(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Selasa, 1 Syaaban, tahun 545 Hijriyah
di Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Belajarlah, kemudian beramal, ikhlas,
sunyikan jiwamu dan ciptaan.
“Katakan (yang menurunkan itu) Allah!,
kemudian biarkanlah mereka main-main dengan percakapan kosong (Qs. 6 : 91).
Katakan seperti perkataan Ibrahim a,s,.
Sebagaimana tesebut dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya
pujaan-pujan itu musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. 26 :77).
Singkirkan ciptaan dan bencilah mereka, selagi
di hadapanmu hanya membawa bencana. Jika Tauhid bersih, dalam arti keburukan,
syirik lepas dari hati tujulah mereka, seperti transfertasi ilmu dan penujukan
pada pintu kebenaran.
Ketidakbutuhan al-Khowash itu
ketidakbutuhannya terhadap ciptaan; dalam bentuk kematian kehendak dan ikhtiar,
siapa bersih dari ketidakbutuhan ini maka bersihlah kehidupannya secara abadi
bersama Allah. Pabila kamu ingin hal ini kamu harus menjaga perolehan ketajaman
ma’rifat, dekat dan terlena pada tangga Allah, hingga kamu tercabut oleh tangan
rakhmat dan kelembutan, ketika itu, niscaya kamu bisa hidup secara abadi,
makanan tertolak dan sirri menjadi makanan. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku bernaung di sisi Tuhanku, maka Dia
memberi makanan daku dan meminumi daku.”
Artinya; memberi makanan sirri berupa
ma’ani, memberi makanan ruh berupa ruhaniyat, memberi makanan yang khusus.
Pertama kali perubahan sikap disertai hati,
lalu ketetapan perubahan itu dan terjadilah pengangkasaan hati dan sirrinya.
Ketika itu ia hadir di tengah-tengah manusia. Nah, demikian kaitan kebenaran
orang yang meneyatukan antara ilmu dan amal, ikhlas dan pengajaran.
Wahai manusia,
makanlah sisa-sisa orang berilmu, minumlah sesuatu yang masih tertinggal dalam
cawan-cawan mereka. Wahai pengaku berilmu, tiada teladan dengan ilmumu.
Barangsiapa tidak sedia berteladan dengan ilmunya, tanpa ikhlas, sesungguhnya
laksana tubuh tanpa nyawa. Di antara tanda-tanda ikhlas dalah, bahwa kamu tidak
mencari pujian orang atau cela mereka, juga tidak mengharapkan sesuatu yang ada
pada mereka bahkan ia menyodorkan konsepsi Ketuhanan sebagai haknya. Beramallah
untuk sang pemberi nikmat, bkan untuk nikmat untuk sang pengausa (Allah) bukan
untuk yang dikuasai, untuk kebenaran bukan kebatilan. Jika kebenaranmu telah
sempurna, ketika itu telah telanjang dari segala keberadaan selain Dia.
Telanjang itu pada hati, bukan apda tubuh, zuhud itu apda hati bukan untuk
tubuh, berpaling itu untuk sirr bukan pada lahir, penglihatan itu pada ma’ani
bukan untuk bangunan, padangan itu pada Allah bukan untuk ciptaan, ketidakadaan
dunia-akhirat tanpa sesuatu selain-Nya. Orang yang dicintai Allah yaitu orang
yang diberi kekhususannya agar diberi nikmat berupa cobaan pada fisiknya, yaitu
menjadi syahid di ujung pedang orang kafir.
Maka, bagaimana dengan para syuhada yang
mati di ujung pedang diliput cinta. Bahwa pnghancuran itu diproyeksikan
mengarah bangunan-bangunan yang digunakan untuk bermaksiat. Jika kamu lihat
pusat-pusat maksiat menghancurkan penghuninya, hancurkanlah ia, karena maksiat
itu bisa menghancurkan negara dan merusak ibadah. Nah, demikian seharusnya
niatmu; jika mengetahui di mana ada negara bermaksiat hancurkanlah, tapi jika
dirimu yang bermaksiat, tentu kehancuran melummat dirimu sampai merusak jiwa,
menjalar kemudaian merusak konstruksi agama sampai kebutaan hati menyelimutimu
berakhir dengan kelenyapan iman. Di samping itu berbagai penyakit menyerang,
fakir datang, maka ludeslah perbendaharaan, akhirnya kamu butuh kepada
teman-teman sejawat dan musuh-musuhmu.
Celaka kau munafik, jangan menipu Allah,
kau beramal sesuatu amal sembari memperlihatkan kepada manusia, padahal amal
itu untuk Allah. Rupanya kamu ahli beriya’, ahli pengibul dan lupa Tuhan. Tidak
lama kau akan terlempar dari dunia dengan kemiskinan. Wahai pengidak penyakit dalam,
peliharalah pengobatanmu – inilah terapinya – yaitu kamu jangan bergaul sesama
ciptaan kecuali dengan orang-orang shalih, ambillah terapi dari mereka dan
amalkanlah tentu kesembuhan segera mendekatimu selamanya; meliputi kesehatan
ma’ani, hati, sirr bahkan kamu dapat bersembunyi bersama Tuhan; Kala mata hati
di buka, kamu melihat Tuhan, kini kamu berarti tergolog orang yang dicintai
Allah yang selalu siaga di pintu-Nya – tanpa melihat – sesuatu selain Dia. Tapi
bila hati berisi bid’ah bagaimana bisa digunakan untuk melihat Allah?
Wahai manusia,
beritba’lah (Mengikuti perilaku Nabi saw. dalam kehidupan sehari-hari) jangan
berbid’ah, bersesuailah jangan bersyirik, Esakan Allah jangan tinggalkan
pintunya, pintalah Dia jangan pinta yang lain, pintalah pertolongan dengan-Nya
jangan yang lain, tawakallah kepada-Nya jangan kepada yang lain. Wahai khowash,
serahkan jiwa ragamu untuk-Nya, relakan apa yang ditentukan Dia, padati
hari-harimu dengan mengenang bukan memohon. Pernah kamu dengar firman Allah :
“Barangsiapa memadati hari-harinya dengan
mengenang Aku meliputi masalah yang Kubawa, tentu ia Kuberi sesuatu yang lebih
baik daripada yag Kuberikan kepada peminta.”
Wahai orang yang sibuk mengenang Allah dan
meluluhkan hati karena Dia, jika kamu rela atas pemberian
Allah, tentu Dia menjadi teman dudukmu. Allah berkata :
“Aku menjadi teman duduk orang yang
mengenang (dzikir) kepada-Ku.”
Juga katanya :
“Aku di samping orang yang luluh hati
karena Aku.”
Wahai sahaya, kenanglah Dia tentu
memperekat hati kepada-Nya dan membawamu masuk ke pesanggrahan yang dekat
dengan-Nya, dan memperlakukanmu sebagai tamu, sedang di mana saja tamu pasti
dimuliakan, apalagi sebagai tamu sang Maha Raja (Allah).
Kamu jangan membuat masalah baru (bid’ah)
dalam agama Allah, ikutilah para ssaksi yang adilm berdasar Kitab dan Sunnah,
karena keduanaya itu bisa mempertaut kepada Allah, tapi jika kamu berbid’ah,
maka saaksimu (syahid) adalah hawa dan nafsu, yang berarti mempertaut diri
dengan neraka secara pasti, di sana kamu akan
dipertemukan Fir’aun, Haman beserta bala tentaranya.
Jadikan lakumu untuk mencari ilmu dan amal,
jangan jadikan untuk mencari dunia. Dalam waktu dekat lakumu akan terputus,
karena itu jadikan ia dalam hal yang membawa ma’rifat.
Wahai sahaya,
menghadaplah dan jalinlah sesuatu untuk mencari ridla Tuhan, karena bila Dia
berkenan meridlaimu niscaya Dia menyintaimu. Himmahmu adalah apa yang menjadi
tujuanmu, jika himmahmu dunia berarti kamu penyertanya, bila himmahmu akhirat
berarti kamu bersamanya, bila himmahmu ciptaan berarti kamu pengiring mereka,
dan jika himmahmu Allah berarti kamu bersama Dia, baik dunia atau akhirat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan