TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN
IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH
Di bagian terdahulu sudah dijelaskan
bahwa azam (tekad) itu ada dua macam:
- Azam orang yang hendak memulai
perjalanan dan ini merupakan permulaan.
- Azam orang yang sedang mengadakan
perjalanan, dan inilah kedudukan yang diinginkan pengarang Manazilus-Sa'irin,
yang maksudnya adalah usaha mewujudkan tujuan dalam keadaan senang atau tidak senang,
dalam keadaan suka atau terpaksa.
Ada
tiga derajat azam, yaiut:
1. Menyesuaikan keadaan dengan petunjuk
ilmu, karena sudah melihat pengungkapan dan cahaya serta keinginan untuk
mematikan hawa nafsu.
Setiap keadaan yang tidak mengikuti ilmu
adalah keadaan yang rusak dan jauh dari Allah, tapi bukan berarti orang yang
sudah memiliki ilmu tidak bisa turun tingkatannya.
Orang yang memiliki suatu keadaan tidak
mau menoleh ke ilmu, maka dia adalah batil. Ilmu merupakan syarat untuk suatu
keadaan, yang kesehatannya tidak bisa diketahui kecuali dengan ilmu. Jika jalan
yang ada di hadapannya sudah terungkap dan tersibak, berarti sudah ada cahaya
yang menerangi.
Jika jalan sudah tersibak, maka orang
yang mengadakan perjalanan layaknya orang yang akan mati, sehingga di antara
mereka ada yang terjerembab ke tanah dan mengira dia sudah mati. Jika sudah
begitu keadaannya, maka dia akan segera bangkit, karena tabiat manusia ditetapkan
untuk tidak menyukai kematian. Jika tekad sudah bulat, maka hawa nafsu akan
mati dan tidak dipedulikan.
2. Tenggelam dalam kesaksiannya, mencari
cahaya yang menyinari jalan dan menghimpun kekuatan istiqamah.
Tenggelam dalam kesaksian artinya
menyibukkan diri dengan perjalanannya dan tidak peduli dengan hal-hal
selainnya.
Mencari cahaya yang menyinari jalan
artinya memperlihatkan kesungguhan dan berusaha meraih apa yang dituju. Hal ini
seperti orang yang berjalan menuju suatu kota.
Jika kota itu sudah terlihat dari
kejauhan, berarti dia sudah melihat jalan yang menghantarkannya ke kota
tersebut dan cahaya-nya menjadi terang. Sebelum dia melihat kota itu, boleh
jadi dia membayangkan kota itu tidak akan tercapai. Tapi kini dia tidak akan
kehilangan pintu kota itu. Kekuatan zhahir dan batinnya serta tekadnya harus
terhimpun, apalagi jika dia sudah melihat tujuannya.
3. Mengetahui penghalang azam dan membebaskan
diri dari beban yang membuatnya meninggalkan azam. Sebab azam tidak mewariskan kepada
pelakunya sesuatu yang lebih mulia daripada mengetahui penghalang azam.
Penghalang azam adalah hal-hal yang
dinisbatkan kepada nafsunya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan