Abdullah bin Mughaffal bersama Abu
Laila mendatangi Nabi SAW yang sedang memobilisasi pasukan ke Tabuk, mereka
berdua meminta kendaraan dan perbekalan untuk bisa ikut berjihad pada
pertempuran tersebut, tetapi pada Nabi SAW sudah tidak memiliki apa-apa lagi
yang bisa diberikan. Mereka berdua sangat sedih tidak bisa ikut serta berjihad,
pulang dengan menangis.
Di perjalanan pulang, mereka bertemu dengan Ibnu Yamin
an Nashri, seseorang yang beragama Nashrani, ia menanyakan mengapa mereka
menangis. Setelah Ibnu Mughaffal menjelaskan permasalahannya, Ibnu Yamin
memberikan unta dan kurma kering pada keduanya untuk bisa mengikuti pasukan
jihad. Dengan berboncengan mereka menyusul Nabi SAW ke Tabuk.
Pada hari Penaklukan Makkah (Fathul Makkah), Abdullah
bin Mughaffal berkendara tidak jauh dari Nabi SAW. Ia melihat dan mendengar
Nabi SAW terus-menerus membaca surah al Fath sampai berulang-ulang, sehingga
ia-pun menjadi hafal bacaan surat Al Fath tersebut, ia juga menegtahui berapa
kali beliau mengucapkannya.
Ia mendengar Nabi SAW bersabda, bahwa
bermain ketepel tidak ada gunanya, tidak bisa untuk berburu dan tidak dapat
mengalahkan musuh, bahkan sebaliknya bisa menyakiti mata dan melukai gigi.
Suatu ketika ia melihat keponakannya yang masih kecil bermain katepel, maka ia
menasehatinya untuk tidak memainkannya sebagaimana sabda Nabi SAW yang
didengarnya. Tetapi keponakannya tersebut tetap melakukannya, maka ia bersumpah
tidak mau berbicara dengannya dan tidak akan menghadiri jenazahnya jika ia mati
lebih dahulu. Ibnu Mughaffal tidak rela kalau larangan Nabi SAW tersebut
dilanggar, terutama oleh anggota keluarganya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan