(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Selasa petang, 8 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa berhias untuk manusia dengan sesuatu yang dicintai, dan
menghadap Allah dengan sesuatu yang dibenci, maka Allah menjumpainya dengan dua
kemurkaan.”
Dengarlah sabda Nabi, wahai munafiq secara
berani kau jual akhirat dengan dunia. Wahai penjual Allah dengan ciptaan, wahai
penjual sesuatu yang kekal dengan binasa, amat disesalkan perdaganganmu dan
lenyap sumber-sumber kekayaanmu.
Celaka, kamu berkepentingan dengan sesuatu
yang dibenci Allah; orang yang berhais diri karena manusia dengan sesuatu yang
tidak ada padanya itu justru dibenci Allah. Hiasilah lahirmu dengan adab
syariat dan batin dengan pembebasan diri dari ciptaan, tahanlah jalur-jalur
mereka tentu memfanakan mereka dari sudut hati, hingga seakan mereka tidak
terpotong. Kamu jangan bersangka bahwa mereka membawa kesulitan dan kegunaan,
sungguh kamu repot oleh penghiasan diri lahiri dengan meninggalkan hati,
hiasilah hati dengan tauhid, ikhlas dan menggenggam teguh perintah Allah,
selalu mengenang-Nya dan mengesampingkan yang lain.
Bertekunlah untuk memperoleh iman, jika
kamu telah mendapat iman bertaubatlah, takut, menyesal dan teteskan iar matamu,
karena tangis itu termasuk perbuatan takut Allah, ia bisa memadamkan api
maksiat atau juga bisa memadamkan kilatan murka Allah, apabila kamu bertaubat
setulus hati tentu cahaya taubat itu memancar di wajah.
Wahai sahaya,
bertekunlah untuk menjaga sirrimu sekiranya kamu menjaganya, jika kamu terkalahkan
berarti dirimu surut, bertekunlah sampai dirimu sirna dan hanya Dia yang ada.
Jadilah bersama-Nya seperti orang mati yang dimandikan atau seperti Ashabul
Kahfi yang bersama Jibril a.s. Bersamalah Dia tanpa wujud, tanpa ikhtiar, tanpa
perangan dalam bentuk apa pun, teguhlah di hadapan-Nya di atas pijakan iman dan
menundukkan nafsu di saat ketentuan yang berat turun padamu. Iman itu tetap
teguh menyertai ketentuan (qadar), sedang munafik itu menjauhinya. Orang
munafik bila hari-harinya berlalu ia kering dengan niat, tetapi nafsu, tabiat
plus hawanya semakin dipersarat, mata sirr dan mata hatinya buta, tampak dari
luar ia meah tapi dalamnya remuk, ingatannya kepada Allah hanya di bibir bukan
di hati, sedang orang beriman kebalikan orang munafiq.
Wahai manusia,
jika terpaksa kamu tidak mampu mengikuti seruan ini, jadikan dirimu pada pintu
dunia dan hatimu pada pintu akhirat – sirrimu di pintu Allah sampai jiwa
berubah jadi hati dan mampu merasakan sesuatu yang bisa dirasa, hati berubah
jadi sirr dan mampu merasakan sesuatu yang terasa, dan sirr berubah jafi fana’
yang pada akhirnya kamu tidak bisa merasakan atau tidak terasakan, lalu hidupmu
hanya untuk Dia bukan yang lain. Amat beruntung orang yang mengamalkan
anjuranku dan ikhlas dalam pelaksanaannya. Amat beruntung orang yang beramal
dengan tangan sendiri lalu memperdekat kepada orang yang diamali kepada Allah.
Wahai sahaya,
sampai kapan engkau bersekutu dengan ciptaan, bergantung kepada mereka? Kamu
wajib mengerti bahwa seseorang pun di antara mereka tidak bermanfaat atau
membawa kesulitan bagimu; ya, kekafiran mereka, kekayaan mereka, kemuliaan
mereka dan kehinaan mereka. Peliharalah taqwa, jangan bergantung manusia atau
pada matapencaharian, daya kekuatanmu, bergantunglah pada keutamaan Allah, jalinlah
hatimu kepada-Nya, lalu mengenang-Nya – seperti cara peringatan para penghuni
sorga di dalam sorga yang berhari seperti di hari dunia.
Wahai manusia,
janganlah mengakhirkan tuntutan dan perhitungannya atas jiwamu, segerakanlah
hal ini; sejak dunia sampai akahirat. Uang itu sentral neraka dan dirham itu
sentral keinginan, apalagi jika berhasil menggaet keduanya dari jalur haram dan
mempergunakan pada jalur haram pula. Besok akan tampak jelas bagimu, tentang
ucapan yang kau ucapkan di hari ini, rupanya kamu buta dan pekak.
Sabda Nabi saw. :
“Cintamu terhadap sesuatu itu memperbuta dan memperpekak diri.”
Telanjangi dirimu dari dunia, laparkan dan
dahagakan sampai Allah membusanai, menyantapi dan menemani dirimu, serahkan
lahir dan batin-mu untuk Dia, jangan berangan macam-macam, bahkan jadikan Dia
tanpa perwujudan dirimu. Dunia adalah negeri untuk beramal dan akhirat negeri
balasan, negeri tempat pemberian dan pelimpahan. Nah, demikian yang lebih
ghalib sebagai hak orang shalih, adapun yang lebih pelik buat mereka adalah
orang yang bebas amal di dunia tetapi ia diberi sesuatu, diberi rakhmat dan
segera mendapat peristirahatan, ini sebelum datang ke akhirat, berarti ia
terputus untuk mendatangi hal wajib dan bebas dari kesunahan, karena kewajiban
tidak bisa gugur oleh segala tingkah dan maqamat. Demikian kewajiban setia
individu – sebagai hamba Allah – Dia Mahaganjil dari yang ganjil.
Wahai sahaya,
berzuhudlah, kamu jangan memakan sesuatu disertai nafsu dan hawa karena hal itu
suatu terali yang bisa menutup hati dari Tuhan. Orang beriman jika makan bukan
untuk nafsu atau dengan nafsu, juga ia tidak mengenakannya atau tidak
bersenang-senang, sebaliknya menjadi bekal untuk bertaqwa mentaati perintah
Allah, ia makan apa yang ditetapkan lahir di hadapan Allah, ia makan disertai
syara’ bukan terdorong oleh hawa. Sedang bagi Wali, makan karena perintah
Allah, dan bagi Qutub makan atau penasarufannya seperti Nabi bila sedang makan,
ia bertasaruf bagaimana tidak seperti itu, bukankah satu-satunya pelayan Nabi,
pengganti beliau di tengah-teengah ummatnya? Ya, Qutub adalah khalifah Nabi dan
Khalifah Allah, ia adalah khalifah batin serta imam kaum muslimin, orang-orang
Islam tidak diperkenankan meninggalkan Qutub atau meninggal beritba’ dan
mentaatinya.
Dikatakan bahwa, Imam orang Islam jika adil
maka menjadi Qutub zaman, kamu jangan mengira bahwa perkara ini hanya
sandiwara, sungguh itu telah menjadi bebanmu, barangsiapa menghitung perbuatan
lahirmu berarti ia telah menghitung perbuatan batinmu. Tidak seorang pun di
antaramu kecuali didtangkan di hari kiamat disertai para Malaikat yang setia
mencatat kebaikan atau keburukan di dunia, para Malaikat sama membawa 99 Sijjil
(Catatan oleh Malaikat tentang perbuatan baik atau buruk manusia), Setia Sijjil
itu menyimpan satu pandangan yang menghasilkan baik dan buruk beserta segala
sesuatu yang keluar darinya, lalu ia pun membaca catatan itu – jika di dunia
tidak berlaku baik tentu tertulis dan tidak terbaca adanya bak di sana, karena
dunia itu ssanggar hikmah dan akhirat sanggar penentuan. Dunia membutuhkan
segala macam peralatan yang diakit dengan sebab penghasilan, sedang akhirat
tidak membutuhkan itu semua. Bila seorang di antaramu membuka hasil yang ada di
dalam catatannya segera bersaksilah seluruh organ tubuh sesuai dengan apa yang
tercantum dalam catatan tersebut. Ya, setiap organ tubuh memberi kesaksian pada
batas-batas segala amal yang diperbuat. Sungguh untukmu telah dicipta ketentuan
yang luar biasa. Belumkah kamu mendapat berita dari Allah :
“Adakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu (hanya)
bermain-main dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. 23:115).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan