(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Selasa petang, 18 Jumadil akhir tahun
545 Hijriyah di Madrasah Al Mamurahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Marah, jika dilandasi karena Allah itu
masih terpuji, tapi jika terdorong oleh yang lain, berarti suatu cela; orang
beriman jika bersih itu karena Allah semata, jadi bukan karena diri sendiri;
juga bersih dalam berkemauan untuk menolong Agamanya, bukan untuk menolong diri
sendiri; ia akan mudah geram jika hukum-hukum Allah terberangus, seperti
kegeraman singa kala menerkam buruannya; berkait pasti Allah murka karena
kemarahannya itu, dan Dia akan ridlo karena ridlonya; janganlah kau lahirkan
kejengkelanmu kepada Allah, kendati konpensasinya untuk dirimu sendiri; karena
perbuatan itu bis membentuk sikap munafik, paling tidak serupa dengan sifat
itu; karena Allah punya persifatan lain dari yang lain (bukan seperti
persifatan manusia) yang bisa berubah atau surut.
Bila kau sedang menekuni sesuatu perbuatan,
singkirkan nafsu, hawa, setan darinya, dan kamu jangan berniat berbuat sesuatu
kecuali karena Allah serta untuk mengikuti perintah-perintah-Nya; janganlah kau
lakukan sesuatu perbuatan kecuali ada perintah resmi yang bersumber dari Allah;
baik dengan perantara syara’ atau melalui ilmu-Nya – yang masuk di hati bersama
penetapan syara’.
Berzuhudlah untuk dirimu juga terhadap
ciptaan lain termasuk dunia yang mengitari ini; cintailah berjinak-jinak
bersama Allah; atau jangan bergeser dari apap pun setelah kejernihan jiwamu
kecuali bersama Allah; usahakan bersama orang-orang shalih, tentu kau bisa
beradab sambil mentranfsfer peradaban mereka dan berpandang dengan pandangan
mereka; dalam ikatan besar kau meliaht Dia baru melihat dengan-Nya; perbuatan-Nya
dalam penciptaan amat suci seperti dirimu tak diperkenankan masuk di
kerajaan-Nya, karena membawa benda najis; lahirmu tidak bisa masuk dalam
kekuasaan Maharaja, yaitu Allah, bersama benda-benda najis yang tersimpan dalam
batinmu; kau laksana himmah yang dipenuhi kotoran minyak. Aman amal bisa kau
dapat sampai terenung dalam jiwa yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan
dirimu dalam kerajaan-Nya.
Dalam hatimu hanya terdapat kelancangan;
rasa takut pada sesama; berlembut bersama mereka, cinta dunia dan apa pun yang
ada di sana termasuk pengotor hati; tiada kata bagimu kendati sampai hati mati
dan menghantar dirimu pada pintu kebenaran hidup di mana kiblatmu terhadap
sesama makhluk tidak diperdulikan; adapun selagi keberadaanmu untuk mereka,
sedang kamu mengetahui mereka, maka tanganmu tidak memanjang kepada mereka,
sehingga mereka menerimamu; tiada kata hingga keberadaanmu tersibuk oleh mereka
dan pada orang-orang yang menerimamu, juga yang mentaati, mencegah memuji dan
mencela mereka; jika taubat sudah bersih, iman pun bersih; menurut ahlus sunnah
menambahkan bahwa : “Iman itu bertambah dan berkurang; bertambah karena
ketaatan dan berkurang karena maksiat. Nah, demikian hak kewajiban manusia yang
harus diperhatikan. Adapun orang-orang khusus (al-Khawash), maka ima mereka
terus bertambah karena lenyapnya ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh
pemasukan ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh pemasukan ciptaan dalam
hatinya. Bertambah karena ketenteraman mereka bersama Allah dan berkurang karena
ketenangan mereka bersama selain Dia; mereka bertwakkal kepada Tuhan dan
bertaqwa; kepada-Nya mereka menyeru; dari-Nya mereka takut; kepada-Nya mereka
kembali bertauhid dan bergantung; maka mereka tidak syirik; tauhid mereka
terletak dalam hati dan perhubungan mereka antar sesama terletak pada lahirinya
saja; jika mereka disakiti tidak membalas. Firman Allah :
“Dan apabila orang-orang bodoh menghadapkan perkataan kepadanya,
dijawabnya : Selamat!”. (Q.S. Al-Furqan : 63).
Peliharalah As-Sumtu (sifat memperbanyak
diam) dan hilm (sabar) dari orang-orang yang menyakiti; jika mereka membaut
dosa besar, yaitu bermaksiat kepada Allah, baru kau tidak boleh berpangku dagu
atau diam, karena hal itu jelas haram; kala itu melepaskan bicara termasuk
ibadah sedang peninggalannya terbilang maksiat; Apabila kau mampu menegakkan
al-Ma’ruf nahi munkar, itu merupakan pintu yang baik yang telah dibuka di
hadapanmu; maka segera masukilah!.
Adalah Isa a.s.; bila makan itu makan
tumbuh-tumbuhan yang ada di padang, sedang minumnya dari belik (sumber air),
duduknya di ngarai-ngarai atau bekas reruntuhan, jika tidur berbantal hasta,
orang beriman alangkah baikhya bila mengikuti ini, kendati ia punya harta tapi
hanya terpakaikan untuk lahiri saja dan menetapkan jiwa serta hati bersama
Allah; pijakan pertama tetap tidak berubah; karena zuhud bila telah menetap
dalam hati ia tidak akan tergeser oleh pendatang “dunia”; orang beriman
kalaupun mencintai dunia atau isinya, keinginan atau kelezatannya tidak menjadi
percikan yang merepotkan diri, baik siang atau malam; tidak menyembah Allah
atau berzikir kepada-Nya, tidak mentaati-Nya kalau jiwanya masih menyimpan aib
dalam penglihatan Allah; maka ia bertaubat dan menyesali segala perbuatannya,
itu sesuatu yang terikat darinya meliputi hari-hari yang sunyi; pandanganya
mencela dunia melalui jalur Kitab, sunnah dan guru-guru yang alim; lalu sikap
zuhud datang di sana; manakala ia melihat sesuatu aib, maka ia melihat pula aib
yang lain; kemudian ia sadari bahwa hal itu hanya kebinasaan saja, usianya
memanajng sampai dekat, nikmatnya lenyap, kebaikannya tergeser, perangainya
jahat, tenaganya pembantai, bicaranya berbisa – ia berdiri tiada tempat kembali
untuknya, juga permulaan dan masanya; di sana seperti bangunan di atas air,
dengan demikian ketetapan dalam hati pun tidak bisa dijadikan pedoman, dan
baginya tidak punya kediaman tetap. Kemudain ia menekan derajat yang rendah dan
memperkokoh tempatnya, maka ia mengenal Allah
-- karena itu jangan harap
akhirat sebagai ketetapan hati; sebaliknya ambillah kedekatan dengan Tuhan di
dunia dan akhirat; untuk sirr dan hati dibangunkan kediaman di sana. Ketika itu
imarah (keramaian) dunia tidak membawa madlarat baginya kendati seribu rumah di
bangun untuknya; karena ia dibangun untuk yang lain bukan untuk Dia; di sana
karena ia mengikuti perintah-perintah Allah, menerima ketentuan dan
keputusan-Nya; ia berdiri siaga melayani ciptaan atau menyambung tali kebaikan
dengan mereka, mengkait bederang dengan gulita, baik perihal makanan atau roti;
ia tidak makan biji-bijian itu sebagai makanan yang diperbantahkan; di sana
tidak mendapat persekutuan selainnya, maka ia menjadi makanan yang disantapnya
dan berpuasa di samping makanan selainnya; orang zuhud yang berpuasa dan orang
arif yang berpuasa selain yang diketahui, berarti mereka pelapar selain dari
penghasilan yang halal; mereka berpenyakit karena ciptaan, obatnya adalah
kedekatan; orang zuhud berpuasa di siang ghari dan orang arif berpuasa di siang
dan malam hari; ia berpuasa tidak mengenal buka sampai Asma Tuhan tetap di
hati; orang arif berpuasa setahun penuh; selama itu ia puasa dengan hatinya dan
terpelihara sirriny; sungguh ia amat sadar bahwa obat mujarab baginya adalah
berjumpa Tuhan dan dekat dengan-Nya.
Wahai sahaya,
jika ingin bahagia, keluarkan ciptaan dari hatimu; jangan takut atau mengharap
mereka; jangan berjinak-jinak atau diam bersama mereka; bergegaslah lari
menjauh darinya bencilah mereka seakan-akan bongkahan bangkai; jika kamu bersih
dalam hal ini tentu ketenteraman pun bersih di saat mengenang Allah dan gelisah
ketika mengenang yang lain.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan