Kedua orang tuanya adalah orang
Quraisy yang termasuk generasi awal kaum beriman di kalangan para sahabat
Rasululah SAW. Kedua orang tuanya termasuk orang-orang pertama yang merespons
dakwah Rasulullah SAW, kemudian mendapat petunjuk melalui petunjuk beliau dan
merupakan batu bata pertama di bangunan agama yang lurus ini.
Ketika sekelompok orang Quraisy berbondong-bondong untuk menjadi penganut agama yang mulia ini, di antara adalah Khalid bin Sa’ad bin Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abu Manaf bin Qusyai dan istrinya Umainah binti Khalaf bin As’ad bin Amir Al-Khuzaiyah. Kedua orang mulia dan terhormat inilah orang tua Amah.
Ketika beragam siksa mulai menimpa kaum Mukminin dan bermacam penganiayaan mendera mereka, Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habasyah. Di Habasyah, kaum Mukminin mendapatkan keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Khalid dan istrinya pun berangkat ke Habasyah dengan berpegang teguh pada kesabaran. Di antara para sahabat yang hijrah ke Habasyah ialah Utsman bin Affan bersama istrinya, Ruqaiyah binti Muhammad SAW.
Khalid dan istrinya menceritakan kisah keislaman keduanya kepada putri mereka. Amah binti Khalid mendengar kisah menarik kedua orang tuanya dengan serius. Kisah tersebut membekas dan terpatri di hati Amah binti Khalid yang masih kecil.
Suatu ketika Amah kecil bertanya kepada ayahnya, "Ayah, kapan engkau masuk Islam?"
Khalid bin Sa'ad mendekap putrinya ke dadanya, sambil berkata, "Aku termasuk orang-orang yang pertama kali diberi kenikmatan iman. Orang yang masuk Islam bersamaku ialah pamanmu dari jalur aku, Amr bin Sa'ad. Dia sekarang ada bersamaku di Habasyah sedang hidup enak karena perlindungan Najasyi. Namun pamanmu dari jalurku yang lain, Aban bin Sa'ad, belum masuk Islam hingga sekarang."
Amah binti Khalid bertanya kepada ayahnya tentang nasib kakeknya, Abu Uhaihah, “Ayah, bagaimana dengan kakekku? Apakah Allah memberinya petunjuk untuk masuk Islam ataukah tetap berada pada kekafirannya?"
"Putriku, kakekmu tetap berada pada kekafiran dan kesombongannya," jawab Khalid bin Sa'ad, penuh kecintaan seorang ayah. "Kakekmu meninggal dunia dalam keadaan kafir. Sungguh aku selamat dengan Islam dan mengikuti Nabi Muhammad SAW."
Kaum Muhajirin dari Makkah menetap di Habasyah selama sepuluh tahun lebih, sedangkan Amah binti Khalid hanya hidup beberapa tahun di sana. Setelah itu, kaum Muhajirin kembali ke Madinah. Mereka pun bertemu Rasulullah SAW di Khaibar. Beliau berhasil menaklukkan Khaibar pada tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah kemudian memberi bagian rampasan perang kepada kaum Muhajirin dari Habasyah. Setelah itu, mereka pulang ke Madinah di bawah pimpinan Rasulullah SAW.
Di Madinah, putri-putri sahabat yang lahir di Habasyah mendapatkan perhatian dan asuhan Rasulullah SAW. Amah binti Khalid termasuk putri-putri sahabat yang belajar kepada Rasulullah SAW, mendapatkan kehormatan agung di sisi beliau, dan menjadi sahabiyah beliau. Amah binti Khalid ternasuk putri sahabat dan shahabiyah. Amah binti Khalid dikenal dengan nama panggilan Ummu Khalid. Ia dipanggil seperti itu, ketika Rasulullah SAW mengenakan pakaian baru kepadanya.
Sungguh Rasululah SAW amat memerhatikan putri dan putra sahabat dan menyayangi mereka. Itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada salah seorang dari orang tua mereka, atau kedua orang tua mereka. Amah binti Khalid termasuk orang yang dihormati Rasulullah SAW. Beliau juga menghormati kedua orang tua Amah dan mengetahui bahwa keduanya masuk Islam sejak dulu dan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam riwayat Bukhari disebutkan, suatu ketika para sahabat membawa beberapa pakaian yang di dalamnya terdapat baju yang diberi garis-garis (dengan sutra atau wol) kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda,
Ketika sekelompok orang Quraisy berbondong-bondong untuk menjadi penganut agama yang mulia ini, di antara adalah Khalid bin Sa’ad bin Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abu Manaf bin Qusyai dan istrinya Umainah binti Khalaf bin As’ad bin Amir Al-Khuzaiyah. Kedua orang mulia dan terhormat inilah orang tua Amah.
Ketika beragam siksa mulai menimpa kaum Mukminin dan bermacam penganiayaan mendera mereka, Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habasyah. Di Habasyah, kaum Mukminin mendapatkan keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Khalid dan istrinya pun berangkat ke Habasyah dengan berpegang teguh pada kesabaran. Di antara para sahabat yang hijrah ke Habasyah ialah Utsman bin Affan bersama istrinya, Ruqaiyah binti Muhammad SAW.
Khalid dan istrinya menceritakan kisah keislaman keduanya kepada putri mereka. Amah binti Khalid mendengar kisah menarik kedua orang tuanya dengan serius. Kisah tersebut membekas dan terpatri di hati Amah binti Khalid yang masih kecil.
Suatu ketika Amah kecil bertanya kepada ayahnya, "Ayah, kapan engkau masuk Islam?"
Khalid bin Sa'ad mendekap putrinya ke dadanya, sambil berkata, "Aku termasuk orang-orang yang pertama kali diberi kenikmatan iman. Orang yang masuk Islam bersamaku ialah pamanmu dari jalur aku, Amr bin Sa'ad. Dia sekarang ada bersamaku di Habasyah sedang hidup enak karena perlindungan Najasyi. Namun pamanmu dari jalurku yang lain, Aban bin Sa'ad, belum masuk Islam hingga sekarang."
Amah binti Khalid bertanya kepada ayahnya tentang nasib kakeknya, Abu Uhaihah, “Ayah, bagaimana dengan kakekku? Apakah Allah memberinya petunjuk untuk masuk Islam ataukah tetap berada pada kekafirannya?"
"Putriku, kakekmu tetap berada pada kekafiran dan kesombongannya," jawab Khalid bin Sa'ad, penuh kecintaan seorang ayah. "Kakekmu meninggal dunia dalam keadaan kafir. Sungguh aku selamat dengan Islam dan mengikuti Nabi Muhammad SAW."
Kaum Muhajirin dari Makkah menetap di Habasyah selama sepuluh tahun lebih, sedangkan Amah binti Khalid hanya hidup beberapa tahun di sana. Setelah itu, kaum Muhajirin kembali ke Madinah. Mereka pun bertemu Rasulullah SAW di Khaibar. Beliau berhasil menaklukkan Khaibar pada tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah kemudian memberi bagian rampasan perang kepada kaum Muhajirin dari Habasyah. Setelah itu, mereka pulang ke Madinah di bawah pimpinan Rasulullah SAW.
Di Madinah, putri-putri sahabat yang lahir di Habasyah mendapatkan perhatian dan asuhan Rasulullah SAW. Amah binti Khalid termasuk putri-putri sahabat yang belajar kepada Rasulullah SAW, mendapatkan kehormatan agung di sisi beliau, dan menjadi sahabiyah beliau. Amah binti Khalid ternasuk putri sahabat dan shahabiyah. Amah binti Khalid dikenal dengan nama panggilan Ummu Khalid. Ia dipanggil seperti itu, ketika Rasulullah SAW mengenakan pakaian baru kepadanya.
Sungguh Rasululah SAW amat memerhatikan putri dan putra sahabat dan menyayangi mereka. Itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada salah seorang dari orang tua mereka, atau kedua orang tua mereka. Amah binti Khalid termasuk orang yang dihormati Rasulullah SAW. Beliau juga menghormati kedua orang tua Amah dan mengetahui bahwa keduanya masuk Islam sejak dulu dan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam riwayat Bukhari disebutkan, suatu ketika para sahabat membawa beberapa pakaian yang di dalamnya terdapat baju yang diberi garis-garis (dengan sutra atau wol) kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda,
"Menurut
kalian, siapa yang paling layak kita beri pakaian ini?"
Orang-orang diam, kemudian Rasululah SAW bersabda,
"Bawa
kemari Ummu Khalid."
Ummu Khalid pun dibawa ke hadapan Nabi SAW, kemudian beliau mengenakan pakaian tersebut kepadanya dengan tangan beliau langusng, sambil bersabda, "Kenakan pakaian ini hingga lusuh, kenakan pakaian ini hingga lusuh!"
Di antara makna perkataan tersebut ialah semoga hidup Amah binti Khalid panjang, hingga pakaian yang dikenakan Nabi SAW tersebut lusuh.
Di antara yang membuat Amah binti Khalid termasuk wanita-wanita mulia dan mempunyai kedudukan di antara para sahabat ialah karena ia termasuk salah seorang dari putri-putri sahabat yang meriwayatkan hadits dari Nabi SAW. Amah binti Khalid meriwayatkan tujuh hadis dari Rasulullah SAW.
Bukhari meriwayatkan dua hadits Amah binti Khalid. Ada dua orang di antara para penulis sunan yang meriwayatkan haditsnya, yaitu Abu Dawud dan Nasa'i. Mereka yang meriwayatkan hadis dari Amah binti Khalid adalah Sa'ad bin Amr bin Sa'ad bin Al-Ash, yang tidak lain adalah anak pamannya dari jalur ayah, Amr. Begitu juga Musa bin Uqbah, Ibrahim bin Uqbah, Karib bin Sulaim, Al-Kindi, dan lain-lain.
Ketika Amah binti Khalid menginjak usia dewasa, ia dinikahi pendekar Islam dan kepala keluarga Zubair bin Awwam, yang merupakan sahabat setia Rasulullah SAW. Dari hasil pernikahannya dengan Zubair bin Awwam, Amah binti Khalid mempunyai dua anak laki-laki; Umar dan Khalid. Amah binti Khalid dipanggil dengan anaknya yang bernama Khalid tersebut sehingga namanya menjadi Ummu Khalid. Kedua anaknya termasuk anak-anak para sahabat terbaik dan tabi’in terbaik pula. Ia sendiri juga salah satu putri-putri sahabat dan istri-istri para sahabat terbaik.
Amah binti Khalid merupakan salah seorang putri sahabat yang berumur panjang. Hal ini tidak lepas dari keberkahan doa Rasululah SAW, ketika beliau mengenakan pakaian yang bergaris-garis sutra tidak lama setelah kedatangannya dari Habasyah.
Ibnu Hajar berkata, "Ummu Khalid (Amah binti Khalid) hidup lama sekali, yakni hidup hingga zaman Musa bin Uqbah."
Sedangkan Adz-Dzahabi berkata, "Ia hidup hampir 90 tahun. Saya berpendapat bahwa Amah binti Khalid adalah shahabiyah yang terakhir meninggal dunia, karena ia hidup hingga zaman Sahl bin Sa'ad."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan