(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Jumaat, 19 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrasah
Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian segera menyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah untukmu. Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu telah mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan sesal atas dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari rasa cinta yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari sifat munafiq. Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi bagian-bagiannya dan pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah pada lahiri, sedang di hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain. Karena itu Nabi kita Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s. bahkan daripada Nabi yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di duniamu ada tiga macam : bahu wewangian, wanita dan perhatianku dalam shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama zuhud,
karena hal itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui Tuhan;
dan ia bisa diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa; setiap
orang yang memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati dunia
melimpah kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan,
dengarlah; berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak
menolak ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan ilmu itu ditandai
dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa nafsu setan penguasa
diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis atau pengikut setianya, bahkan
menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai orang jahil; wahai munafiq,
alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar mulut; bertaubatlah dari
segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan pencercaan Allah dan para
wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka demi memperoleh bagian
dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah Allah bukan karena
menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada Allah;
merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak belakang
dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka mempunyai
bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak sebagai
bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia dan
ketetapannya di sana.
Wahai sahaya,
alihkan dirimu tak perlu mendengarkan ucapan manusia selagi ia bersama nafsu
dan hawa; padamkan ucapan itu karena Allah; jika Allah menghendaki sesuatu
urusan niscaya Dia menarikmu kepada-Nya; jika dikehendaki untuk
memporak-porandakan dirimu, merusak atau meneguhkanmu itu hanya terjadi
karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu; serahkan jiwa ucapan dan segala
kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah hari-harimu dengan beramal untuk-Nya,
Jadikan amal tanpa banyak komentar; ikhlas tanpa riya’ tahid tanpa syirik,
masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan
penuhi batin ini dengan berbagai niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan ke
sana bersama ucapanmu :
“Hanyalah
Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau jualah kami memohon pertolongan.”
(Qs.1:5).
Inilah
Kitab yang datang di hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang
yag menyaksikan aku, bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain
dengan niat ini dan sifat ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Riwayat Ahmad)
Wahai sahaya,
jernihkan hatimu melalui makanan halal, bukankah kau sudah kenal Tuhanmu;
jernihkan suapan demi suapanmu bersama hati niscaya kamu jadi jernih (sufi);
tasawuf itu mustaq dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar
itu dilakukan melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini
sesuatu tidak akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan
batin atau memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara,
tidak pula dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari
memutar tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan;
berzuhudlah dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq
Azza wa Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku
berkata, wahai Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang
bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus
sampai aku tertidur. Kala aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan
kepadaku; “dan juga engkau janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu
dan engkau cegah amal yang membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu
(meluruskan apa yang datang) dari nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada
Nabi saw. maka berarti telah lurus nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk
umatnya, tapi ucapan itu tanpa disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu
beritba’ baik ucapan dan tingkah laku menunjukkan kau bersamanya dalam
persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima,
dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Q.S. Al-Hasyr : 7).
Laksanakanlah perintah Rasul dan
hentikanlah yang dilarangnya; sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari
Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau baca dengan hati dan di akhirat kau baca
dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud,
alangkah bagusnya zuhudmu; kamu berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa;
ikutilah dan pergaulilah guru-guru yang mengenal Allah (Arif billah), yang
alim, beramal, bisa menerima manusia dengan lisan nasihat dan pandai
melenyapkan tamak.
Wahai sahaya kembalilah
kepada Tuhan Besarmu (Allah) sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya;
sungguh kau telah berqana’ah dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan
pengharapan baginya – seperti orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia
tidak melihat sesuatu ada di dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang
tidak mungkin bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni, karena tamanni adalah jurang
ketololan.” (Riwayat Muslim)
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang
yang suka berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti
punya orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya mengalahkan takutnya
berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan harapan berati putus harapan;
yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil dalam menerapkan keduanya,
Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan orang beriman
ditimbang, niscaya sebanding.” (Riwayat Sayuthi)
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat
Sufyan As Tsauri – setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan
kepadamu? Ia berkata : meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan
yang sebelah lagi di surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh
sebenarnyalah ia seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari
ilmu itu dan mampu mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal
dan memberikan amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari
Allah dalam berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw,
sedang ia menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang
diturunkan kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah
berarti ia orang yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu menjadi
dalil untuk menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan sunnah
sebagai dalil untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan