(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Jumaat pagi, 12 Rajab tahun 545 H, di Madrasah
Al’Mamurahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Jika kamu ingin menduduki dunia
akhirat,jadikanlah seluruh tujuanmu hanya untuk Allah; dari sanamaka,
terjadilah pemerintah dan pemimpin atas dirimu sendiri dan orang lain. Sungguh,
aku ini menasehatimu, karena itu, terimalah nasihatku; Aku membenarkan, maka
benarkanlah aku, tapi jika kamu mendustakan daku, sesungguhnya kedustaan itu
ada padamu, tapi jika kamu membenarkan daku, maka sungguh kamu benar :
“Sebagaimana kamu mendekat, maka kami pun mendekat.”
Terimalah konsep tari dariku untuk
mengogbati penyakit agama yang mengendap di hatimu, dan amalkanlah tentu memperoleh
kesembuhan. Barangsiapa berjalan mengitari dunia, barat sampai ke timur untuk
mencari para wali, orang-orang shalih, yaitu para dokter kalbu dan agama, maka
bila di antaranya telah didapat kemudian mereka mencari lagi tambahan untuk
kesembuhan agama. Sayangnya sampai kini kamu masih tegar membenci mereka –
fuqaha, Ulama, para wali – dus, para pendidik dan pengajar, jika demikian
kelakuanmu masih disangsikan bila terapi dapat kamu terima. Cih,mana mungkin
pengobatan yang kusampaikan bermanfaat bagimmu, setiap hari aku galang
fondamen-fondamen itu, tapi kamu giat merusaknya.
Jika aku katakan : Jangan makan suapan ini,
karena di dalamnya mengandung racun, rupanya kamu tetap menetangku tidak
percaya, bahkan tetap melahap makanan beracun itu. Tidak lama proses keracunan
itu akan segera tampak dalam konstruksi agama dan imanmu. Sungguh aku
menasehatimu, aku tidak ingin kamu binasa dengan pedangmu sendiri, aku tidak
ingin mendapat lempengan-lempengan uangmu. Barangsiapa bersama Allah, ia tidak
akan goncang oleh lau manusia dalam lingkungan masyarakat, baik dari golongan
jin atau manusia, serangga-serangga bumi yang melata atau yang buas sampai
ciptaan yang tersembunyi.
Setiap keselamatan dalam ridla, pasti
melalui proses ketentuan, pendek angan-angan dan kezuhudan di dunia. Bila kamu
melihat dirimu seorang yang lemah, maka tariklah kenangan mati serta
memperpendek angan-angan. Nabi Muhammad saw. bersabda berdasar hikayat dari
Allah :
”Tiada dekat orang yang dekat dengan-Ku dengan
keutamaan-keutamaan-Ku mendatangi yang Aku wajibkan, dan tiada henti-hentinya
hamba-Ku memperdekat dengan-Ku melalui amalan-amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya, maka jika Aku mencintainya Diri-Ku untuknya; pendengaran,
penglihatan, tangan dan kekuatan; maka dengan Aku ia mendengar, dan dengan Aku
ia melihat, dan dengan Aku ia bertenaga.”
Segala bentuk perbuatan yang ada ia lihat
melalui Allah, dengan melalui-Nya, keluarlah daya kekuatan penglihatan jiwanya
dan yang lain; semua bersumber dari Allah. Pergerakan dan daya kekuatannya terjadi
oleh Allah bukan dari kehendak diri sendiri, juga bukan terdorong oleh makhluk,
sehingga nafsu dunia akhiratnya keluar semua untuk bertaat kepada Allah.
Praktis perekat taatnya itu menjadi sebab kecintaan Allah kepadanya, dengan
taat dicintai di dekat, maksiat dibenci dijauhi, dengan taat menghasilkan
jinak, maksiat menghasilkan lair. Karena keburukan liar terhalang oleh syara’
membawa hasil baik, sedang penetangnya menghasilkan jelek. Barangsiapa tidak
punya syara’ yang bercokol dalam segala kondisinya, tentu ia mudah digndeng
kerusakan dan kebinasaan.
Beramallah, bertekunlah jangan merasa berat
pada amal, karena meningggalkan amal bisa mendatangkan sikap tamak, sedang
berberat amal berarti sombong dan menipu. Di antara manusia ada yang berpihak
di antara surga dan neraka, jika kamu arif, berarti berdiri di antara ciptaan
dan Allah, terkadang kamu menaati ciptaan di lain waktu menaati Allah, kamu
penjemput manusia dan memperlihatkan mereka bentuk-bentuk akhirat; khisabnya
dan berbagai sesuatu yang ada di dalamnya, bukan hanya itu, bahkan kamu menjadi
pelopor berita mengenai pengalaman yang telah kau lihat dan kau saksikan. Hanya
berita itu tidak sampai tampak secara persis.
Manusia sama, menanti perjumpaan dengan
Allah, dalam setiap waktu mereka mengharap-Nya tanpa merasa gentar hati, karena
hal itu sebagai bukti kecintaan mereka; berpisah sebelum kamu terpisah,
meninggalkan sebelum tertinggal, berpindah sebelum terpindah; keluarga dan
seluruh ciptaan tidak membawa manfaat bagimu --- jika kamu sampai di kubur.
Bertaubatlah dalam mengejar sesuatu yang diperbolehkan – syara – yang berbentuk
syahwat.
Wahai manusia,
berwara’lah dalam segala ihwalmu (kondisi) wara’ adalah kiswah
(penutup/kelambu) agama, carilah kiswah dariku untuk agamamu, ikutilah aku
karena aku berada dalam jalur kemuliaan Rasulullah saw. aku adalah sari satu di
antara pengikutnya; meliputi sifat makan, minum, kawin dan segala ihwalnya; dus
tiada sesuatu perilaku yang tidak bersumber dari beliau, aku tidak akan
berhenti mengikutinya hingga sampai terwujud apa yang dikehendaki Allah. Aku
tidak peduli puji atau cela, pembenaran atau penghentiamu, dengan kebaikan atau
keburukanmu dengan kunjunganmu atau pembelakanganmu. Kau tolol, orang tolol itu
tidak memperdulikannya, kalaupun kamu beruntung dan beribadah kepada Allah,
maka ibadahmu tertolak, karena bentuk ibadahmu terlipat oleh sikap tolomu,
sedang segala bentuk ketololan itu perusak. Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa menyembah Allah di atas
ketololan, maka hal itu justru lebih banyak merusak sesuatu daripada
menghasilkan kebaikan.”
Berkaitan dengan permasalahan ini, tiada
kamu beruntung sampai kau mengikuti Kitab Allah dan sunnah Rasul-nya.
Ada Ulama berkata : “Siapa tidak punya
guru, maka iblis menjadi gurunya. Ikutilah Guru, Ulama, para pemegang Kitab
Allah, sunnah Rasul dan pengamal keduanya, atau berbaik sangka (husnu
‘dlah)-lah kepada mereka, jalinlah kekeluargaan dengan mereka tentu kamu
beruntung, jika kamu tidak mengikuti Kitab Allah dan Sunnah, guru serta orang
yang memahami isi keduanya, selamanya tentu kamu merugi.
Apa kamu mendengar ini : “Barangsiapa
memperkaya pendapat sendiri, sesatlah ia.” Olahlah jiwamu dengan menjalin
pesahabatan dengan orang-orang yang
lebih pandai daripadamu, sibukkan untuk berbaik bersamanya, lalu operkan kepada
yang lain. Nabi saw. bersabda :
“Mulailah dengan dirimu sendiri, kemudian orang yang ada di
sekitarmu.”(Riwayat Bukhari)
Lalu Sabdanya :
“Tidak ada shadaqah sedang kamu punya saudara yang membutuhkan.”(Riwayat
Ahmad)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan