(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada hari Selasa, 15 Sya’ban tahun 545
Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Dunia seluruhnya adalah hikmah, amalan
akhirat semuanya adalah kemampuan, ia dibangun di atas hikmah, begitulah
bangunan di atas kekuasaan, maka jangan tinggalkan amal untuk negeri hukum
(akhirat) dan jangan kau anggap sepeele kekuasaan-Nya di negeri itu, beramallah
untuk negeri hukum dengan menggunakan hukum-Nya, janganlah merasa berat
terhadap ketentuann-Nya, jangan menjadikan ketentuan itu sebagai alasan untuk
memperingan diri, karena ia justru membutuhkan-Nya.
Orang beriman jangan menggenggam dunia,
tapi ambillah dari bagiannya yang diberikan dan menetapkan hati bersama Tuhan.
Berhentilah di sana sampai cahaya dunia tersingkir; memanggil hati untuk
memasukinya, pertalian sirri menghasilkan sirr tertuju hati, dan hati menuju
jiwa yang tenang dan organ-organ tubuh
yang tunduk. Ketika hla itu terjadi ternyata memperkaya keluarga dan
menerapkan antara dirinya dengan keluarga cukup memuaskan, bahkan mereka
mematuhi-Nya – maka teraturlah antara hati dan keluarga. Sekarang ia pribadi
tetap bersama Allah seakan makhluk tidak dicipta untuk bersandar kepadanya,
seakan tiada makhluk lain untuk Tuhan selain ia sendiri – bersama Allah Dzat
Mahaberbuat – dan ia terkenai perbuatan-Nya. Tetaplah yang dicari sedang ia
pencarinya, tetaplah sumbernya dan ia cabangnya, ia tidak melihat yang lain
selain Dia, ia terlipat dari ciptaan :
“Sesudah itu apabila dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.”
(Qs.LXXX:22).
Wahai Tuhanku,
sesungguhnya daku oarng bisu, maka bicarailah aku, jadikan bicaraku berguna bagi
manusia, sempurnakan mereka denan baik; melalui usahaku, jika tidak kembalikan
daku pada kebisuan semula.
Wahai manusia,
sesungguhnya aku mengajakmu menuju kematian yang merah; yaitu menentang nafsu,
hawa, tabiat, setan dan merdeka dari ikatan ciptaan, tinggalkan semua itu selan
Al-Haq, bermujahadahlah dalam keberadaan ini, janganlah putus asa. Allah
berfirman :
“Setiap masa Dia dalam berkehendak.” (Qs. LV : 29).
Di penghujung zaman ini banyak terjadi
perubahan meliputi pergeseran pribadi, itulah zaman fatrah (seggang), zaman kaum munafiq tumbuh menjamur bersama
kemunafikannya. Wahai munafiq rupanya kau penghamba dunia, hanya ciptaanlah
yang kau lihat, justru kau beramal untuk mereka tetapi mengesampingkan pandangan
kepada Allah, tampka kau beramal untuk akhirat, padahal segala amalmu tertuju
untuk dunia.
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Apabila orang berhias diri dengan amal akhirat, sedang ia tidak
menghendakinya dan tidak pula mencarinya, sungguh terlaknat oleh penduduk
langit melalui nama dan nasabnya.”
Sesungguhnya aku memahamimu, wahai munafiq
– dari jalur hukum dan amal – hanya aku sengaja menutumu dengan tabir Allah.
Celaka, apa kamu tidak malu dengan organ tubuhmu yang tidak pernah bersih dari
maksiat dan najis lahir. Kamu mendewakan orang suci, batu, kesucian hati, namun
bagaimana bentuk kebersihanmu, bagaimana sirrmu, di hadapan manusia kamu tidak
pernah beradab; malah mengaku beradab di hadapan Allah. Bagi pengajar betapa
rela atas tingkahmu sedang kamu tidak sudi menaruh kesopanan di hadapan-Nya apalagi
sampai menerima perintah-Nya, kamu duduk di kantor dan kembali lagi, tiada kata
berarti hingga tauhidmu tegak dan tegar di hadapan Allah.
Wahai sahaya, menerima
ketentuan Allah itu lebih bagus daripada memperoleh dunia disertai nazi’ah
(pencabutan)nya, kemanisannya lebih manis jika berada dalam hati orang benar.
Barang siapa memperoleh syahwat dan kelezatan ini, bagi mereka itu lebih manis
daripada dunia seisinya, karena ia pembagus kehidupan, dalam jumlah besar
meliputi kondisi menurut perbedaan janisnya.
Bicaralah kepada manusia secara ilmiah
disertai amal, ikhlas dan jangan bciara kepada mereka dengan ungkapan ilmiah
anpa disertai pembuktian amal, karena hal itu tidak membawa hasil bagimu juga
orang yang menerima bicaramu.
Nabi bersabda :
“Kelembutan ilmu itu dengan cara pegamalan
jika diterimanya, dan jika tidak maka ia beralih darinya.”
Yakni beralih barakahnya, yang masih hanya
hujjahnya saja. Bila kamu jadi ilmuwan yang suka berfitnah dengan ilmu yang
kamu kantongi, niscaya batangnya tetap ada sedang buahnya lenyap darimu.
Perintah Allah agar melimpahkan rizki,
bertempat di hadapan-Nya, Apabila Dia berkenan melimpahkan rizki pintalah
bagaimana cara penyembunyiannya -- kalau
pun kamu tidak suka penampakan sesuatu dari-Nya – jika kamu suka suka penampakkan
apa yang ada di antaramu dan Dia, itu menjadi pertanda akan kehancuranmu.
Peliharalah diri dari rasa ujub meliputi
segala gerak, dan tunduk karena hal itu sebagai satu tindakan yang melampau
batas dan oangnya amat dibenci; menurut pandangan Allah. Peliharalah kecintaan
bicara kepada manusia dan menggantungi mereka, karena yang demikian membawa
mudlarat bagimu; tidak bermanfaat, jangan bicara satu kalimat pun sampai
urusanmu termuat dan menyampaikanmu – dari jalur hati, suatu urusan wajib dari
Allah. Apa perlunya kamu mengajak manusia pergi ke rumahmu kalaupun mereka
tidak kamu suguh. Nah, inilah suatu permasalahan yang membutuhkan asas; baru
kemudian bangunan bisa berdiri.
Galilah nuranimu sampai memancarkan sinar
hikmah, kemudian bangunlah dengan ikhlas, mujahadah dan amalan-amalan baik,
sampai mercusuarmu menjuang tingi, lalu serulah manusia menujunya. Wahai Allah
perhiduplah kerangka amalku dengan pancaran ikhlas. Bermanfaatkah kesendirianmu
dengan ciptaan sedang di hatimu terdapat ciptaan itu. Tidak, sekali-kali tidak
bahkan tak ada mulia bagimu atau kesendirianmu. Bila kamu menyendiri tapi
ciptaan tetap tegar dalam hati, berarti kamu berdiam sendiri tanpa hias
berjinak bersama Allah, bahkan yang menguntitmu adalah nafsu, setan dan hawa.
Namun jika hatimu berjinak bersama Allah keluarga. Jika di hatimu tetap terisi
kejinakan bersama Dia hancurlah dinding-dinding keangkuhan dan sorot pandang
yang mengarah kepada kebenaran, maka tinggal kamu melihat keutamaan dan
perbuatan-Nya. Dari sini kamu mantap rela kepada-Nya bukan yang lain.
Barangsiapa setiap keberadaannya bersama ketentuan syara’ tanpa ada rasa
tamani; apa yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, atau kelenyapan dan
ketetapannya, maka sungguh ia menghasilkan
persyaratan rela, bersesuaian dan penghambaan.
Kendati iman dan i’tikadmu baik
sesungguhnya Dia tetap melihatmu, dekat denganmu dan mengawasimu; kenapa tidak
malu kepada-Nya. Sungguh aku berkata benar, aku tidak takut kamu, aku tidak
berharap kamu. Bagiku kamu dan seluruh penduduk bumi hanya seperti kepinding
dan semut, kaerna aku tahu mudlarat dan manfaat datang dari Allah, bukan dari
kamu. Kekuasaan dan penguasa bagiku sama seperti yang aku conthkan, ingkari
dirimu dan yang lain dengan ketentuan syara’ bukan dengan hawa nafsu atau tabiat.
Betapa tenang syariat darinya, maka ikutilah dalam ketenangannya, betapa ia
bicara dengannya, maka ikutilah dalam pembicaraannya.
Camkanlah, dunia boleh kamu genggam, boleh
kamu kantongi, jika suatu sebab boleh kamu simpan asal disertai niat baik, tapi
jika sampai di hati setoplah, berhentinya apda pintu silahkan, tapi jika ingin
masuk dari pintu belakang jangan. Sebab hal itu tidak membawa kemuliaan bagimu.
Bila seseoarng sepi dari permasalahan ini atau ciptaan lain, seakan dirinya
sepi lagi tehapus dari padangan dunia itu, kala bencana datang batinnya tetap
tegar tidak bergetar, bahkan kalau ketentuan Allah datang ia segera
melaksanakannya, ketika larangan yang datang ia segera menahannya. Janganlah
bertamanni sesuatu atau loba atsnya, kehendak aka keberadaan yang sempat masuk
diterima hati bisa membakhilkan padangan.
Di mana kalian, wahai penghianat ilmu dan
amal, wahai musuh Allah dan Rasull-Nya, wahai pemutus penghambaan kepada Allah;
sungguh kalian dalam kepekatan yang jelas munafiq, sedemikiankah sifat
munafiqmu, sampai kapan sandiwara ini akan berakhir. Wahai Ulama, wahai zuhud,
rupanya kalian senjata bagi pemunafiq dan para penguasa, sampai kalian tak
malu-malu lagi mencomot barang-barang mereka yang tak laku di dunia meliputi
syahwat dan keenakannya. Kalian dan sebagian penguasa di zaman ini sebagai
tipe-tipe manusia penganiaya, penghianat atas kekayaan Allah yang diperuntukkan
buat hambanya.
Wahai Allah,
belahkanlah pengaduan orang-orang munafiq, rendahkanlah atau Engkau mengampuni
mereka, hinakan laku aniaya mereka dan hapuskan bumi ini dari mereka atau
mereka Engkau perbaiki, Aamiin...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan