(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Jumaat , 11 Sya’ban tahun 545 Hijriyah
di Madrasah Al Ma’murahnya .
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Diceritakan, bersumber dari Abdullah bin
Al-Mubarrak r.a. bahwa suatu hari ia kedatangan seorang peminta, ketika itu ia
tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya 10 biji telur, kendatipun ia menyuruh
pembantunya agar memberikan 10 butir telur itu kepada peminta. Tetapi si
pembantu hanya memberikan 9 butir telur saja dan menyembunyikan yang satu.
Menjelang mentari menuju tempat peraduannya, seseorang berkunjung kepada Abdullah,
seraya mengetuk pintu. Kata pendatang itu : “Terimalah bakul ini”. Maka
Abdullah pun menerima bakul itu dan meneliti isinya, ternyata di sana menjumpai
telur-telur yang tempo hari diberikan kepada pengemis, kini dikembalikan lagi,
bahkan berjumlah 90 biji telur. Kata Abdullah kepada si pembantu : “mana telur
yang lain?, berapa yang kamu berikan kepada peminta?” Jawab si pembantu :
“yang kuberikan hanya 9 biji dan
kuselisihkan satu, karena pecah.” Kata Abdullah : “berarti yang sepuluh lagi
terrlepas dariku.”
Nah, demikian muammalah mereka kepada
Tuhan. Mereka sama beriman dan bersedekah menurut perintah yang tercantum dalam
Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Mereka tidak menentang Al Qur’an baik dalam gerak
atau ketenangannya, mreka mencomot ajaran dari kedua konsepsi itu lalu
mengeluarkan menurut isinya. Karena itu beramallah untuk Allah, biasakanlah,
tentu kamu beruntung.
Wahai sahaya,
lepaskan situasi kebingungan yang mencengkeram dirimu dan ikutilah ulama’, kamu
jangan mencari penyambung yang mempertaut dengan Allah melalui pengakuan dusta.
Bersabarlah akan uji seperti mereka bersabar bersama-Nya sampai menghasilkan
pertalian sejati. Seandainya tidak ada uji, tentu seluruh manusia beribadah dan
zuhud, berhubung bala’ mendatangi mereka akhirnya mereka tidak sabar bersama
Allah, tentu tiada pemberian untuk mereka. Jika kamu tidak punya sabar dan
ridla maka hal itu menjadi sebab terlemparnya diri dari penghambaan kepada
Allah. Sabda Allah dalam haits Qudsi :
“Barang siapa tidak rela atas ketentuan-Ku
dan tiak sabar atas cobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.”
Terimalah ketentuan Allah atasmu, kokohkan
Islam hingga mengkait iman, lalu perkokoh iman sampai mengkait yaqin, maka
ketika itu kamu bisa melihat-Nya yang tidak pernah kau lihat sebelum datang
yaqin, juga kamu lihat sesuatu sebagaimana bentuknya – menjadi beita ma’ani –
ia menghentikan hati kepada Allah lalu melihat sesuatu dari Dia. Apabila hati
berhenti pada pintu Allah menghasilkan kekuasaan mulia (keramat) maka ia pun
menjadi mulia terbawa sampai kepada ciptaan dan tidak berakhir. Hati yang baik
itu adalah hati yang diperbaiki Allah, jadi mulia dan sirr yang dijernihkan
oleh Allah dari keruh maka jadi mulia.
Janganlah mengadu kepada manusia, karena
jika kamu suka mengadu Allah berarti gugur dari pandangn-Nya, di samping itu
apa yang ada di sisimu tidak tersingkir karena pengaduan itu. Kami tak perlu
berujub dalam beramal, karena ujub itu bisa merusak amal dan bahkann
menghapusnya. Barangsiapa mengetahui taufiq Allah terrlimpah pada dirinya
berarti ternafikan dari ujub. Jadikan tujuan kepada Allah karena Dia menjadikan
rakhmat untukmu. Namun, bagaimana kamu membawa tujuan itu kepada-Nya sedang
kamu masih suka berdusta; padahal setiap jalan Allah itu benar adanya. Golongan
ulama adalah tipe orang-orang benar, yaitu benar-benar tanpa ditampakkan,
tindakan mereka sebagian besar timbul dari nurani sendiri, mereka itulah
orang-orang yang suka bertaubat. Sedang kamu, wahai munafik, sekali-kali bukan
seperti mereka, karena itu kamu jangan padati mereka dengan kemunafikan. Wahai
Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang benar.
Ia bertutur : ajarlah nafsu, hawa dn tabiat
dengan memperbanyak puasa, shalat dan menerapkan sabar, jika seseorang telah
sukses mengolah anfsu, hawa dan tabiat, tinggalh ia berssama Allah tanpa
dimasuki unsur lain, tinggal hati dan sirr bersama Allah secara komplek tanpa
menyempit, sehat tanpa sakit, jadilah orang berakal, belajar dan beramal
disertai ikhlas.
Wahai sahaya,
belajarlah dari makhluk, baru kemudian dari Allah. Sabda nabi :
“Barangsiapa beramal dengan sesuatu yang
diketahui, maka Allah mewariskan ilmu yang belum diketeahui (sebelumnya).”
Tentu, pertama kali orang belajar kepada
orang lain adalah perihal hukum, untuk yang kedua kali belajar dari Allah
tentang ilmu laduni, yaitu khusus ilmu yang membahas masalah batin (hati), yag
dikhususkan lagi adalah tentang sirr. Tapi bagaimana kamu mampu belajar
ilmu-ilmu tanpa guru, sebenarnya kamu berdomisili dalam hikmah.
Carilah ilmu, karena mencari ilmu itu
termasuk wajib, sabda Nabi : “Carilah ilmu kendati di negeri Cina.”
Wahai sahaya,
pergaulilah orang yang menolongmu dalam melenyapkan nafsu, jadi bukan orang
yang membangkitkan nafsu itu. Jika kamu bergaul dengan orang tua yang jahil
lagi munafik, sama artinya mempergauli tabiat hawa. Sebenarnya para guru
(syuyuh) itu tidak menjalin persahabatan dengan dunia, mereka menjalin hubungan
dengan akhirat, jadi bisa diketahui jika ada guru yang menjalin hubungan dengan
tabiat dan hawa berarti ia menjalin pertalian dengan dunia, jika mempergauli hati
berarti ia bergaul dengan akhirat.
Wahai orang yang berguru,
memadati lakunya dengan tindak guru yang ikhlas, selagi kau mencari dunia
berdasar nafsu dan hawa berarti terbilang belia, yang demikian suatu tabiat
ganjil di atas keganjilan, jiwa yang menolak dunia dan meninggalkannya dengan
ikhtiar sekali-kali tidak membawa kerugian, atau keadaan jiwa yang tenang lalu
berbalik ddrastis itu suatu keganjilan di atas keganjilan, jauh dari segala
yang jauh. Hanya saja hak dunia jadi baik bila dirimu membuta dari dunia,
akhirat atau apa pun selain Allah. Kala hamba dekat dengan Allah banyaklah
kenangannya dan takutnya bertambah. Karena itu orang yang banyak ingat kepada
pemimpinnya ia diangkat menjadi menterinya, karena ia memang dekat dia.
Bagi orang yang beriman, tidak mungkin hal
itu di dapat kecuali dengan laku ikhlas, jika ikhlas terlaksana ketika itu
berada dalam pemikiran. Sedang para Ulama dalam pemikiran yang luar baisa,
ketakutan mereka tidak pernah terhenti sampai berjumpa Allah. Barangsiapa
mengenal Allah, maka bertambahlah takutnya. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku adalah orang yang paling mengenal
Allah daripada kamu, dan aku lebih takut kepada-Nya dariapda kamu.”
Dan, kamu, wahai pelupa, suka menampakkan
diri di hadapan Allah dengan laku maksiat lagi menetang, lalu kamu berlindung
kepada-Nya. Tiada lagi keamananmu akan terganti jadi ketakutan, masamu
menyempit, sehatmu jadi sakit, muliamu jadi hina, ketinggianmu terbanting,
kayamu jadi miskin. Ketahuilah bahwa ketenanganmu di hari kiamat berupa siksa Allah
menurut ukuran takutmu di dunia, dan takutmu di akhirat menurut ketentramanmu
di dunia. Namun karena kamu sebagai penyelam samudera dunia berakibat
ketenteramanmu berada dalam perigi kelupaan yang dalam, tentu jalan hidupmu
seperti kehidupan binatang, mereka tidak mengenal sesuatu kecuali makanan,
minuman, kawin dan tidur. Tingkah lahirmu mengekor penghulu hati menunjukkan
loba dunia dan cenderung mencari isi perut saja. Sudah barang tentu hal itu
menutup diri dari jalan Tuhan. Wahai orang yang tersedot keaiban dunia dan
lobanya, seandainya kamu dikumpulkan bersama penduduk bumi untuk memperoleh
sesuatu tentu kamu tidak kebagian.
Janganlh menganiaya sesama, karena
perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Beralkulah adil sehingga
kamu dipertimbangkan menuju jalan surga, tapi untuk penganiaya bagaimana tanpa
pertimbangan, mereka akan diadili di negeri keadilan. Tinggalkan apa saja dalam
tempatnya hingga menempatkan dirimu di sisi Allah. Nah, demikian situasi akhir
masa. Aku lihat kamu telah berubah dari keberadaanmu semula, dengan mengganti
laku yang lain, sungguh aku jadi khawatir jika kamu sampai tergulung dalam
perubahan ini.
Wahai makhluk Allah, aku
mencari keaiban dan manfaatmu dalam segala kondisi, aku harap pintu neraka
tertutup dan meniadakannya dengan segala keberadaan ini dan agar tidak dimasuki
seseorang pun, dan pintu surga dibuka agar tiada seseorang pun menolak untuk
memasukinya, demikianlah harapanku agar Allah menunjukkan rakhmat dan belas
kasih-Nya. Marilah duduk bersama aku demi kebaikan hatimu dan pengolahannya,
janganlah lari dari kesesatan bicaraku, tiada yang kupelihara kecuali jiwa
militan dalam agama Allah. Bicaraku keras, makananku keras, barangssiapa lari
dariku atau membuat-buat perumpamaan diriku ia tidak akan bahagia, jika kamu
berburuk sikap yang menjurus dalam agama aku tidak akan meninggalkanmu, aku
tidak akan berrkata; lakukan itu, dan aku tidak akan mencari pendamping kecuali
Allah, dari Dia bukan dirimu.
Ikutilah para Nabi, para Rasul dan
orang-orang terdahulu yang shalih, jangan sekali-kali lepas dari mereka,
bertaubatlah atas dosa-dosa dan keburukanmu. Taubat itu sutu tanaman hati,
bangunan yang kau dirikan itu mampu merobohkan bangunan setan. Karena itu
bangunlah suatu bangunan Ar-Rakhman (Allah) susullah berserta Tuhanmu,
sesungguhnya aku berdiri pada pijakan akal bukan kerangka.
Jangan temani aku jika untuk dunia, tapi
temanilah aku untuk akhirat semata; tentu dunia amendatangimu secara sukarela
mengikut dan menjamin, kendatipun ambillah scukupnya (zuhud) dan aku menjaminmu
– tentu kamu tidak memperhitungkan hal itu. Dahulukan akhirat atas dunia, batin
atas lahir, kebenaran atas batil, yang tetap atas fana, tinggalkan lau ambil,
tinggalkan pengambilan melalui tabiat, hawa, nafsu dan ambillah melalui hati
dan sirr.
Jadilah penerima perintah Allah dan
Rasul-Nya; menderita ketika terhalang darinya, berserah kala datang ketentuan
dan keputusannya; sejalan dengan itu pergauilah manusia dengan budi luhur, kamu
jangan mencari sesuatu dari Allah tanpa menggunakan ilmu-Nya; patuhi hukum dan
ketentuan-Nya. Sabda Nabi saw. :
“Ketika Allah mencipta Qalam, Dia berkata
kepadanya : “Tulislah”, jawab Qalam : “apa yang hamba tulis? Kata Allah :
“tulislah hukum-hukum-Ku untuk makhluk sampai kiamat.”
Wahai orang berhati mati,
wahai pembangkit nafsu, hatimu telah mati berarti dirimu berada dalam bencana
pertama. Tiada bencana bagimu selain kematian hati, yaitu lupa Allah dan tidak
mengenang-Nya. Siapa ingin membangkitkan hati, maka tetapkan dalam hati itu
kenangan untuk Allah dan berjinak kepada-Nya, lihatlah keagungan dan
kebesaran-Nya, dan bagaimana pemberian-Nya kepada ciptaan.
Wahai sahaya,
kenanglah Allah – pertama kali – dengan hati, baru dengan lahirmu untuk yang
kedua. Kenanglah Dia seribu kali dengan hati dan sekali dengan lisan, kenanglah
Dia kala afat menimmpamu dan sabar atau kalau dunia datang dengan
meninggalkannya, tetapi jika akhirat yang datang terimalah dan kala datang
kebenaran dengan tauhid. Mengenang mati itu bisa menjernihkan hati, memadamkan
dunia ciptaan juga membuka penutup hati hingga bisa melihat; bahwa ciptaan itu
akan binasa, mati, dan lemah; tidak membawa penyakit atau manfaat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan