(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Ahad pagi, 21 Rajab , Tahun 545 Hijriyah di
Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai sahaya, jika kamu ingin beruntung,
tentanglah nafsumu dalam rangka menyesuaikan diri dengan Allah. Kamu menghijab
diri berma’rifat dengan ciptaan, dan ciptaan menghijabmu dari berma’rifat
Allah. Selagi kamu bersama nafsu, selama itu tidak mengenal Dia, selagi kamu
bersama dunia tidak akan mengenal akhirat. Demikian halnya Allah dan makhluk
tidak bisa dipadukan.
Nafsu itu senantiasa menyuruh berbuat jahat
– demikian sebagian besar – lalu ia menjauhkan diri sampai kau terperintah
tunduk di bawahnya dengan komando hati. Tentanglah dia dalam segala kondisi
hidup, jangan kau perbantukan untuk dirimu. Allah berfirman :
“Dan
diilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (yang benar)”. (Qs. XCI :8).
Olahlah dia dengan mujahadah, karena bila
ia terolah sedang kamu jadi fana’, maka tenteramlah kamu bersama hati, kemudian
menenteramkan hati menuju sirri, kemudian menenangkan sirri menuju Allah. Dari
sini kamu jadi pusat perhatian ciptaan. Bila pengolahanmu sempurna ia
terpanggil menurut kehendak hati.
“Dan
janganlah kamu membunuh bangsamu sendiri, sesungguhnya Allah itu penyayang
kepadamu.” (Qs. 4:29).
Hanya saja khitob ini dikemukakan oelh
Allah setelah ia bersih dari keruh, tercair buruknya dan hati terharumi dengan
mengenang Allah beserta Taat.
Bila ini tidak bisa diperoleh, maka jangan
harap bisa dekat Allah, bagaimana kamu memperoleh kedekatan diri dari Allah
sedang dirimu masih terlekati najis dan kependekan beragama; padahal kamu mengikuti
setiap kehendaknya. Turuti ia dengan penuturan Rasulullah :
“Jika kamu berpagi hari maka kamu jangan
perbincangkan dirimu di waktu sore, dan jika kamu bersore hari maka jangan perbincangkan dirimu diwaktu pagi,
karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi dirimu besok.”
Katakan : bagaimana apa yang kamu perbuat
dan atasmu apa yang kamu perbuat. Hanya satu yang kau kerjakan tapi tidak kau
berikan dengan amalmu sedikitpun, apalagi berupa amal dan mujahadah.
Kebenaranmu tergantung atas penolakan musuh-musuhmu, aku lihat kamu berada di
sisi ciptaan bukan di samping Allah. Berikan hak (kewajiban)mu dan sifat
kemakhlukanmu, berikan hartamu sebagai hak Allah sambil mensyukuri nikmat-Nya,
jika kamu tahu bahwa sesuatu yang ada di sisimu itu semata datang dari Allah di
mana syukurmu, dan jika kami tahu bahwa Dia yang menciptamu, maka di mana
ibadahmu, penunaian perintah-Nya mencegah larangan-Nya dan sabar atas coba,
perangi nafsumu hingga memeproleh petunjuk.
“Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami (Qs. XLVII:7).
Kamu jangan terima ia dengan ucapan, karena
ia tidak menyuruh selain keburukan, jika kamu menjawabnya, jawablah dengan
perlawanan tentu membawa kebaikan. Wahai pengaku menerima kehendak Allah,
padahal ia mengikuti nafsunya, amat dusta pengakuanmu. Nafsu dan Al Haq
selamanya tidak bisa disatukan, dunia akhirat tidak bisa dikompromikan, barang
siapa bersama nafsu berarti hilanglah kebersamaan dengan Tuhannya, barangsiapa
bersama dunia lenyaplah kebersamaannya dengan akhirat.
Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa
mencinta dunia berarti mempersempit akhiratnya, dan barang siapa lebih
menyintai akhirat, berarti mempersempit dunianya.”
Nabi
saw.
Sabarlah, bila sabarmu sempurna, sempurna
pula ridlamu, kemudian fana’ mendatangimu, maka segala ini jadi baik, beban
terbalik jadi syukur, jauh jadi dekat, syirik jadi tauhid, berdampak kamu tidak
melihat adanya ciptaan membawa dlar atau naf’, kamu tidak lagi melihat musuh,
sebaliknya lebih bersandar pada pintu Allah dan bertekun diri. Ketika itu kamu
tidak lagi melihat kecuali bertekun yang satu – dalam situasi yang bagaimana
tidak menambat ciptaan, hanya untuk satu manusia yang bagaimana tidak menambah
ciptaan, hanya untuk satu manusia dari setiap juta manusia, sampai terputus
oleh jiwa yang satu.
Wahai sahaya,
bertekunlah sampai mengantar kematianmu, di sana – di hadapan Tuhan –
bertekunlah sampai nafsumu tersumbat sebelum ruh keluar dari tubuh, kesabaranmu
terfana’ tetapi balsannya tidak. Sesungguhnya aku bersabar, karena aku lihat
dampak bersabar itu terpuji; ia (naffsu) bisa mati, hanya dengan sabar dan
perlawanan, maka dalam waktu dekat ia akan membawa keuntungan yang memujamu, ia
mematikan lalu menghidupkan aku lalu mematikan aku, melenyapkan aku lalu menemukan
aku dari kelenyapan itu, aku binasa bersamanya dan menguasai bersamanya, jiwaku
bertekun dalam rangka meninggalkan ikhtiar dan iradah sampai hal itu ku
peroleh, maka jadilah qadar memperkuat daku, munnah menolongku, perebuatan
menggerakan aku, cemburu menjagaku, aqdar mempertaat aku, bersegera memajukan
aku dan Allah mengangkat derajatku.
Celaka, kau menjauh dariku padahal aku
mengisimu, peliharalah tempat di sisiku, jika tidak niscaya kamu rusak, wahai
orang tolol, berhajilah kepadaku lebih dulu kemudian baru ke Baitullah, aku
pintu Ka,bah, kemarilah agar aku mempelajarimu bagaimana cara berhaji; aku yang
mengajarimu, karena hal itu telah dikhitob untukmu – oleh Tuhan yang punya
Ka,bah. Tentu akan kamu lihat kala debu-debu bertebaran, duduklah wahai pengerat,
berlindunglah kepadaku karena aku telah diberi ketentuan Allah. Manusia sama
menuruhmu atas sesuatu seperti apa yang aku perintah, rela, mencegah sejalan
dengan pencegahanku, adapun pencegahan mereka atasmu telah dipasrahkan kepada
mereka, nasihat untukmu, maka mereka melaksanakan amanat itu.
Bersamalah dalam persinggahan, berhikmah
sampau mempertaut dirimu pada persinggahan qudrah. Dunia adalah hikmah akhirat
sebagai qudrah, hikmah membutuhkan perabot, kuasa dan qudrah tidak membutuhkan
itu, tetapi perbuatan Allah meliputi hal itu, agar terbeda kediaman qudrah dari
kediaman hikmah, akhirat di dalamnya timbul tanpa sebab, ia membicaraimu,
menyaksikanmu atas perbuatan-perbuatanmu yang melanggar ketentuan Allah, di
hari kiamat hijab-hijab terbuka darimu dan tampak jelas kerendahan – baik kamu
bersedia atau menolak -- tiada seorang
pun masuk neraka kecuali jika berhati beku, bacalah Kitabmu dengan perantara
Sunnah, resapi kandungannya, lalu bertaubatlah dari berbagai keburukan dan
bersyukur atas kebaikan, ringkaslah catatan maksiat, kemudian robahlah menjadi
Taubat.
Wahai sahaya,
bertaubatlah melalui aku, dan menjalin sahabt denganku, jika kamu tidak
menghadap aku tentu aku tidak akan bicara kepadamu. Mana mungkin ini bermanfaat
bagimu; bentuk ilustrasi yang kau sukai; tanpa arti, siapa berkehendak temani
aku, terimalah kataku, amalkan ia. Berapa kali aku bicara denganmu tapi kamu
tidak menggubris atau mendengarnya, sebenarnya kamu membutuhkan ddiriku, bukan
aku, aku tidak takut kamu tidak mengharapkanku atau tidak memisah antara
keruntuhan dan keramaian, antara yang tetap dan yang mati, antara kaya dan
fakir, antara milik dan penguasa, ketentuan berada dalam kekuasaan selain kamu.
Ketika aku keluarkan rasa cinta dunia – bersama hati – aku jadi baik, bagaimana
tauhid bisa baik sedang hati masih terbersit cinta dunia. Kamu dengr sabda Nabi
saw. :
“Cinta dunia itu, menjadi pemula setiap
kesalahan.”
Celaka, kamu sia-siakan masa untuk mencari
ilmu tanpa pengamalan, sebenarnya yang demikian malah mengantar dirimu pada
kebodohan. Kamu bantu musuh-musuh Allah dan bergelantung kepada mereka, padahal
Dia lebih kaya daripadamu atau orang yang kamu gantungi, penggantungan itu
tidak diterima. Sampai kini yang masih aku ketahui adalah; ternyata kamu
penghamba orang yang mengendalikan ddirimu,jika ingin beruntung lepaskan
kendali hati melalui Kuasa Allah, tawakkal kepada-Nya sebentar tawakal. Layani
Dia lahir dan batin, Dia Maha Mengetahui dirimu – meliputi kebaikan atau
keburukan yang mengeram dalam hati – sedang kamu sendiri tidak menyadari.
Peliharalah sikap dia (takut) di hadapan-Nya, berpejam mata, berlintas hati dan
kelu sampai memperoleh izin dari-Nya melalui penuturan, maka kamu pun bertutur
melalui-Nya – bukan darimu – ketika itu tutur katamu menjadi terapi penyakit
hati, penyembuh rahasia dan penerang akal.
Wahai Allah,
sinarilah hati kami, rendahkan kepada-Mu dan jernihkan sirri kami dekatkan
dari-Mu.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan