(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada hari Jumaat, 10 Rajab tahun 545 H di
Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Anak-anak sekalian: Dua langkah saja, anda
sudah sampai di hadapanNya Azza wa-Jalla.
Satu langkah melewati dunia, satu langkah
melewati akhirat.
Satu langkah melewati diri anda dan satu
langkah melewati makhluk.
Tinggalkan alam lahir dan anda sudah sampai
di alam batin. Bermula dari alam lahir dan berakhir alam batin, lalu
sempurnakan kemandirian anda hanya di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Darimu
permulaan dan Allah Azza wa-Jalla akhirnya. Ambillah tali dan ikatlah. Duduklah
di pintu amal, hingga ketika engkau berusaha, engkau sangat dekat dengan Sang
Pemberi amal. Jangan duduk di atas ranjangmu dan di bawah selimutmu atau di
balik pintu, lalu anda berusaha dan melakukan amaliah. Maka, dekatkan hatimu
dengan dzikir dan ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla di hari Mahsyar. Renungkan
apa yang terjadi di dalam kubur.
Tafakkur-lah bagaimana di hari Mahsyar
nanti Allah Azza wa-Jalla menggelar semua manusia dan mengadili mereka di
hadapanNya. Bila renungan ini terus berlangsung, maka kekerasan hati anda akan
sirna, hati anda akan bersih. Karena bangunan yang menjulang akan kokoh dengan
fondasi yang dalam. Bila tidak punya fondasi akan cepat robohnya. Bila anda
membangun kondisi ruhanimu di atas aturan yang kokoh, maka tak seorangpun bisa
merusaknya. Bila anda tidak membangun dengan cara demikian, kondisimu tidak
akan kokoh, hingga anda tidak sampai pada suatu maqam ke maqam yang lain. Dan
hati para shiddiqin pun akan marah dan berharap tidak melihatmu.
Hati-hati! Hai orang yang bodoh pada agama,
engkau terhasut oleh permainan. Sungguh,
jangan. Tak ada sedikitpun kemuliaan bagi sosokmu. Engkau telah membiarkan
dirimu bicara pada orang lain tanpa keahlian pada dirimu. Padahal wacana itu
boleh disampaikan hanya oleh orang-orang yang benar-benar sholeh. Padahal
mereka ini malah membisu, kalau harus bicara yang begitu langka, cukup dengan
isyarat.
Diantara mereka ini ada yang memang
diperintahkan bicara. Lalu ia bicara pada publik dengan rasa segan. Setelah
bicara dengan jelas, persoalannya jadi terbalik jika disandarkan pada hati dan kejernihan
rahasia batinmu.
Karena itu Sayyidina Ali Karrromallah
wajhah, ra, mengatakan, “Bila tirai dibuka pun, aku tidak bertambah yaqin.”
Beliau berkata juga, “Aku tidak menyembah Tuhan yang aku tidak melihat.” Dalam
kesempatan lain beliau berkata, “Qalbuku melihat Tuhanku.”
Hai orang-orang bodoh, bergaullah dengan
para Ulama, berbaktilah pada mereka dan belajarlah dengan mereka. Ilmu itu
diraih dari lisan para tokoh yang bermajlis dengan para Ulama dengan sikap adab
yang baik dan tidak kontra dengannya, mencari faidah dari mereka agar kalian
mendapatkan pengetahuan mereka, lalu berkah-berkahnya kembali pada anda, dan
anda mendapatkan faedah yang banyak.
Bermajlislah dengan para arif Billah dengan
cara diam, dan bermajlislah dengan orang zuhud dengan rasa senang dengan
mereka.
Setiap saat sang arif lebih mendekat kepada
Allah Azza wa-Jalla dibanding waktu sebelumnya. Setiap saat hatinya bertyambah
khusyu’ pada Tuhannya Azza wa-Jalla, rasa hina-dinanya semakin tambah, Khusyu’
yang langsung dengan hati yang hadir, bukan dengan hati yang tidak tampak. Pertambahan khusyu’nya menurut kedekatannya
pada Allah Azza wa-Jalla, begitu juga bertambah bisunya menurut bertambahnya
musyahadahnya kepada Allah Azza wa-Jalla. Bahasa nafsunya membisu, watak dan
hawa nafsunya diam, kebiasaan dan eksistensinya membisu. Sedangkan bahasa
qalbunya, batinnya, maqom dan anugerah padanya senantiasa mengekspresikan
nikmat dariNya. Karena itu ketika mereka bermajlis dengan orang arifin selalu
diam agar meraih manfaat dan meminum dari sumber yang memancar dari hati
arifin.
Siapa yang lebih banyak bergaul dengan kaum
airifin Billah Azza wa-Jalla, ia akan mengenal dirinya senantiasa hina di
hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla. Karena itu disebutkan, “Siapa yang kenal
dirinya maka ia kenal Tuhannya,“ karena diri adalah hijab antara hamba dengan
Tuhannya.
Siapa yang mengenal dirinya akan tawadhu’
pada Allah Azza wa-Jalla, dan ketika mengenal makhluk ia hati-hati, ia lebih
sibuk bersyukur kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding sibuk mengenal makhluk. Ia
tahu, bahwa tak akan mengenalkan dirinya pada makhluk melainkan demi suatu
kebajikan dunia dan akhiratnya. Lahiriahnya sibuk bersyukur padaNya dan
batinnya, penuh sibuk memujiNya. Lahiriyahnya berpisah tapi batinnya berpadu.
Kegembiraan ada di batinnya, susah ada di lahirnya, semata untuk menutupi
kondisi batinnya.
Orang arif itu berbeda dengan orang mukmin
biasa. Jika susah di hatinya, maka wajahnya menampakkan kegembiraan. Ia tahu
dan diam di PintuNya, ia tidak tahu apa yang bakal dikehendakiNYa padanya,
apakah diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka atau terus terkunci?
Siapa yang mengenal dirinya maka ia berbalik kondisinya dibanding orang mukmin
biasa dalam segala tingkah lakunya. Orang mukmin memiliki hal yang terus
berubah, sedangkan orang ‘arif memiliki maqom yang tetap dan teguh.
Orang mukmin biasa, senantiasa takut akan
terjadinya perpindahan ruhaninya dan hilangnya imannya. Hatinya terus gelisah,
dan wajahnya terus ceria, ia bicara dengan sunyum di wajah dengan hati yang
gundah. Sedangkan orang arif dukanya ada di wajahnya, karena ia menjumpai
makhluk sebagai sesuatu yang aneh, lalu ia memperingatkan mereka, memerintah
dan melarang mereka, sebagai pengganti tugas Nabi saw.
Kaum Sufi mengamalkan apa yang mereka
dengar, lalu mereka mendekatkan amal itu agar dekat kepada Allah Azza wa-Jalla,
dimana mereka melakukan aktivitas amaliah hanya bagiNya, lalu mereka mendengar
nasehat tanpa perantara dengan mendengarkan melalui hati mereka, disaat mereka
tidur dan tiada menurut makhluk, namun sedang sadar dengan Sang Khaliq. Ia
senantiasa berjalan dalam sunyi, sedangkan anda berjalan ketika sedang sibuk.
Mereka senantiasa meraih menjadi
limpahan Ilahi Azza wa-Jalla, dan aturannya sampai pada anda melalui rahasia
batin, sedangkan rahasia batin mendikte qalbu, lalu qalbu mendikte nafsu yang
muthmainnah, nafsu yang muthmainnah mendikte lisan, dan lisan mendikte makhluk.
Siapa pun yang bicara pada makhluk lain,
mestinya seperti itu, jika tidak jangan bicara pada mereka. Kegilaan kaum sufi
adalah meninggalkan kebiasaan watak dan tindakan emosional hawa nafsu, dan
meninggalkan syahwat dan selera kesenangannya. Bukan berarti mereka selayaknya
orang gila biasa, yang hilang akalnya.
Syeikh Hasan al-Bashry ra mengatakan, “Jika
anda melihat mereka, anda pasti mengatakan kalau mereka ini gila. Dan
sebaliknya jika mereka melihat kalian, pastilah mereka mengatakan, sedikitpun
kalian tidak beriman pada Allah Azza wa-Jalla.”
Khalwatmu tidak benar. Karena khalwat itu
kosongnya hati dari segala hal, kosong batinmu dari dunia, dari akhirat dan
dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Itulah perjuangan serius para Nabi
dan rasul, para Auliya’ dan orang-orang shaleh. Amar ma’ruf nahi mungkar lebih
aku sukai ketimbang melihat 1000 orang
yang beribadah dalam dalam bilik. Batasi nafsu dari pandangannya, dengan
memejamkan nafsu, membatasi dan menolaknya, hingga pandangannya tidak
menyebabkan kehancurannya, melainkan mengikuti hati dan rahasia batin (sirr),
jangan sampai keluar dari hati dan sirr, berpadulah dengan keduanya, hingga
tidak berpisah, menjalankan perintah keduanya dan menghindari larangan
keduanya, sesuai pilihan keduanya (qalbu dan sirr), maka nafsu menjadi
muthmainnah, lalu hanya mencari dan menuju Yang Satu. Bila nafsu sampai kondisi ruhani seperti itu,
maka nafsu tidak meremehkan perjuangan dirinya.
Janganlah membantah apa yang ditindakkan
Allah Azza wa-Jalla padamu dan pada yang lain, ingatlah firmanNya:
“Dia tidak ditanya apa yang dilakukan,
namun merekalah yang dimintai pertanggungjawaban (atas apa yang dilakukan).”
(Al-Anbiya’: 23)
Manakah anda mengikuti Allah Azza wa-Jalla?
Bila anda tidak membajiki adabmu, maka anda bisa keluar dari dunia ini dengan
hina. Bila anda memperbajiki adabmu, anda mandiri di hadapanNya, duduk dan
mulia.
Pecinta Allah adalah tamu di sisiNya, dan
tamu tidak memilih makanan, minuman dan pakaian yang disediakan tuan rumahnya
dalam segala situasinya. Namun ia senantiasa terus menerus berdiam, sabar dan
rela, maka jika tamu seperti itu katakan, “Bergembiralah, atas apa yang anda
lihat dan jumpai.”
Siapa yang kenal Allah Azza wa-Jalla dunia
dan akhirat serta segala selain Allah Azza wa-Jalla sirna dari hatinya. Maka
ucapan anda wajib hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, jika tidak diam lebih baik
bagimu, agar hidupmu hanya bagi ketaatan pada Allah Azza wa-Jalla, jika tidak
kematian lebih baik menjemputmu.
Ya Allah hidupkan kami untuk patuh padaMu,
dan gelarlah kami bersama ahli taat padaMu. Amin.
Syeikh Abdul Qodir berkata, Orang yang
beriman adalah orang yang hijrah dari nafsunya, lalu berguru kepada seorang
Syeikh yang bisa mendidiknya memberikan pengetahuan, dan terus belajar dari
kecil hingga mati. Kemudian terus membaca Al-Qur’an, kemudian mendalami Sunnah
Rasulullah Saw, maka ia akan mendapatkan
taufiq dari Allah Swt. Karena ia mengamalkan apa yang diketahui menuju kepada
Allah azza wa-Jalla.
Sepanjang ia mengamalkan ilmunya,ia akan
diberi ilmu oleh Allah yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Hatinya teguh
dalam berpijak, dan ikhlas dalam melangkah menuju Allah azza wa-Jalla.
Bila anda mengamalkan ilmu anda, tetapi
tidak membuat anda dekat pada Allah azza wa-Jalla, anda pun tidak menemukan
indahnya ibadah dan kemseraan denganNya, ketahuilah bahwa anda sesungguhnya
belum mengamalkannya, karena anda telah terhijab oleh cacat-cacat dalam amal
anda. Apa cacat-cacat itu?
Riya’, kemunafikan dan keta’juban pada diri
sendiri. Wahai orang yang beramal, ikhlaslah! Jika tidak, anda jangan
berpayah-payah dalam Muroqobah pada Allah azza wa-Jalla ketika khalwat maupun
ketika berada dalam keramaian. Karena orang munafiq malah senang pamer ketika
dalam keramaian, dan orang yang ikhlas
tidak peduli apakah dalam ramai atau dalam sunyi, sama saja.
Bila anda melihat orang yang sangat pesolek
atau wanita pesolek, pejamkan mata nafsumu, hawa nafsumu dan nalurimu, lalu
ingatlah pada pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, bacalah:
“Dan kamu tidak berada dalam suatu
keadaan…” (Q.S. Yunus:61)
Waspadalah pada pandangan Allah azza
wa-Jalla dan pejamkan kedua matamu dari memandang yang diharamkan. Ingatlah
pada Dzat yang anda tidak bisa menhindari pandangan dan pengetahuanNya. Bila
anda sudah tidak membantah dan kontra pada Allah azza wa-Jalla maka ubudiyah
anda padaNya sempurna dan anda menjadi hamba yang benar-benar hambaNya,
tergolong orang-orang yang disebutkan:
“Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Iblis)
tidak bisa menguasai (menggodanya).” (Q.S. Al-Hijr:42)
Bila syukurmu benar-benar terwujud pada
Allah azza wa-Jalla, Allah mengilhami makhluknya untuk berterimakasih padamu,
menyayangimu, pada saat itulah tidak ada peluang lagi bagi syetan dan kroninya.
Anda jangan sampai meninggalkan berdoa
sebagai prinsip, jangan sampai sibuk berdoa hanya untuk mencari dispensasi. Doa
itu adalah ketenggelaman jiwa dan
pembebasan bagi yang tertahan sampai mendapatkan jalan keluar dari tahanannya
dan masuk dalam Sang Maha Diraja.
Jadikan akal sehat anda , bahwa
meninggalkan doa itu tidak baik sama sekali. Namun anda berdoa, anda butuh niat
dan akal sehat serta pengetahuan dan mengikuti jejak orang yang berpengetahuan.
Anda tidak memikirkan apa yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada
pada diri orang-orang yang shaleh, dan karena itulah prasangka anda buruk pada
mereka. Janganlah anda berilusi dengan pangkal agama dan perilaku ruhanimu pada
mereka, jangan sampai anda kontra dengan mereka dalam semua aktivitasnya
sepanjang mereka tidak kontra dengan aturan syariat, karena mereka berada di
sisi Allah azza wa-Jalla baik secara lahir maupun batin.
Hati mereka tidak akan tenang sebelum
meraih keselamatan dari Allah azza wa-Jalla. Karena itu kemarilah wahai hamba
Allah Azza wa-Jalla di muka bumi. Wahai ahli zuhud kalian mengetahui sesuatu
tetapi kalian tidak meraih kebaikan. Masuklah kemari mempelajari kitabku,
sampai anda saya ajari tentang suatu hal yang tak pernah anda temukan selama
ini. Dalam hati ada kitab, dan dalam rahasia batin juga ada kitab, dalam nafsu
kita juga ada kitab, serta dalam tubuh kita juga ada kitab, semuanya merupakan
derajat-derajat dan maqom serta langkah-langkah yang berbilang.
Langkah pertama saja anda tidak benar,
bagaimana anda melangkah ke tahap kedua? Islam anda saja tidak benar, bagaimana
anda sampai pada iman? Iman anda pun tidak benar bagaimana anda bisa sampai
pada Iiqon (yaqin)? Iiqon anda juga tidak benar bagaimana sampai kema’rifatan
dan kewalian?
Berakal sehatlah anda, tapi anda tidak
menggunakannya. Masing-masing anda ingin menjadi pemimpin, tetapi anda tidak
memiliki pirantinya? Anda baru bisa jadi pemimpin jika anda sudah bisa zuhud dari dunia, zuhud dari nafsu, kesenangannya,
watak dan hasratnya. Kepemimpinan itu turun dari langit bukan dari bumi.
Kewalian itu datang dari Allah azza wa-Jalla bukan datang dari makhluk. Jadilah
diri anda sebagai pengikut, bukan yang diikuti, dan jadilah kalian sebagai
sahabat bukan yang disahabati. Bumikan dirimu dalam kehinaan dan kesembunyian.
Bila anda meraih sesuatu di hadapan Allah
azza wa-Jalla berbeda dengan Dari harapanmu, maka pada saatnya Dia
mendatangimu. Maka pasrahkanlah dirimu padaNya, tinggalkan merasa bisa atas
upayamu, kekuatanmu, kontramu dan sahabatmu
dan nafsumu.
Bersahabatlah dengan ubiyah-mu, yaitu
melaksanakan smeua perintah dan menjauhi laranganNya, serta bersabar atas
bencana-bencana.
Dasar perkara seperti itu adalah tauhid dan
kekokohannya, dan asasnya adalah amal yang sholeh. Namun, betapa tidak kokohnya
bangunan anda, niat anda saja tidak benar bagaimana anda bicara? Sedangkan
diammu pun juga tidak benar, bagaimana bicaramu benar pada orang lain,
sebagai pengganti para Rasul? Karena
para Rasul adalah para penceramah, ketika para Rasul wafat maka Allah azza
wa-Jalla menetapkan para Ulama yang
mengamalkan ilmunya, dan mereka dijadikan sebagai pewarisnya.
Siapa yang ingin berada di maqom sebagai
pengganti Rasul harus menjadi manusia paling suci di zamannya, yang paling
mengenal aturan dan ilmunya Allah azza wa-Jalla.
Namun mereka menganggap masalah ini sepele,
hai orang-orang bodoh terhadap Allah azza wa-Jalla dan rasulNya, wali-waliNya
yang shaleh dari para hambaNya!
Wahai orang yang bodoh pada dirinya, pada watak, dunia dan akhiratnya,
celakalah kalian ini! Diamlah kalian ini sampai datangnya orang yang ilmunya
mengalahkan nafsunya, berbicara dan menghidupkan jiwa kalian, menegakkan dan
membangkitkan kalian.
Itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak demikian, karena ia telah
menutup pintu makhluk dan membuka Pintu Allah azza wa-Jalla, yaitu Pintu Agung.
Jika penutupan pintu dan pembukaan pintu ini benar pada seorang hamba, maka ia
akan kehilangan dukungan manusia, namun ia akan khalwat, lalu datanglah pakaian
dalam hatinya, datang pula kunci-kunci yang mampu menyingkap kulit-kulit dan
yang ada adalah isi.
Pintu hawa nafsu tertutup, lalu ia menang dalam pergumulan jiwa, lalu
terbukalah jalan menuju Allah azza wa-Jalla, lalu muncullah ketekunan atas hasratnya
yang selaras dengan ketekunan pendahulu-pendahulunya dari para Nabi dan Rasul
Saw, serta para WaliNya. Ketekunan itu tidak lain adalah ketekunan bersih tanpa
kotoran, ketekunan tauhid tanpa syirik, ketekunan pasrah total tanpa kontra
padaNya, ketekunan jujur tanpa dusta, ketekunan pada Allah azza wa-Jalla, bukan
pada makhluk, ketekunan pada Sang Penyebab, bukan pada akibat.
Ketekunan-ketekunan inilah yang digapai
oleh para pemimpin agama, raja-raja ma’rifat, yang disebut sebagai Rjalul Haq
Azza wa-Jalla, para kaum terpilihNya, parakekasihNya, yang senantiasa sebagai
pembela agamaNya dan mereka adalah pecinta agamaNya.
Celakalah kalian, bagaimana anda mengklaim
mengikuti thariqah kaum sufi sedangkan anda musyrik dengan lainNya? Anda ini
tidak punya iman, sedangkan di muka bumi ini masih ada yang anda takuti dan
anda harapkan. Anda tidak bisa zuhud di dunia selama di dunia masih ada yang
kau harapkan. Anda tidak bertauhid selama anda masih memandang yang lainNya
dalam perjalananmu menuju kepada Allah azza wa-Jalla.
Orang yang ‘arif senantiasa asing di dunia
dan akhirat dan zuhud dari dunia dan akhirat, serta zuhud dari segala hal
selain Allah azza wa-Jalla secara total, karena tak ada yang kesenangan sedikit
pun selain padaNya.
Hai kaumku… Dengarkan sesuatu dariku,
jangan sampai ada prasangka buruk dalam hatimu. Bagaimana tidak, kalian
berprasangka dan menggunjingku, padahal aku sangat sayang pada kalian, aku
memikul beban kalian, menjahit amal-amal kalian yang compang camping dan
memohonkan syafa’at untuk kalian pada Allah azza wa-Jalla, memohonkan ampunan
dosa-dosa kalian?
Siapa yang kenal aku, ia tidak akan
berpaling dariku sampai mati, kesenangan dan kenikmatan, makan dan minumnya
serta pakaiannya pun, tidak ada yang mengalahkan kesenangannya bersamaku.
Anak-anak sekalian… Bagaimana kalian tidak
mencintaiku, akulah yang sangat berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk
kepentinganku! Aku ingin kemanfaatan ada dalam hidupmu,
kebersihan dirimu dari kekuasaan dunia yang
mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus mengikuti jejak dunia?
Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membunuh kalian. Sedangkan Allah
azza wa-Jalla tidak membiarkan
kekasihNya bersama dunia bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan
kekasihNya merasa aman dengan dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang
lainnya.
Justru Dialah bersama mereka dan mereka bersamaNya.
Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir. Sedangkan
pada yang lainNya, ia menolak. Hanya kepadaNya ia menghadap, Dia senantiasa
menjaga mereka, dan mereka meraih kebahagiaan.
Ya Allah, jadikan kami bersama mereka, dan
lindungi kami sebagaimana Engkau lindungi mereka.
Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia
dan berikanlah kami kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka
Wahai orang yang munafiq pada Allah azza
wa-Jalla, Ingatlah bahwa Allah azza wa-Jalla adalah yang memperjelas kepada
hambaNya yang dikehendakiNya, Dialah yang mengajak mereka, dan Dialah yang
menyatukan hati hambaNya yang dikehendakiNya. Dan Dialah yang menundukkan hati
hambaNya. Sedangkan anda hendak menyatukan hati makhluk dengan kemunafikan
anda, pasti tidak akan berhasil!.
Anak-anak sekalian, tinggalkan syahwat
kesenangan anda hingga di bawah telapak kakimu, berpalinglah darinya dengan segenap
hatimu. Bila memang ada sesuatu yang membahagiakanmu berupa takdir Allah azza
wa-Jalla, pasti akan tiba pada saatnya. Karena catatan takdirNya tidak bisa
dihindari dan tidak berubah. Ia datang pada waktunya, dengan penuh keramahan,
mencukupi dan sangat baik, dan Dia memberikannya dengan Tangan Kemuliaan bukan
dengan tangan kehinaan.
Maka dengan begitu anda telah berhasil
meraih pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla, Dia pun memandangmu dengan
Mata Kemuliaan, karena anda tidak bersikap buruk padaNya dan tidak mendesak
dalam pencariannya, sebagaimanan anda
lari dari bagian-bagian anda sendiri, maka justru melekat pada anda dan berada di belakang
anda.
Zuhud tidak akan benar bila anda tidak
berpaling sebelum datangnya bagian-bagian yang ditentukan itu. Belajarlah
kepadaku tentang zuhud dan berupayalah. Kalian jangan duduk saja di zawiyah
kalian dengan kebodohan kalian. Belajarlah agama, baru ‘uzlah. Belajarlah
mengenai hukum Allah azza wa-Jalaa, lalu mengamalkannya, baru ‘uzlah dari
segalanya.
Kecuali para individu dari kalangan Ulama
Billah azza wa-Jalla, maka, anda bergabung dengan mereka ini, anda menyimak
pelajaran dari mereka, itu lebih baik dibanding anda ‘uzlah. Bila anda mengenal
salah satu dari mereka, maka bergabunglah dengannya, belajar mengenal Allah
azza wa-Jalaa dengannya, tekunlah dalam menyimak pelajarannya, melalui
ucapannya.
Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh,
yaitu para Ulama Billah azza wa-Jalla dengan aturan Allah dan ilmuNya. Bila
anda benar-benar sudah faham, silakan anda ‘uzlah, karena para malaikat dan ruh
orang-orang saleh dan hasrat mereka berada di sisi anda, bila anda ‘uzlah
dengan syarat seperti itu. Jika tidak memenuhi syarat itu, maka ‘uzlah anda
adalah munafik, dan anda telah menelantarkan waktu anda terhadap hal yang tak
berguna, malah anda masuk neraka dunia dan neraka akhirat. Di dunia anda
mendapat neraka bencana, dan di akhirat anda mencebur ke neraka yang disediakan
untuk orang munafik dan orang kafir.
Ya Allah mohon maaf, ampunan, tutup akan
dosa, dan ampunan serta taubat. Janganlah Engkau robek tutup kami dan jangan
pula Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah, Ya Karim.
Engkau katakan:
“Dan Dialah yang menerima taubat dari
hamba-hambaNya dan memaafkan dari keburukan-keburukan.” (Q.s. Asy-Syuro : 25)
Terimalah taubat kami dan maafkanlah kami.
Amin.
Tapi anda ini celaka. Anda mengaku berilmu
namun anda bergembira sebagaimana kegembiraan orang bodoh, dan anda marah
seperti layaknya orang bodoh. Kegembiraan anda bertumpu pada dunia dan diterima
oleh makhluk, yang membuatmu lupa akan hikmah dan membuat hatimu bertambah
keras. Orang beriman itu tidak pernah gembira kecuali gembira pada Allah azza
wa-Jalla, bukan gembira pada yang lain. Kalau toh harus bergembira, maka
bergembiralah, jika dunia milik anda benar-benar membuat anda semakin terarah
untuk kepentingan taat pada Allah azza wa-Jalla, dunia untuk berbakti kepada
Allah azza wa-Jalla, mendukung seluruh kepatuhan anda kepadaNya. Tetaplah takut
kepada Allah azza wa-Jalla, malam dan siang, hingga merasuk di hatimu dan
rahasia batinmu. Sebagaimana firmanNya:
“Janganlah kalian berdua takut,
sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan Aku melihat.” (Q.s. Thaha,
46)
Sebagaimana hal itu difirmankan kepada Nabi
Musa dan Nabi Harun –- semoga sholawat salam bagi keduanya -- tentu anda bukan seperti mereka, karena anda
berilmu tanpa mengamalkan, dan anda pun bukan pewaris, karena sang pewaris
dibenarkan manakala berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Kenalilah
posisimu dan jangan lebih jauh di luar batas bagianmu.
Berserasilah dengan Allah azza wa-Jalla
dalam soal takdirNya kepadamu, yang telah memberikan taufik padamu, memberi
Kasih Sayang padamu dan mengangkat bebanmu dan menyayangimu dunia dan akhirat.
Orang beriman itu bila kuat imannya disebut
sebagai orang yang yaqin. Bila kuat yaqinnya, ia disebut sebagai sang ‘arif.
Jika kuat kema’rifatannya disebut orang yang ‘alim, jika kuat ilmunya disebut
dengan sang pecinta. Jika kuat kecintaannya disebut sang kekasih. Bila semua
itu benar padamu, maka disebut sebagai yang cukup, yang dekat dan yang
berbahagia dengan taqarrubnya kepada Allah azza wa-Jalla, dimana Allah azza
wa-Jalla menampakkan rahasia hikmahNya, ilmuNya, takdirNya, relevansiNya,
perkaraNya dan kekuasaanNya, dan semua itu menurut kadar keberhasilan hambaNya
dan anugerahnya menurut kadar keleluasaan qalbunya. Lalu si hamba ini teguh
bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, dengan sepenuh hatinya, hatinya jauh dari
makhlukNya.
Apabila ilmu datang dari Tuhannya Azza
wa-Jalla lebih dahulu, dan ia mendapatkan bagian dari konsumsi makanan,
pakaian, minuman, sandang, dan isteri, maka ia tidak menemukan orang yang
memberinya, lalu yang mempertemukannnya adalah Allah azza wa-Jalla agar ia
berupaya, sehingga ilmunya tidak batal
dan terhapuskan, kemudian Allah azza wa-Jalla menciptakan makhluk lain,
membangkitkannya, agar apa yang
ditegakkan sebelumnya tidak hancur, sehingga ia seperti menelan layaknya
seorang bayi, sebagaimana seorang ibu menyuapi mulut bayinya dengah susunya,
hingga mulut bayi itu mendapatkan bagian yang harus dimakannya. Hal yang sama
seperti seorang dokter memberikan obat minuman kepada orang sakit, menjaganya,
tanpa punya pilihan dari si sakit.
Jadi orang beriman yang yaqin, yang ‘arif
dan yang fana’, dididik oleh Allah azza wa-Jalla melalui takdir yang
mendahuluinya untuk menarik kebaikan-kebaikan pada dirinya dan menolak mafsadah
yang datang padanya. Maka Tangan Rahmatlah yang membolak-balik mana untuk pihak
“golongan kanan” dan mana untuk “golongan kiri”, bahkan kelembutanlah yang
mengangkat dan meghapuskan keburukannya.
Wahai orang yang bangkrut, siapa yang tidak
mengenal Allah azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan tali RahmatNya, hai
siapa yang tidak melakukan amaliah padaNya, tidak memutuskan diri dengan
hatinya bagiNya, tidak menggantungkan rahasia batinnya padaNya, tidak berpegang
teguh dengan kasih sayangNya dan anugerahNya, sungguh bangkrut anda!
Hai kaum Sufi, hati para Shiddiqun
(auliya’) itu dididik oleh Allah azza wa-Jalla sejak balita hingga tuanya,
manakala Allah mengujinya dengan suatu cobaan, dan Allah melihat kesabarannya,
maka ia akan semakin bertambah dekatnya padaNya. Cobaaan-cobaan itu bukan untuk
memaksa mereka dan bukan untuk menimpa mereka, bagaimana bisa bersentuhan jika
cobaan itu terus berlalu, sedangkan hati mereka berada di sayap-sayap burung
dan burung itu terbang.
Wahai orang yang rugi, siapa pun yang
menyakiti hati mereka, sungguh merugi, hai orang yang mendapatkan amarah
Tuhannya Azza wa-Jalla. Hai orang yang tertutup hatinya, hai orang yang dimarahi
Allah Azza wa-Jalla!
Anak-anak sekalian, jadilah kalian
anak-anak kaum Sufi, dan ridha’lah pada mereka, berbaktilah di hadapannya. Jika
anda bisa demikian, maka justru anda jadi tuan. Karena siapa yang tawadhu
kepada Allah azza wa-Jalla dan orang-orang shaleh, justru Allah azza wa-Jalla
mengangkat derajatnya di dunia dan di akhirat. Bila anda membantu dan berbakti
pada kaum Sufi, Allah azza wa-jalla mengangkat anda di hadapan mereka dan anda
menjadi pemukanya. Nah, bayangkan, seandainya anda berbakti pada kalangan
khusus mereka?
Ya Allah berikanlah kami limpahan anugerah
kebajikan-kebajikan pada tangan kami, dan pakaikan pada kami pakaian kalangan
orang yang mendapatkan kasih dan pertolonganMu.
Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan