Kata Sheikh Ibn Athaillah As Sakandari R.A yang bermaksud :
“Keinginanmu untuk tajrid [hanya
beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah masih menempatkan
engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab], maka keinginanmu
itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya keinginanmu untuk
berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang
yang harus beribadat tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang demikian
berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
Sebagai seorang yang beriman, haruslah berusaha
menyempurnakan imannya dengan berfikir tentang ayat-ayat Allah, dan beribadah
dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah(menghamba) kepada
Allah,sesuai tuntunan Al-qur’an.
Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah,
kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam
ibadah yaitu bekerja (kasab).
Lalu berkeinginan lepas dari kasab/usaha dan hanya ingin melulu beribadah.
Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan
nafsu yang tersembunyi/samar.
Sebab kewajiban seorang hamba, menyerah kepada
apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apa lagi kalau majikan itu adalah Alloh
yang maha mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hambanya.
Dan tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu
dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu,
sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu,
juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain.
Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam
golongan hamba yang tidak berusaha
[Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan
yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan,
karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam
menunaikan kewajiban-kewajiban.
Syeikh Ibnu ‘Atoillah berkata : “Aku
datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy. Aku merasa, bahwa
untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada
ilmu lahiriah dan bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak
mungkin.
tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya, guru
bercerita: Ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan
sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan
kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu yang kamu
harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan
diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.
(Syarah Syeikh Mu’min)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan