Al-Faqih ila-Llah Abdul Karim bin Hawazin
al-Qusyairi
(IMAM AL QUSYAIRI)
13. SITR DAN TAJALLI
(TUTUP DAN MANIFSETASI)
Orang awam berada dalam
tutup (sitr). Dan orang khawash berada dalam keabadian manifestasi (tajalli).
Dalam suatu hadis, Allah
swt. apabila telah ber-tajalli terhadap sesuatu, maka sesuatu itu khusyu’
(tunduk) kepada-Nya.
Orang yang berada dalam
tahap sitr memakai sifat penyaksiannya. Dan orang yang berada dalam tahap
tajjali, selamanya disertai sifat khusyu’nya.
Sitr, bagi awam
merupakan siksaan, dan bagi khawash (kalangan khusus dalam ruhani) merupakan
rahmat. Sebab tanpa ia tertutupi apa yang tersingkap dalam diri mereka,
nisscaya akan musnah di sisi Yang Maha Diraja Hakikat. Namun, sebagaimana
tampak pada diri mereka, apa yang tersingkap pun tertutup pada mereka.
Manshur al-Maghriby berkata : “Aku menemui salah sorang fakir
dalam kehidupan orang Arab, diantaranya terdapat seorang pemuda. Pemuda itu
melayani sang fakir. Tiba-tiba pemuda itu pingsan. Lalu si fakir bertanya
tentang keadaannya. Maka orang-orang di situ menjelaskan : “Ia memiliki
kemenakan wanita, dan ia sangat cinta kepadanya. Lalu gaids itu berjalan di
kemahnya, tiba-tiba pemuda itu melihat gadis yang kumal berdebu. Kemudain
pemuda itu pun pingsan.” Lantas si fakir berlalu menuju pintu kemah, sambil
berkata kepada anak gadis itu. “Sesuatu yang asing bagimu, menjadi tutup dan
cacian. Aku datang hendak menolongmu berkenaan dengan pemuda ini. Maka
sebaiknya engkau kasihan terhadap apa yang ada pada dirinya, dari cintanya
kepada dirimu.” Lalu gadis itu berucap “Subhanallah!” Engkau orang yang berhati
sehat. Sebenarnya ia tidak tahan melihat kekumalanku, lalu bagaimana ia kuat
meneemaniku?”
Kehidupan orang-orang
awam itu berada dalam penampakan (tajalli), sementara cobaan mereka ada dalam
ketertutupan (sitr). Bagi orang-orang khawash, mereka selalu berada di antara
ketidak pedulian dan kehidupan nyata. Karena ketika menampakkan diri kepada
mereka, justru mereka acuh, namun ketika mereka tertutup, mereka dikembalikan
pada dunia, sehingga mereka hidup.
Ada yang mengatakan,
ketika Allah swt. berfirman kepada Musa, “Apa yang ada pada tanganmu wahai
Musa.” (Qs. Thaaha :17), justru agar Musa tertutupi sebagian apa yang menjadi
sebab langsung yang berpengaruh akibat mukasyafah, lewat kejutan penyimakan.
Mohon ampunan
(istighfar) itu sendiri merupakan upaya pencarian sitr. Dan ampunan (maghfirah)
adalah sitr. Seakan-akan ia mengabarkan, bahwa ia mecari str pada hatinya
ketika didatangi keperkasaan hakikat. Sebab bagi makhluk, tidak sedikit pun ada
keabadian di sisi Wujdu Al-Haq. Dalam hadis disebutkan : “Apabila dibuka
Wajah-Nya, pastilah kesucian Wajah-Nya (Cahaya-Nya) membakar apa yang dilihat
oleh pandangannya.” (Hr. Muslim).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan