Sahabat Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu adalah salah seorang pelayan atau pembantu Nabi Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam yang telah mengabdi kepada beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam selama kurang lebih 10 tahun.
Semenjak kecil, Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu yang saat itu tinggal di kota Yatsrib (Madinah), sudah merasakan betapa hatinya sangat mencintai dan merindui akan perjumpaan dengan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Tak heran, ketika ia mendengar kabar berita bahwasanya Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallohu ‘anhu hendak hijrah ke Madinah, ia pun merasakan kegembiraan mendalam yang terpancar dari lubuk hatinya. Dikarenakan sosok sang kekasih pujaan yang dirindukan dan dinantikan tak lama lagi akan ditemuinya.
Berkali-kali Anas kecil bersama anak-anak yang lain berusaha pergi menemui Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam begitu terdengar khabar kedatangan beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam di kotanya. Akan tetapi, ia tidak melihat apapun, yang ia dapatkan ternyata bukanlah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Anas kecil pun pulang dengan hati yang muram.
Hingga akhirnya pada suatu hari, apa yang dinantikan Anas kecil menjadi kenyataan, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam benar-benar datang dan sampai ke kotanya di Yatsrib (Madinah). Tak terbayangkan, kegembiraan yang luar biasa terpancar dari wajah dan hati Anas kecil. Ia pun larut dalam lautan kegembiraan bersama kerumunan warga kota Yatsrib (Madinah) saat itu.
Bagi Anas kecil, hari itu adalah hari yang paling bersejarah. Hari dimana ia pertama kalinya berjumpa dan bertemu untuk pertama kalinya dengan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Hari perjumpaan ini senantiasa ia ingat hingga akhir usianya yang lebih dari 100 tahun. Inilah hari yang paling membahagiakan baginya.
Hingga pada suatu hari, sahabat Anas kecil yang baru berusia 10 tahun dihadiahkan kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam oleh ibunnya untuk dijadikan pembantu atau pelayan bagi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Saat itu sang ibu berkata,
“Duhai Rasulullah, tiada seorang laki-laki dan perempuan dari kaum Anshar kecuali ia telah memberimu hadiah. Tapi aku tidak memiliki sesuatu pun yang dapat kuberikan kepadamu kecuali anaku ini. Ambillah ia, jadikan ia sebagai pelayanmu (pembantumu) sesuka hatimu”.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam pun menerimanya dan gembira melihat sosok Anas kecil.
Sejak saat itu, sahabat Anas kecil yang mempunyai panggilan manis Unais mulai berkhidmat, mengabdi dan melayani Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Ia senantiasa hidup dalam lindungan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam hingga beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam meninggalkan dunia yang fana ini menemui Allah subhanahu wa ta’ala.
Selama kurang lebih 10 tahun, Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu menjadi pembantu Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Ia sangat merasakan betapa indahnya kelembutan hati dan perlakuan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam terhadap dirinya. Ia begitu menikmati bagaimana mulianya akhlak budi pekerti Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam meskipun ia hanya seorang pembantu.
Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu menceritakan akan sosok Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam sebagaimana yang ia ungkapkan,
“Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling luas kasih sayangnya. Suatu hari, beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan. Aku pun berangkat. Di tengah jalan, di tengah keramaian pasar, aku bertemu dengan sekelompok anak yang sedang bermain.
Akhirnya aku ikut bermain bersama mereka dan tidak melaksanakan tugas yang beliau berikan kepadaku. Ketika sedang asyik bermain, tanpa kusadari di belakangku telah berdiri seseorang yang memperhatikan diriku. Ia kemudian memegang pundaku. Seketika itu juga aku menoleh ke belakang dan ternyata orang itu adalah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Beliau tersenyum kepadaku, lalu berkata, “Wahai Unais (panggilan manis dari Rasulullah untuk Anas bin Malik), apakah engkau telah mengerjakan perintahku?”. Aku pun bingung dan berkata, “Ya, aku akan pergi sekarang, duhai Rasulullah”.”
Lihatlah, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam tiada menegur ataupun memarahi Anas kecil, tetapi beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam justru tersenyum meski sejatinya Anas kecil telah lalai dalam melaksanakan apa yang ditugaskan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Sepuluh tahun Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu mengabdi kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam merupakan waktu yang cukup lama.
Dalam waktu yang cukup lama tersebut, tentunya ada pekerjaan yang ia lakukan tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Tetapi, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam tidak pernah sekalipun menegur, membentak, atau berkeluh kesah atas pekerjaannya, apalagi sampai mencela dan memarahinya.
Sebagaimana diungkapkan dalam Musnad Imam Ahmad, Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu berkata,
“Aku melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun dan tentunya pekerjaanku tidak semuanya sesuai dengan perintah beliau, tapi beliau tidak pernah membentakku dengan mengatakan ‘dasar kau’ dan tidak pula beliau berkeluh dengan mengatakan, ‘mengapa kau lakukan ini?’, dan ‘mengapa tidakkah kamu melakukan seperti ini?.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)
Dalam situasi lain, Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu berkata,
“Saya menjadi pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam selama sepuluh tahun, demi Allah beliau tidak pernah mencelaku sekalipun, juga tidak pernah berkata kepadaku ‘ah’, tidak berkata atas yang saya lakukan ‘kenapa kau melakukannya’ dan tidak pula berkata atas sesuatu yang tidak saya lakukan, ‘kenapa kau tidak melakukannya’.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)
Dalam hadits lain di dalam Shahih Muslim, sahabat Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu berkata,
“.. Aku selalu membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik ketika di rumah maupun ketika bepergian. Demi Allah, tidak pernah aku dapatkan beliau menegurku atas apa yang aku kerjakan dengan ucapan; ‘Mengapa kamu tidak melakukan ini dengan begini.’ ataupun terhadap apa yang tidak aku laksanakan, dengan perkataan; ‘Kenapa kamu belum lakukan ini seperti ini.'” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan