Sayyidah Tuhfah adalah seorang sufi wanita yang
berasal dari Irak.
Ia hidup sezaman dengan sufi terkemuka, Syeikh Sari al-Saqati.
Pada mulanya Sayyidah Tuhfah merupakan budak yang
tidak mengenal tidur maupun makan.
Sepanjang hari menangis serta merintih dalam mengabdi
kepada Allah. Akhirnya ketika keadaan sudah demikian gawat untuk ditangani
keluarga majikannya. Mereka pun mengirim ke rumah sakit jiwa.
Sufi yang banyak bercerita tentang Tuhfah adalah Sari
al-Saqati. Menurut al-Saqati, dia pergi ke rumah sakit karena kesumpekan
hatinya.
Di suatu kamar, ia mendapati seorang gadis hanya saja
kedua kakinya dirantai. Air matanya berlinangan sepanjang hari ia selalu
melantunkan syair.
Ketika ingin tahu identiti gadis itu, seorang perawat
mengatakan ia seorang budak yang gila dan bernama Tuhfah.
la dikirim oleh seseorang yang rupanya majikannya. Ketika
perawat itu menerangkan kepada al-Saqati perihal dirinya. la pun berlinang
matanya.
Tuhfah berkata,"Tangisanmu ini, lahir dari
pengetahuanmu tentang sifat-sifat Allah. Bagaimana jadinya jika engkau
benar-benar mengenal-Nya sebagaimana dibutuhkan oleh makrifat hakiki ?".
Setelah berkata begitu Sayyidah Tuhfah pingsan satu
jam. Sesudah itu ia bersyair kembali.
Saqati menganggap, Sayyidah Tuhfah sebagai saudara. Ketika
Saqati bertanya siapa yang memenjarakan (maksudnya mengirim) ke rumah sakit ini
?".
Orang-orang yang iri dan dengki." Jawabnya.
Mendengar jawaban itu, Saqati menganjurkan kepada petugas
rumah sakit itu agar Tuhfah dilepas saja dan membiarkan ia pergi kemana saja. Melihat
gelagat itu Tuhfah bereaksi.
Mendadak seseorang muncul dirumah sakit. Menurut
seorang perawat, dia adalah majikan Tuhfah. Siapa yang memberitahu, kalau
budaknya yang gila itu sudah bersama al-Saqati, seorang syaikh.
la sangat gembira dan mengatakan mungkin sufi yang
datang itu bisa menyembuhkan budaknya. la mengaku bahwa dirinya yang mengirim
kerumah sakit. Seluruh hartanya sudah banyak untuk membiayai pengobatannya. Katanya
budak itu dibeli dengan harga 20.000 dirham.
Saqati tertarik rnembeli karena ketrampilannya
sebagai penyanyi, sementara alat musik yang sering ia pakai adalah harpa.
la seorang sufi wanita yang begitu kuat cintanya
kepada Allah.
Mendengar kisah itu Saqati kemudian dengan berani
menawar berapa saja wang yang diminta jika sang majikan menjualnya
Sang majikan menukas: "Wahai Saqati, engkau
benar seorang sufi, tetapi engkau sangat fakir, tidak mungkin bisa menebus
harga Syayyidah Tuhfah," tukasnya.
Benar apa yang dikatakan majikan Tuhfah. Kala
menawar, Saqati tak memili wang sedirham pun. Saqati pulang dengan hati
menangis. Tekadnya untuk membeli Sayyidah Tuhfah begitu besar dan
menggebu-gebu, namun apa dikata, wang pun ia tak punya. Kemudian ia berdoa:
"Ya Allah, Engkau mengetahui keadaan lahiriah dan batiniahku. Hanya dalam
rahmat dan anugerah-Mu aku percayakan diriku. Janganlah Engkau hinakan diriku
kini !".
Selesai berdoa tiba-tiba pintu diketuk orang. Al Saqati
pun membuka pintu. Di dapati seseorang yang mengaku bernama Ahmad Musni dengan
membawa empat orang budak yang memanggul pundi-pundi.
Musni mendengar suara gaib, agar ia membawa lima
pundi-pundi ke rumah Sari Al-Saqati, supaya sufi fakir itu memperoleh
kebahagiaan untuk membeli Sayyidah Tuhfah. Itulah salah satu karomah yang
dimiliki al-Saqati.
Mendengar cerita Musni itu, Saqati langsung sujud
syukur,dilanjutkan dengan salat malam, dan bangun sampai pagi. Ketika matahari
sepenggalah, Saqati me ngajak Musni ke rumah sakit.
Majikan Sayyidah Tuhfah yang mengejeknya itu sudah
berada di rumah sakit lebih dahulu. Ketika hendak di bayar berapa saja harga
yang diminta majikan itu malah mengelak, "Tidak Tuan, sekiranya anda
memberiku seluruh dunia ini untuk membelinya, aku tidak mau menerimanya. Aku
telah membebaskan Sayyidah Tuhfah. ia henar-benar bebas untuk mengikuti ke
hendak Allah, "tuturnya.
Mendengar kata-kata majikan itu, Ahmad Musni yang
memberi Saqati lima pundi-pundi ikut menangis.
Musni menangis karena terharu kepada majikan itu yang
sudah meninggalkan duniawi, melepaskan hartanya seperti dirinya juga.
"Betapa agung berkah yang diberikan Sayyidah Tuhfah, kepada kita bertiga
ini."
Ujar Musni sambil menatap Sari Al Saqati dan majikan
Sayyidah Tuhfah.
Ketiga orang itupun kini berperilaku seperti sufi. Ketiganya
pergi haji ke Makkah dalam perjalanan Baghdad ke Makkah Musni meninggal dunia
Ketika sampai di Baitullah dan keduanya thawaf, Ketika
saqati memberi tahu, bahwa Musni sudah meninggal Sayyidah Tuhfah berkomentar, "Di
surga ia akan menjadi tetanggaku. Belum ada seorang pun yang melihat nikmat
yang diberikan kepadanya".
Ketika Saqati memberi tahu bahwa majikannya juga
melaksanakan haji bersamanya, Sayyidah Tuhfah hanya aberdoa sebentar, sesudah
itu ia reboh di samping Kaabah.
Ketika majikannya datang dan melihat Sayyidah Tuhfah
sudah tak bernyawa, a sangat sedih dan rebah di sampingnya.
Saqati kemudian memandikan, mengkafani, menyalati dan
menguburkan Sayyidah Tuhfah dan majikannya.
Setelah masa berhajinya selesai, Saqati pulang
sendirian ke Irak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan