(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Jumaat pagi , 7 Jumadilakhir tahun 545
Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Jadilah orang berakal, jangan jadi
pendusta; engkau berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu
jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun
hewan yang bisa bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau
siksa akhirat; tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah
takut cercaan orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan
siapa pun selain Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah
realitas Ulama yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’
serta para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa
mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang
berantakan agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan
agamamu.
Wahai Allah,
sesungguhnya kami mohon agar dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’; cukuplah
kami dari keburukan yang teramat atau dari tipudaya orang-orang durhaka;
peliharalah kami menurut kehendak-Mu sebagaimana aku kehendaki; kami mohon
ampunan dan afiat dalam beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik
untuk pelaksanaan amal shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada Abu
Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata Abu
Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag bersih
untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di mana
kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang pun
mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya; ia
sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak
mereka harus melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak
di antara panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama,
belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah;
karena jalur itu benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat,
nafsu dan hawa; sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah),
memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa;
janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena
terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui
panahnya dan temanmu yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh
itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi
penagkalnya hanya satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai
pesaskit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas
sesuatu yang dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada dirimu
sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan membelakangi-Nya,
kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan
ketercengangan secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di
dalamnya, mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak
berbicara kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima
diberi; mereka tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka
benar-benar menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada sesuatu perintah Allah dan mereka sama
bertindak apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI : 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh
dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa
manzilah-manzilah; mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang
Dia; sedang para Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap
kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka,
hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke
setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan
manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu, tinggalkan
laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini jalur
terapi -- lalu terapka zuhud di dunia,
baik bagi yang diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan fadilah
Allah, berzuhud dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan pendekatan-Nya; apa
bila rasa perkaya diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya
(fadilah) dituangkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu
meliputi pintu kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia
darimu lalu dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang
terjadi pada para wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa
mereka tidak terforsir oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara
umum teka memperdulikan bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai
dunia dibanding Allah; paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan
kepada-Nya; artinya seandainya dunia itu diberikan kepada mereka niscaya
terepotkan oleh dunia itu – melayani dan bermesra bersamamnya; demikian
pandangan secara uum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan
itu terletak pada ketidak adanya mengikuti undang-undang nabi saw.; adapun di
antara sekian banyak orang yang dipalingkan dari dunia serta tidak terepotkan
untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat
bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai zuhud tanpa mengambil peduli;
sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu
menolak, bahkan ia berkata – “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan
aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah
yang baik; jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya;
orang berman itu sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak
juga mempercepat; zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu
memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada
perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahaya, tahanlah syahwat, setiap rasa yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor; sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami benar-benar mengenal Mu.
Aamiin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan