Peristiwa hijrah yang pertama ke Habsyah yang dilakukan oleh sekelompok kaum muslimin atas perintah Rasulullah SAW adalah ujian berat bagi keimanan mereka.
Hidup dinegeri orang yang jauh dari sanak famili dan
belum memiliki kepastian hidup dinegeri asing. Apalagi perjalanan yang sangat
berat dengan berlayar membelah lautan. Semata mata hal itu dilakukan karena
taat kepada Allah dan RasulNya.Amir rombongan yang memimpin hijrah adalah
Ja’far bin Abi Thalib. Dialah yang menjadi juru bicara dalam menyampaikan
keinginan kaum muslimin kepada Raja Najasyi untuk mendapat ijin tinggal di
negeri Habsyah.
Istri dari Ja’far bin Abi Thalib juga ikut didalam
rombongan hijrah ini.
Namanya Asma binti Umais. Di negeri Habsyah beliau
melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan. Adapun putra beliau
yaitu Abdullah sangat mirip dengan ayahnya, sedangkan ayahnya sangat mirip
dengan Rasulullah SAW, sehingga hal itu menggembirakan hati beliau dan
menumbuhkan perasaan rindu untuk melihat Rasulullah SAW. Pernah Rasulullah SAW
bersabda kepada Ja`far:
“engkau menyerupai bentuk fisik ku dan juga
akhlakku.”
Asma binti Umais adalah seorang wanita yang cerdas
dan memiliki daya fakir yang tinggi, juga seorang yang penyabar.
Beliau juga memiliki keberanian yang memukau dalam
menyampaikan pendapat kepada Rasulullah. Ada peristiwa menarik sesaat setelah
kedatangan Ja’far bin Abi Thalib beserta rombongan dari negeri Habsyah menuju
ke kota Madinah untuk hijrah kali kedua. Saat itu Asma masuk ke dalam rumah
Hafshah binti Umar untuk menemaninya
sesaat setelah tatkala pernikahannya dengan Rasulullah SAW, kemudian Umar masuk
ke rumah Hafshah sedangkan Asma berada di sisinya, lalu beliau bertanya kepada
Hafshah, ‘Siapakah wanita ini?” Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma binti Umais?
Umar bertanya, inikah wanita yang datang dari negeri Habasyah di seberang
lautan?’ Asma menjawab, “Benar.”
Umar berkata; ‘Kami telah mendahului kalian untuk
berhijrah bersama Rasulullah SAW, maka kami lebih berhak terhadap diri
Rasulullah SAW dari pada kalian. “Mendengar hal itu Asma tidak terima dan dia
tidak tahan atas kesewenang wenangan Umar terhadap dirinya, maka ia berkata
“Tidak demi Allah, kalian bersama Rasulullah SAW sedangkan beliau memberi makan
bagi yang kelaparan di antara kalian dan mengajarkan bagi yang masih bodoh
diantara kalian, adapun kami di suatu negeri yang jauh dan tidak disukai yakni
Habsyah, dan semua itu adalah demi keta`atan kepada Allah dan Rasul-Nya”
Kemudian Asma diam sejenak selanjutnya berkata: “Demi
Allah aku tidak makan dan tidak minum sehingga aku laporkan hal ini kepada
Rasulullah SAW, kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku
sampaikan kepada Rasulullah SAW, aku akan tanyakan kepada beliau, demi Allah
aku tidak berdusta, tidak akan menyimpang dan tidak akan menambah-nambah.”
Sesaat kemudian Rasulullah SAW datang, maka berkata
Asma kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah sesungguhnya Umar berkata begini dan
begini.”
Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, “Apa yang telah
engkau katakan kepadanya?”. Umar menjawab, “Aku katakan begini dan begini”.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada Asma`:
“Tiada seorangpun yang berhak atas diriku melebihi
kalian, adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali akan tetapi
kalian ahlus safinah (yang menumpang kapal) telah berhijrah dua kali.”
Betapa gembiranya hati Asma setelah mendengar sabda
Rasulullah tersebut, sungguh segala kepayahan dan kesusahan yang selama ini ia
rasakan dinegeri asing langsung luluh berganti dengan suka cita yang mendalam.
Bukan hanya Asma yang merasa bahagia dengan hadits ini, semua ahlus safinah
juga ikut merasakan kegembiraan yang sama.
Asma’ berkata: “Sungguh aku melihat Abu Musa dan
orang-orang yang telah berlayar (berhijrah bersama Asma’ dan suaminya)
mendatangiku dan menanyakan kepadaku tentang hadits tersebut, maka tiada
sesuatu dari dunia yang lebih menggembirakan dan lebih besar artinya bagi
mereka dari apa yang disabdakan Nabi SAW kepada mereka.”
Inilah bukti dari tulusnya pengorbanan mereka dalam
melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Mereka tidak mengharap harta dunia dan
perhiasannya, tapi semata mata mengaharap pahala dari Allah dan kecintaan dari
Rasulullah SAW terhadap mereka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan