(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Ahad pagi , 14 Rajab tahun 545
Hijriyah, di Madrasah Al’Mamurahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Sabda Nabi :
“Jika Allah menghendaki hambanya jadi baik, maka Allah
menguasakan kefahaman agama kepadanya, dan penglihatannya selalu mengawasi
aibnya sendiri (Instropeksi diri).”(Dikeluarkan oleh Dailami)
Faham agama adalah asalah satu jalur yang
bisa mengenal jiwa. Barangsiapa mengenal Tuhannya, maka ia mengetahui segala
sesuatu – melalui Dia --- sehingga peribadatan menjadi benar dan merdeka dari
penakluk ciptaan. Tiada keberuntungan untukmu, tiada kebahagiaan sampai kemu
mengikuti-Nya, yaitu mengikuti agama mengalahkan syahwat, akhirat atas dunia,
Pencipta (Allah) atas cimptaan. Amalkan ini tentu kamu tercukupi. Rupaya kau
tertutup dari Allah, tiada pengabulan untukmu, pengabulan hanya terjadi setelah
menuruti perintah, jika kamu menuruti perintah-Nya -- dengan amal – tentu permohonanmu terkabul,
keberadaan tanaman hanya bisa tampak (tumbuh) setelah penanaman bibit, maka
bercocoklah sampai kamu menuai akhirat. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Dunia itu ladang akhirat.” (Hadis Syarif)
Sedang cara bercocok tanam yang baik adalah
dengan menggunakan hati dan anggota tubuh; yaitu iman lalu memeliharanya;
mengairi dan menyirami dengan amal shalih. Bila hati bercokol di sana, maka ia
pun lunak, halus dan rakhmat tumbuh di sana. Tapi bila kamu keras dan teramat
kaku, tentu tanah itu jadi gersang tidak mungkin bisa ditanami, jika kamu
bercocok di puncak gunung, niscaya ia tak kan tumbuh, bahkan ia mendadak rusak
(harus dilihat di tanah mana, tentu yang dimaksud Sayyid Abdul Qadir adalah
pegunungan di Arab), pelajarilah bercocok tanam itu, kamu jangan mengandalkan
pendapat sendiri.
Sabda Nabi saw. :
“Ambillah pertolongan atas setiap pembentukan (perbuatan
sesuatu) dengan membaiki pemiliknya.”
Sebenarnya kamu tipe manusia yang suka
bersibuk urusan dunia, jika tahu bahwa mencari dunia itu tidak menguntungkan
bersama akhirat, yaitu kamu tidak bisa menyaksikan (syuhud) Allah, apabila kamu
menghendaki akhirat harus meninggalkan dunia, jika kamu menghendaki Allah, maka
harus meninggalkan bagian dunia dan ciptaan, jika batasan ini telah baik justru
dunia, akhirat beserta bagian-bagiannya dan ciptaan lainnya datang mengikutimu,
baiks ecara rela atau terpaksa. Karena Dzat asal wujudnya semua materi itu
bersamamu, sedang setiap cabang pasti mengikuti asalnya.
Jadilah pemikir. Amat sulit kamu memperoleh
iman berakal sehat dan pendewasaan diri, bila saja masih menjagakan kehendak
ciptaan, tentu kamu mudah binasa jika tak segera bertaubat. Wahai sahaya,
tegarlah di hadapan Allah kendati cobaan mendepakmu, bertahanlah di atas
pijakan cinta-Nya jangan goncang, jangan beringsut oleh angin atau hujan,
jangan mudah terkoyak oleh panah, tegarlah lahir batinmu, tegakkan dalam tempat
yang di sana tidak ada ciptaan, dunia akhirat atau bagian dari semua itu,
jadilah bersama Allah di belakang penerimaan akal manusia, jin, Malaikat dan
seluruh ciptaan. Betapa lebih bagus apa yang dikatakan Ulama : “Jika aku benar,
ikutilah, dan jika tidak jangan ikuti kami.”
Juga ada Ulama berkata : “Ikutilah Allah
sebagaimana yang kau perlakukan kepada ciptaan-Nya, dan janganlah mengikuti
ciptaan sebagaimana kebutuhan geraknya kepada Allah.”
Koyaklah orang yang mengoyakmu, sombongilah
orang yang menyombongimu.
Bagaimana aku memperdulikan kamu, sedang
kau masih giat menentang Allah, merendahkan pintu-Nya dn mencampakkan
larangan-Nya, tak perduli siang atau malam, sungguh kau terlaknat.
Firman Allah dalam sebagian Kalam-Nya :
“Jika kamu mentaati-Ku, tentu Aku meridhaimu, jika Aku rdha kamu
terberkati dan kau pakai nihayah berkat Aku, tapi jika kamu menentang-Ku,
nisscaya Aku memurkaimu, jika Aku memurkai berarti kamu terlaknat, sedang
laknatku turun sampai ke tujuh keturunan.”
Rupanya masa kini berlaku penjualan agama
dengan tanah, di mana iman selalu diselimuti peranganan yang panjang dan
kelobaan yang kuat. Bertekunlah sampai kamu menjadi orang yang termasuk difirmankan
Allah :
“Dan Kami datang dengan sengaja pada pekerjaan yang mereka
kerjakan, lalu kami jadikan debu yang bertebaran.” (Qs. Al Furqan :23).
Setiap amal yang diperuntukan selain Allah
termasuk sia-sia (bertebaran).
Wahai sahaya, olahkanlah nafsumu dengan
suka lapar, memagari syahwat, rasa, perkara-perkara lain dan olahlah hatimu
dengan rasa takut dan muraqabah, jadikan istighfar sebagai pengolah nafsu
meliputi juga hati dan sirri, karena setiap hal itu terdapat disa khusus,
bisakan mereka dengan menetapi dan mengikuti-Nya – meliputi segala kondisi.
Wahai orang yang pendek akal,
jika kamu tidak mampu menolak kehendak Allah, merubah, menghapus, atau
menentang-Nya, maka kamu jangan coba-coba menolaknya menurut kehendakmu. Bila
ia tidak medantangi jika dikehendaki kamu jangan menghendaki, bila ia
menghendaki sesuatu kamu tidak bisa menyempurnakan, kamu jangansusahkan diri
dan hatimu di dalamnya.
Pasrahkan segala bebanmu kepada Allah,
bergantung di bawah rakhmat-Nya dengan menggantungkan taubatmu, jika kamu kekal
dalam hal ini dunia tersingkir dari mata hati dan mata kepala, bahkan kamu
malah meremehkan musibahnya, meninggalkan syahwat dan kelezatannya. Kamu jangan
mengadu akan keberhentian mengalirnya atau kelapangannya, atau merasa pedih
oleh cobaan seperti yang diterima Aisyah r.a. Isteri Fir’aun; kala ia
menyatakan iman kepada Allah. Fir’aun bertitah agar menghukumnya dengan
menjepit tangan dan kaki dengan lempengan besi, pada akhirnya ia menjatuhkan
siksa dengan pencambukkan. Ketia ia mengangkat wajah ke langit , di mana ia
melihat pintu-pintu surga di buka, sedang para Malaikat membangun istana di
dalamnya, baru Malaikat maut datang mencabut rukhnya. Ketika itu
bangunan-bangunan istana tersebut berkata kepadanya : “Aku milikmu” lalu ia pun
tersenyum sehingga rasa ssakit tidak terasa, di penghujung hayat ia berkata :
“Wahai
Tuhanku!, bangunkan bagiku istana di dalam surga.” (Qs. LXVI :11).
Nah, jika demikian kamu baru jadi orang.
Sebab kamu telah mampu memandang sesuatu dengan padangan hati dan yakin pada
sesuatu yang mendesak, lalu kamu bersabar atas sesuatu yang ada di sana – baik
bala’ atau afat – lalu keluar dari daya kekuatanmu; tidak terambil, tidak
terberi, tidak tergerak, tidak terdiam kecuali oleh daya kekuatan Allah.
Hanyutkan di hadapan-Nya, serahkan perkaramu kepada-Nya, ketentuan-Nya tentu
berlaku atasmu dan ciptaan lain, jangan kmu belakangi bersama pembelakangan
kepada-Nya, juga jangan berikhtiar bersama ikhtiarnya. Siapa memahami konsepsi
ini teka perlu mencari orang lain, baginya tiada amniyah yang menyamainya.
Bagaimana orang berpikir tidak mau mengarap hal ini dan menjalin pertalian
dengan Allah, padahal tiada kesempurnaan kecuali Dia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan