(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Ketahuilah, bahwa segala sesuatu bergerak
melalui penggerak-Nya dan diam melalui pendiam-Nya. Jika hal ini telah menjadi
kehendak-Nya, sudah barang tentu Dia menolak untuk dipersekutukan dengan
ciptaan dan ciptaan bebas dari tanggungan yang dibebankan oleh-Nya, karena Dia
tidak cela di hadapan meraka dan tidak menghendaki sesuatu yang ada di sisi
mereka Dia menghendaki terahdap sesuatu yang mereka cari berdasar syar’i, itu cukup.
Karena itu mereka harus mencari syar’i dan memperbanyak ilmu secara menyeluruh;
yaitu antara hukum dan ilmu.
Ketahuilah bahwa perbuatan Allah atas
ciptaan termasuk aqidah, yang dengannya tidak merusak hukum. Dia menentukan dan
sumber pencarian. Firman-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang perbuatannya dan merekalah yang akan
ditanya.” (Qs. 21:23).
Ini menjadi akidah bagi setiap muslim yang
yaqin, bertauhid, meridlai Allah, menerima ketentuan dan ketetapan-Nya. Dia
Maha Kaya meliputi nafsu dan sabarmu, tetapi Dia juga melihat bagaimana amalmu;
adakah benar atau dusta. Pencipta tidak mungkin membebani sesuatu pun beban
kepada yang dicintai, cinta dan yang dikuasai tidak bisa disatukan dengan jalan
kecintaan kepada Allah, namun kelurusan dalam mencintainya malah bisa
mendatangkan penyerahan jiwa, harta, akhirat serta kehidupan kepada Allah
semata.
Wahai orang yang mencintai Allah,
cintamu tidak sempurna sampai kamu menerapkan kesungguhan (ketekunan) sebagai
kewajiban, tiada satu pun yang tertinggal untukmu kecuali penekunan. Kecintaan
mampu mengusir ciptaan dari lubuk hati dari arasy ke bawah (bumi), janganlah
kamu mencoba untuk mencintai dunia atau akhirat, keagresifan untukmu dan
kejinakan dengan Allah, sehingga dirimu seperti orang (Qais) yang gila kepada Laila.
Ketika cintanya sudah tak tertahan lagi, ia menjauh dari keramian manusia demi
kerelaan yang satu itu lalu merantau ke padang belantara -- tempat-tempat binatang buas – ia menjauh
dari keramaian manusia lebih rela
mengasingkan diri dalam bilik, ia menjauh dari pujian manusia atau cela mereka;
praktis pembicaraan atau pendiaman mereka selalu berisi olokan yang
mengiringinya – seorang diri – kerelaan darinya dan kebencian mereka dari sisi
sendiri. Suatu hari orang berkata kepadanya : “Siapa kamu? Ia menjawab :
“Laila”. Datang dari mana? “Dari Laila”, Ditanya lagi : “KE mana tamar
(korma)?” Ia menjawab : “Laila”, Dengan demikian nyata sekali ia telah buta
selain kepada Laila, tuli dari pembicaraan selains uara Laila, ia tidak akan
kembali oleh celaan orang lain. Betapa bagus puisi yang disenandungkan oleh
seorang Ulama :
“Ketiika nafsu membau keinginan rendah
Maka Perangai dibuat
Dalam besi yang dingin.
Hati, jika mengenal Allah dan mencintai,
mendekati-Nya, maka keraslah ia terhadap ciptaan; keberadaannya tidak suka
menerima makanan, minuman, pakaian serta persahabatan, ia liar dari keramaian,
tiada sesuatu penguat kecuali ketentuan syara’, yaitu yang mengatur dalam
perintah – larangan dan perbuatan, memperkuat dirinya sampai waktu datang
ketentuan. Wahai Allah, janganlah Engkau menolak kami untuk mendapat
rakhmat-Mu, sampai menyebabkan kami tenggelam dalam samudra dunia beserta
keberadaannya. Wahai pemberi Mulia, tautkan – lah kami.
Wahai sahaya,
siapa di antaramu tidak menerapkan aturan yang ku katakan, berarti ia tidak
memahami kataku, jika menerapkan dalam perikehidupan berarti ia memahami.
Pabila kamu tidak berbaik sangka kepadaku, tidak mempercayai kataku dan tidak
mengamalkannya, bagaimana kamu bisa disebut memahami? Sebenarnya kamu itu
lapar, kamu menunggu sisa makananku, tapi kamu sengaja tidak mau menyantap sisa
makananku, bagaimana kau bisa kenyang.
Dari Abu Hurairah, r.a. ia berkata : Aku
dengan Rasulullah saw. berkata :
‘ Barangsiapa sakit satu malam sedang ia
rela kepada Allah, bersabar atas penyakit yang menimpanya, ia terrbebas dari
dosanya seperti di hari dilahirkan ibunya.”
Alaha Muadz r.a. berkata kepada sahabatanya
: “Bangkitlah kalian, mari kita beriman sesaat”, artinya : “berdirilah kalian
rasakan (dzauq)-lah sesaat, bangkitlah kalian mesukan pintu sesaat untuk
menemani mereka, Ketika itu ia berisyarah menunjukkan sesuatu memberi
memejamkan mata, ia berisyarah pada penglihatan dengan mata yaqin. Belum tentu
setiap Muslim mukmin atau setiap mukmin yakin. Karena itu ketika ada seorang
sahabt bertanya kepada Nabi saw. katanya : “bahwa Muadz berkata kepada kami :
“bangkitlah kalian kita beriman sesaat”, bukankah kita orang berriman? Nabi
menjawab : “serulah ajakan-Mu’adz dan kehendaknya.”
Wahai penyembah nafsu dan hawa tabiat,
setan dan dunia, dalam pandangan Allah atau para hamba
yang shalih, sebenarnya kamu tak punya kemampuan, barangsiapa menyembah akhirat
berarti tidak mengikuti-Nya, bagaimana penyembah dunia ?
Celaka, kamu berbuat hanya melalui lisan
tanpa fakta, kamu dusta kendati menurut dirimu benar, kamu bersyirik, kendati
menurut dirimu bertauhid. Sibukkan selalu untuk menyertaiku, aku menahanmu agar
tidak berbuatdusta dan ku suruh agar berbuat benar. Padaku ada tiga penggosok,
yang lebih kupahami adalah Kitab dan Sunnah, sedang hatiku sebagai penggosok
akhir yang bisa memperjelas orang. Hati tidak akan sampai ke peringkat ini
higga ia menetapkan amal berlandas kitab dan sunnah, beramal dengan ilmu,
kejernihan yang amat jernih, mutiara di atas mutiara, batu di atas batu, amal
yang disertai ilmu memperbagus hati sekaligus membersihkannya. Pabila hati
bersih organ tubuh pun sehat, jika hati suci organ tubuh pun suci. Tapi jika
hati sunyi dari hal itu, berarti ia sunyi pula dari surga, jika bagus
konstruksinya pun sehat, kebersihan menunjukkan kejernihan sirri yang terletak
di antara manusia dan Allah. Sirr itu laksana burung dan hati sangkarnya, dan
jika hati diumpamakan burung maka konstruksi itu sangkarnya, bila konstruski
itu semisal burung, maka kubur sebagai sangkarnya, dialah sarang hati yang
tidak bisa tidak pasti harus memasukinya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan