Menurut Kalam Hikmah ke 6 , Imam Ibnu Athaillah Askandary
“Jangan sampai engkau
putus asa, hanya gara-gara pemberian Tuhan lambat kepadamu, padahal kamu sudah
sungguh-sungguh berdoa, sebab Allah menjamin untuk menerima semua doa menurut
apa yang dipilih-Nya untukmu, tidak menurut kehendakmu, dan pada waktu yang
ditentukan-Nya, tidak pada waktu yang kamu tentukan”
Hikmah ini menegaskan bahwa semua doa akan diterima, jadi jangan putus asa
jika berdoa tapi yang diinginkan tak kunjung ada.
Firman Allah,”Tuhanmu yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan
memilihnya sendiri, tiada hak bagi mereka memilih.”
Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui secara paripurna apa yang
akan terjadi, mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang
tampak baginya sepintas-lalu baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana
akibatnya. Karena itu bila Rabb yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
memilihkan baginya sesuatu, hendaknya dia ridho dan menerima pilihan Rabb Yang
Ar-Rahman dan Ar-Rahim serta Maha Mengetahui, Maha Bijaksana sekaligus,
meskipun pada lahirnya pilihan itu pahit dan pedih rasanya, namun itulah
pilihan terbaik untuknya. Oleh sebab itu, bila kita berdoa kemudian belum
tercapai juga keinginan kita, hendaknya janganlah kita terburu-buru putus
harapan.
Abu Hasan Asy-Syadzili ra. ketika mengartikan QS. Yunus[10]:9,
berkata, “Maka terlaksananya kebinasaan Firaun yang berarti setelah 40 tahun
doa Musa as.”
Al-Buthi menjelaskan bahwa ada perbedaan antara meminta dan berdoa. Ini
penting untuk dipahami karena banyak yang tak mengerti. Meminta adalah menyampaikan keinginan secara
verbal saja. Tapi kalau berdoa tidak sesederhana itu. Berdoa adalah
menyampaikan keinginan tidak hanya secara verbal, tapi disertai hadirnya hati,
konsentrasi tinggi dan budi pekerti. Jadi, permintaan belum pasti dinamakan doa, tapi doa
sudah pasti dinamakan permintaan.
Permintaan bisa dianggap doa jika memenuhi 2 hal :
1. Dilakukan dg
cara hati sadar, rendah hati dan merasa hina di hadapan Allah.
Permintaan yang disampaikan kepada Allah dengan hati lalai, lupa dan tanpa
etika, tidak dinamakan doa dan tak dijamin diterima oleh-Nya. Karenanya tak
benar apabila berkata, “Kenapa Allah tidak kunjung menerima doa saya, bukankah
siapa saja yang berdoa pasti diterima?”
Dalam QS. Ghafir, 60 “Berdoalah kepadaku niscaya akan
kuperkenankan”
Jelas ini sikap yang salah, karena keinginan yang ia sampaikan kepada Allah
adalah permintaan saja, bukan doa. Permintaan dan doa beda.
2. Orang yang meminta
harus memulai permintaannya dengan terlebih dulu bertaubat kepada Allah dari
segala maksiat yang dilakukan.
Maksudnya, jangan langsung menyampaikan keinginan kepadaNya, tapi minta
ampunan dulu dari segala dosa yang selama ini dilakukan. Jika hanya sekadar
menyampaikan keinginan, tapi di sisi lain masih tetap dalam gelimang
kemaksiatan, ini bukan doa, tapi meminta.
Ilustrasinya begini, kita menyampaikan keinginan pada orang mulia, agar
mengabulkan permintaan dan keinginan kita. Tapi sebelum itu, kita lakukan
kesalahan yang membuat orang mulia itu murka, jadi bagaimana mungkin permintaan
kita dikabulkan?
Itu pada manusia, lantas bagaimana bila kita menyampaikan keinginan kepada
Dzat yang Maha Mulia? Tentu harus lebih dari itu. Permintaan yang tidak
memenuhi 2 hal ini, bukan doa, tapi sekadar permintaan. Permintaan dinamakan
doa jika memenuhi 2 hal itu.
Allah berjanji akan mengabulkan doa, bukan permintaan. Jadi jangan
mengharap istijabah apabila itu permintaan. Istijabah yang dijanjikan Allah itu
jangan diartikan secara sempit. Istijabah itu luas, lebih luas dari apa yang
dipikirkan manusia. Jadi apabila kita berdoa dengan cara yang memenuhi syarat,
tapi masih belum dikabulkan juga, tenang dulu, jangan terburu-buru.
Doa itu tetap dikabulkan, meski tidak sesuai dengan harapan. Kenapa? Karena
Allah Maha Tahu, Maha Bijak, tahu pada yang terbaik bagi kita. Jangan
terburu-buru menvonis doa kita tidak dikabulkan, boleh jadi apabila keinginan
kita itu terwujud akan berdampak negatif pada kita.
Yang jelas, jika kita telah berdoa sesuai tuntunan di atas, maka Allah akan
memberi yang terbaik, meski itu tidak sesuai dengan keinginan. Dalam hal ini
sebaiknya kta merujuk pda al-Quran, surat al-Baqarah, ayat 216.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
[2]:216)
Selanjutnya, al-Buthi mewanti-wanti, bahwa doa yang diperintah oleh Allah
itu bukan sebuah media untuk mencapai tujuan akhir. Doa adalah ibadah dengan
sendirinya. Doa adalah tujuan, bukan perantara. Kita berdoa bukan hanya di saat
butuh dan terkena musibah. Doa adalah sebuah menifestasi dari wujud kehambaan
kita pada-Nya. Dengan doa, kita jadi sadar bahwa kita lemah dan butuh pada
Allah. Kalo berdoa saat butuh saja, kita tidak akan berdoa lagi apabila hajat
kita terpenuhi. Ini tidak benar. Karenanya, diantara adab berdoa adalah, kita
tidak selalu menuntut Allah agar wajib mengabulkan doa kita. Meski di sisi lain
Allah telah menjanjikan doa kita dikabulkan apabila kita berdoa, tapi tidak
sepantasnya kita menuntut itu. Kita diperintah berdoa dengan cara yang baik,
karena doa itu ibadah. Soal dikabulkan atau tidak itu hak Allah.
Nabi bersabda, “Doa itu dg sendirinya sudah dinamakan
ibadah”
Kita hanya menjalankan perintah berdoa, karena kita adalah hamba yang
lemah. Selanjutnya kita pasrahkan kepada Allah. Allah sudah pasti mengetahui
yang terbaik kepada kita, sehingga Dia juga akan memberikan yang terbaik kepada
kita.
Dalam hal apapun, termasuk doa, kita terus tanamkan dalam hati sikap
husnudzhon kepada Allah
Tiada ulasan:
Catat Ulasan