Pada suatu hari
beberapa orang Syi'ah mendobrak pintu rumah Riza dan menyerang Ma'ruf sehingga
tulang rusuknya patah. Ma'ruf tergeletak dalam keadaan yang sangat
mengkhawatirkan.
Sari as-Saqathi berkata kepada Ma'ruf. "Sampaikanlah wasiat-mu yang terakhir"
Ma'ruf berkata: "Apabila aku mati, lepaskanlah pakaianku dan sedekahkanlah. Aku ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan telanjang seperti ketika aku dilahirkan dari rahim ibuku".
Ketika Ma'ruf meninggal, prikemanusiaan dan kerendahan hatinya sedemikian harum sehingga semua kaum, baik yang beragama Yahudi, Kristen, maupun Islam mengakuinya sebagai salah seorang di antara mereka.
Pelayanannya menyampaikan bahwa Ma'ruf pernah berpesan: "Jika ada suatu kaum yang dapat mengangkat peti matiku nanti, maka aku adalah salah seorang di antara mereka".
Kemudian ternyatalah bahwa orang-orang Kristen tidak dapat mengangkat peti matinya. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi. Ketika tiba giliran orang-orang Muslim ternyata mereka berhasil. Kemudian mereka men-shalatkan jenazah dan menguburnya di tempat itu juga.
Sari as-Saqathi berkata kepada Ma'ruf. "Sampaikanlah wasiat-mu yang terakhir"
Ma'ruf berkata: "Apabila aku mati, lepaskanlah pakaianku dan sedekahkanlah. Aku ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan telanjang seperti ketika aku dilahirkan dari rahim ibuku".
Ketika Ma'ruf meninggal, prikemanusiaan dan kerendahan hatinya sedemikian harum sehingga semua kaum, baik yang beragama Yahudi, Kristen, maupun Islam mengakuinya sebagai salah seorang di antara mereka.
Pelayanannya menyampaikan bahwa Ma'ruf pernah berpesan: "Jika ada suatu kaum yang dapat mengangkat peti matiku nanti, maka aku adalah salah seorang di antara mereka".
Kemudian ternyatalah bahwa orang-orang Kristen tidak dapat mengangkat peti matinya. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi. Ketika tiba giliran orang-orang Muslim ternyata mereka berhasil. Kemudian mereka men-shalatkan jenazah dan menguburnya di tempat itu juga.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan