
karena dia hanya menginginkan pahala dari Allah. Karena itu Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam mencegah para Muhajirin dari penduduk Makkah untuk
menuntut harta mereka yang pernah dirampas orang-orang
musyrik dan tidak pula meminta tebusan
atas orang-orang yangterbunuh fi sabilillah. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq
hendak meminta tebusan dari orang-orang murtad atas terbunuhnya beberapa orang Muslim,
maka Umar bin Al-Khaththab berkata, "Itu adalah nyawa dan harta yang
lenyap karena Allah. Padahal semuanya ada di Tangan Allah dan tidak ada tebusan
untuk orang yang mati syahid."
Para sahabat juga lebih setuju terhadap
pendapat Umar ini, dan akhirnya Abu Bakar juga menyetujuinya. Siapa yang
berjihad karena Allah hingga dia mendapat gangguan, maka Allah melarang untuk
membalasnya, sebagaimana yang dikatakan Luqman kepada anaknya,
"Dan, suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka)dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yangdiwajibkan (Allah)."
(Luqman: 17).
i. Kesaksian nikmat. Yaitu dengan mempersaksikan
nikmat Allah yang menjadikan dirinya sebagai orang yang dizhalimi dan akan
mendapat pertolongan, tidak menjadikannya sebagai orang zhalim yang kemudian mendapat
kemurkaan dan siksa. Andaikan orang yang berakal disuruh untuk memilih di
antara dua keadaan ini, tentu dia akan memilih menjadi orang yang dizhalimi
yang kemudian mendapat pertolongan, bukan sebagai orang zhalim yang kemudian
mendapat murka dan siksa.
Dia juga bisa mempersaksikan nikmat Allah
yang berupa penghapusan kesalahan-kesalahannya. Sebab jika orang Mukmin ditimpa
kesulitan, kesusahan atau gangguan, maka Allah menghapus di antara kesalahan-kesalahannya.
Pada hakikatnya itu merupakan obat yang
mengusirpenyakit dosa dan kesalahannya. Manusia yang menyakitimu sama dengan
obat dari dokter yang pahit namun menyembuhkan. Jadi jangan melihat pahitnya
obat itu dan kebencianmu kepadanya, tapi lihatlah kesembuhan yang
ditimbulkan-nya.
Persaksikan pula bahwa gangguan yang
menimpamu itu lebih ringan daripada gangguan dan cobaan yang dialami orang
lain. Ka-lau pungangguan dan cobaan itu cukup berat, maka lihatlah bahwa cobaan
itu hanya menimpa badan dan harta, tidak menimpa agama, Islamdantauhidnya.
Sebab setiap cobaan yang tidak menimpa agama, masih dianggap kecil, dan pada
hakikatnya itu adalah nikmat.
j. Kesaksian keteladanan. Ini merupakan
kesaksian yang lembut sekali.
Setiap orang yang berakal tentu ridha
untuk meneladani para rasul, nabi dan wali-wali Allah. Mereka adalah
orang-orang yang paling beratcobaannya, paling sering disakiti dan diganggu
manu-sia. Perhatikanlah kisah para nabi, khususnya gangguan yang di-timpakan
para musuh kepada nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang
tidakpernah dialami orang-orang sebelum-nya. Beliau didustakan, diusir
darikampung halaman, diserang dan dimusuhi. Apakah seorang hambatidak ridha
mempunyai sosok teladan seorang makhluk pilihan Allahyang terbaik ini?
k. Kesaksian tauhid. Ini merupakan
kesaksian yang paling tinggi dan mulia. Jika hatinya sudah dipenuhi cinta
kepada Allah, ikhlas, taqarrub, ridha dan kerinduan bersua dengan-Nya,
menjadikan-Nya sebagai pelindung, ridha terhadap qadha' dan qadar-Nya, maka
hatinya tidaklagi akan mempersaksikan gangguan manusia terhadap dirinya,
apalagi hati dan pikirannya sibuk merancang pembalasan. Pembalasan tidak muncul
kecuali dari hati yang sama sekali tidak diisi dengan hal-hal tersebut, atau
hati yang senantiasa lapar dan tidak pernah kenyang.
Jika hati itu melihat santapan macam apa
pun yang ada di hadapannya, maka ia langsung menyambarnya. Tapi jika hati sudah
terbiasa disuapi dengan makanan yang ber-kelas tinggi, maka ia tidak akan mau menerima
sembarang makanan. Ini merupakan karunia Allah yang diberikan kepada siapa pun
yang dikehendaki-Nya.
2. Membaguskan akhlakmu terhadap Allah
dan membaguskannya pada dirimu, yaitu dengan mengetahui bahwa apa pun yang
datang dari dirimu harus dimintakan ampunan dan apa pun yang datang dari Allah harus
disyukuri, dan engkau tidak boleh merasa telah memenuhi hak-Nya.
Derajat
ini didasarkan kepada dua kaidah:
a. Engkau harus mengetahui bahwa dirimu
adalah kurang, dan apayang berasal dari yang kurang tentu juga kurang, maka
yang kurang ini harus dimintakan ampunan. Seorang hamba harus meminta maafdan
ampun kepada Allah atas kebaikan dan keburukan yang dilakukannya. Untuk
keburukan sudah pasti. Sedangkan untuk kebaikan, dengan meminta maaf atas
kekurangannya. Di sampingberbuat baik, maka dia harus meminta maaf atas
kebaikannya itu atau atas kekurangannya. Karena itu Allah memuji para wali-Nya yang
hatinya takut sekalipun mereka telah berbuat kebaikan.
Firman-Nya,
"Dan, orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan,dengan hati yang takut." (Al-Mukminun: 60).
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda sehubungan dengan ayatini, "Mereka
adalah orang yang berpuasa dan mengeluarkan shadaqah, namun mereka takut
amalnya tidak diterima."
Ada dua alasan yang membuatnya begitu,
yaitu: Karena dia melihat kekurangan dan keterbatasan dirinya, karena cintanya
benar dantulus, karena orang yang benar-benar mencintai tentu akan mendekati
kekasihnya dengan cara yang bisa dia lakukan, merasa malu dan minta maaf
sekalipun dia telah berbuat baik kepadanya.
b. Mengagungkan apa pun yang datang dari
Allah, engkau harus mensyukurinya dan engkau harus merasa kurang dalam mensyukurinya.Yang
demikian ini hanya ada dalam cinta yang suci dan tulus.
Orang yang mencintai merasa apa yang
diterima dari kekasihnya terlalu banyak. Orang yang mencintai akan mengagungkan
pemberian kekasihnya. Lalu bagaimana dengan berbagai macam kebaikan yang datang
dari Allah?
3. Membersihkan akhlak, kemudian naik
lagi ke tingkat penyatuan akhlak dengan Allah, kemudian naik lagi ke
kebersamaan akhlak di sisi Allah.
Membersihkan akhlak di sini ialah
menyempurnakan dua derajat sebelumnya, membersihkannya dari segala noda dan
cacat. Jika engkau sudah bisa melakukan hal ini, maka engkau akan naik ke
tingkatan kebersamaan dengan Allah.
Membentuk akhlak merupakan persiapanunruk
kebersamaan dan penyatuan dengan Allah. Jika hal ini sudah tercapai, maka dia
bisa melepaskan diri dari hal-hal selain Allah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan