(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Selasa Petang , 2 Rajab tahun 545 Hijriyah di Masrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Dunia ini dalah pasar, tapi tak sampai
lama, tiada seseorang pun yang tinggal di sana. Kala malam tiba, penghuninya
sama pergi. Bermujahadahlah bahwa kamu tidak akan berjual beli di pasar ini
kecuali, sesuatu yang bermanfaat di akhirat nanti, karena pencela itu selalu
memandangmu. Esakan Allah, ikhlas dalam amal untuk Dia semata. Dia lah pemberi,
tetapi kamu amat sedikit memberi kendati untuk sesamamu.
Wahai sahaya,
jadilah orang berakal dan belaku sopan di hadapan Allah atau ciptaan. Kamu
jangan aniaya mereka; sedang kamu mencuri sesuatu dari mereka, apa yang kau
punya.Tiada harta untukmu sampai tanda tangan di terima wakilnya, maka ketika
itu kamu baru tahu pemberian sebelum tanda tangan; tidak diberi sesuatu yang
paling kecil atau yang terbesar kepadamu, kecuali atas ijin Allah, bersama
pengesahan dan ilhamnya dalam hati. Jadilah emikir yang menetapkan tampatmu di
hadapan Alah, karena rizki itu terbagi menurut pembagian-Nya.
Dengan muka macam apa kamu akan menjumpai
Dia besok, sedang ketika di dunia kamu selalu menentang-Nya sambil berpaling
menuju ciptaan untuk menyekutukan, segala kebutuhan kau utarakan kepada sesama
dan berpasrah dalam kepentingan mereka, padahal kebutuhan kepada sesama berarti
siksa, tentu amat banyak peminta tapi tiada yang keluar dari mereka – suatu
permintaan – kecuali sika, sedang di antara mereka yang terkecil tanpa merasa
benci dalam kebenaran-Nya, ketika kamu meminta pati dirimu sendiri tersiksa
berarti ada dalam jalan haram berupa tidak bersedia memberi.
Wahai sahaya,
bagiku, pertama kali dalam menanggapi situasi ini adalah tentang kelemahan
ketika mencari sesuatu kepada sesama dan sesuatu yang kau miliki tapi tidak kau
ketahui “dari mana”, tidak kau lihat “bagaimana”, Jika kamu mampu memberi tanpa
menghendaki sesuatu lakukanlah, kamu ingin menjadi palayan tanpa mencari
pelayan laukanlah, setiap orang berbuat untuknya dan bersamanya, maka lihatlah
mereka bagaimana keganjilannya di dunia dan akhirat, lihatlah kesufian dan
kesiagaan mereka di hadapan-Nya.
Wahai sahya,
bila Islam tidak berbesit dalam jiwamu, bagaimana iman bsia tumbuh, jika iman
tidak terdapat dalam jiwa, berarti kamu tidak punya keyakinan, jika yakin tidak
kamu punyai, berarti ma’ruf tidak ada padamu – apalagi kamu sampai
mengenal-Nya. Nah, inilah derajat dan peringkat yang tumbuh dalam jiwa. Bila
Islam bersih, bersih pula penyerahanmu. Jadilah penyerah diri kepada Allah
meliputi keberadaanmu – beserta memelihara hukum syara’, serahkan jiwamu
menurut kewajibannya, perbaguslah adab bersama Dia dan ciptaan-Nya, kamu jangan
aniaya dirimu sendiri atau yang lain, karena perbuatan aniaya itu mempergelap
hati, mengkelamkan muka serta catatan amal, kamu jangan mengaiaya atau menolong
penganiaya. Karena Nabi saw. bersabda :
“Akan ada panggilan di hari kiamat ; di mana penganiaya, di mana
pembantu penganiaya, di mana orang yang melihat mereka sedih, di mana
orang yang bertemu mereka sakit?
Kumpulkan mereka dan letakkan dalam peti dari neraka.”
Larilah dari cptaan, berjanjilah jangan
menjadi penganiaya atau teraniaya, jika kau mampu lebih baik jadi orang
teraniaya – daripada menganiaya – karena pertolongan Allah pasti melimpah orang
teraniaya, apalagi jika tidak terdapat orang yang menolong. Nabi saw. bersabda
:
“Jika orang yang teraniaya tidak menjumpai penolong selain
Allah, maka sesungguhnya Dia berkata : tentu Aku beri pertolongan padamu
kendati telah berlalu.”
Sabar itu, satu jalan untuk memperoleh
pertolongan, mengangkat derajat dan memperoleh kemuliaan. Wahai Allah, kami
mohon kepada-Mu agar bersabar bersama-Mu, kami mohon takwa, terbebas dari
segala ini dan sibuk bersama-Mu, dan agar tersingkap hijab antara kami dan
Engkau.
Jadilah perantara antara dirimu dengan-Nya,
karena berhenti bersama-Nya aalah kesibukan. Tiada penguasa, tiada yang kaya
tiada yang mulia kecuali Allah.
Wahai munafik, sampai kapan kamu beriyah’
dan bermunafiq? Celaka kamu, bagaimana tidak malu kepada-Nya dan tidak yakin
akan perjumpaan dengan Dia? Waktu ini kamu beramal untuk-Nya sedang batinmu
untuk yang lain, kembalilah, temukan urusanmu dan bersihkan niatmu untuk-Nya,
bersungguhlah --- bertekad -- tiak akan
makan sesuap pun atau berjalan satu langkah atau beramal sesuatu kecuali dengan
niat bagus.
Kau tahu, cipta dan pencipta tidak bisa
disatukan, dunia dan akhirat dalam hati tidak bisa dipadukan, tidak bisa
dilukiskan, tidak bisa dibenarkan, tidak datag sesuatu darinya; baik ciptaan
atau pencipta, baik dunia atau akhirat. Tetapi keberadaan ciptaan sungguh bisa
dilukiskan dalam lahir jiwamu, sedang pencipta terlukis melalui batin, dunia di
tangan akhirat dalam hatimu, tetapi jika sudah di hati jangan kamu satukan.
Kacalah dirimu dan pilihlah untuk-Nya, jika kamu berkehendak dunia, keluarkan
akhirat di hati, jika menghendaki akhirat, bebaskan dunia dari hati, jika kamu
ingin dekat Tuhan, bebaskan hatimu dari dunia dan akhirat, Selagi di hatimu
terpercik sesuatu selain Allah, kamu tidak akan bisa menyaksikan kedekatanmu
dengan Allah. Pikirlah, jangan sesekali mendatangi pintu-Nya keculai dengan
tancapan yang benar, karena setiap pandang pasti menghianatimu.
Wahai sahaya, rupanya yang kau ketahui
cukup mempersibuk diri darupada yang tidak kamu ketahui, bebaskanlah nafsu dari
hatimu tentu kebaikan datang mengitarimu, karena hal itu sebagai kekeruhan yang
amat, tapi kala nafsu telah keluar kejernihan pasti datang tanpa membawa keruh,
bahkan hal itu membawa perubahan yang esensial. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum,
sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar- Ra’ad : 11).
Wahai manusia, dengarkan ini, wahai
mukallaf camkanlah kalam Sal Baari (Dzat Pencipta), ia adalah sebenar-benar
perkataan. Cemburukan dirimu untuk-Nya terhadap sesuatu yang dibenci hingga
jalan membentang seperti yang mereka cinta datang untukmu.
Dengarlah kataku, termimalah permukaan bumi
ini orang berani berbicara di hadapan ummat dalam situasi seperti ini, kecuali
aku. Aku membutuhkan perangan mereka, bukan untukku, kendati aku mencari yang
lain, tetapi aku tetap membutuhkan mereka. Setiap kalimat yang keluar dariku
kepada mereka bukan berarti aku membutuhkannya, sungguh, aku tidak membutuhkan
kecuali Allah. Mana sesuatu yang dikehendaki, bukan dunia, bukan akhirat, juga
bukan isi kedunya, sedang Dia Maha Mengetahui kebenaranku. Karena Dia Mahatahu
kendati yang kasat mata.
Seseorang tidak mencari gambaran Allah,
tetapi ia mencari ma’nawinya, yaitu mengesakan, ikhlas dan menyingkirkan
kecintaan dunia akhirat dari hati, menjadikan segala sesuatu dalam keterasingan
bersama-Nya. Jika hal ini sempurna atasmu berarti kamu lebih mencintai, lebih
dekat dan lebih meninggikan Dia daripada yang lain.
Wahai Tuhan kai, berilah kami kebaikan
hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan