(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Jumaat, 26 Rajab tahun 545 Hijriyah di
Madrasah Al Ma’murahnya.
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Amat dilaknati orang yang berteguh dengan
makhluk semisal dirinya.”
Betapa banyak orang yang terbilang mendapat
laknat seperti ini, selebihnya hanya ada satu golongan manusia yang berteguh
dengan Allah. Di antara orang itu adalah seperti yang difirmankan Allah :
“Sesungguhnya
dia telah berpegang pada tali yang teguh.” (Qs. 2:256).
Barangsiapa berpegang teguh dengan makhluk
maka ia laksana orang menggambar air, kala tangan dibuka ia tidak melihat
apa-apa.
Celaka, ciptaan kau jadikan sentral
kebutuhan, baik sehari, dua hari, tiga hari, sebulan, setahun atau dua tahun,
padahal di akhirat mereka justru bosan dirimu. Peliharalah komunikasi bersama
Allah, adukan kebutuhanmu kepada-Nya, karena Dia tidak akan pernah membosankan.
Orang bertauhid dalam keteguhan tauhidnya tidak mengenal kata ayah atau ibu,
keluarga atau teman, musuh atau harta, pangkat atau kediaman, semua itu tidak
ada dalam hati selain bergantung di pintu Allah dan pemberian-Nya.
Wahai orang yang berbpegang teguh pada
uang, apa yang ada dalam genggamanmu, tidak akan lama tentu lenyap, bahkan
siksa akan menimpamu. Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu karena Allah, amalkan
ia, karena ia penuntun dirimu. Ilmu itu lambang kehidupan, ketololan itu
lambang kematian. Orang benar jika usai mendalami cabang-cabang ilmu kemudian
mendalami satu ilmu (spesialisasi) yaitu ilmu hati dan sirri, bila telah
menekuni ilmu ini, ia menjadi pelindung agama Allah, mencegah menurut
pencegahan-Nya, ia mengambil sesuatu dari tangan mereka berdasar perintah
Allah; di sini berarti hukum telah mengiringi mereka dan bersama Allah dengan
ilmu.
Orang arif itu selalu siaga di pintu Allah,
ia dipasrahi ilmu ma’rifat, diperlihatkan segala perkara yang tidak
diperlihatkan kepada orang lain, bila diperintah agar memberi, maka ia segera
memberikan jal itu, jika diperintah untuk menggenggam hak itu ia pun
menggengggamnya. Sertai ilmu dan ulama yang beramal dengan ilmunya, jika kamu
bersabar menyertai ilmu – pertama – maka tentu ia mengikuti untuk yang kedua.
Bersabarlah dalam pelayana itu, jika kamu sabar melayani ilmu, niscaya diberi
kefahaman hati dan diberi cahaya batin.
Wahai manusia,
serahkan perkaramu kepada Allah, karena Dia Mahatahu daripadamu, tinggalkan
keleluasaannya karenadari waktu ke waktu terdapat keleluasaan. Ikutilah Allah
dan bukalah pintu-Nya, tutuplah tembusan-tembusan pintu makhluq, jika hal itu
terjadi dirimu dilihatkan keanehan-keanehan yang tidak terdapat pada perhitunganmu.
Tidakkah kamu sadari jika Allah menghendaki
dirimu membawa manfaat untuk orang lain tentu menjadikan dirimu bermanfaat bila
Allah berkehendak menjatuhkan di hadapan manusia maka hal itu menipu
memperlunak dan memperketat hati mereka. Dia Mahapenghidup lagi Mahamematikan,
Maha Awal dan Akhir, Lahir dan Batin, setiap permasalahan itu tidak pernah
berobah bagi-Nya. Tancapkan iktikad ini dalam hati, berbaiklah dalam pergaulan
bersama manusia dengan sifat-sifat lahir, sebab perrmasalahan ini menjadi
tradisi orang-orang shalih yang bertakwa kepada Allah dalam segala kondisinya.
Mereka juga berkeliling untuk berdakwah menurut kajian akal yang selaras dengan
hati mereka – disetai akhlak mulia – yaitu akhlak Qur’an dan Sunnah, dan
menyeru mereka untuk mengikuti kedua konsepsi tersebut, jika mereka menerima
tentu kepayang kepadanya jika mereka lari dari kedua konsepsi itu, berakibat
tanpa membawa kesan antara mereka (orang-orang shalih) dan mereka sendiri
(ma’du), tanpa ada jalinan cinta kasih. Jadikan hatimu sebagai tempat ibadah,
sekali-kali kamu jangan menyeru Allah bersama ciptaan. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah untuk Allah
(semata) sebab itu janganlah kamu puja siap jua pun bersama Allah.” (Qs.LXXII
:18).
Jika telah mencapai peringkat ibadah ini –
dari Islam ke Iman, dari Iman ke Yakin, dari Yakin ke Ma’rifat ke ilmu Mahabbah
(cinta) dari Mahabbah ke Mahbubiyah, dari pencarinya ke orang yang mencarinya,
jika kamu lupa tidak sampai tertinggal dan jia lalai akan teringat, jika tidur
akan terbangun, jika lupa segera bangkit, jika dikuasakan segera menerima, jika
diam bicara, maka semuaitu tidak akan pernah hilang; terus menerus siaga secara
bersih karena ia telah terjernihkan oleh pusat hati. Seperti yang diwariskan
oleh Nabi Muhammad saw : “Bahwa mata beliau tidur tapi hatinya tidak tidur. Ia
melihat dari balik tabir seperti melihat wujud aslinya, setiap individu
terbangkit olehnya menurut kemampuan akan keberadaannya.
Adapun Nabi saw. tidak bertaut pada
seseorang pun sampai ia membangkitkannya, dan ia tidak ingin menyatukan
seseorang dalam kekhususannya. Selain kaum abdal, para wali dan ummatnya yang
ingin menyucup selisih makanan dan minuman. Beliau berikan setitik hamparan dan
sekerat mutiara dari keagungan keramatnya, karena mereka sedia mengikuti
beliau.
Orang yang menggenggam aga,a Islam tentu
membantu beliau untuk mengedarkan butir-butir ilmu agama dan syariat beliau
sampai kiamat. Ikutilah milad Ibrahim – pilihan Allah – yang berspekulasi
mencari Tuhan melalui bintang, bulan dan matahari; yang terakhir beliau berkata
: “Aku tidak suka sesuatu yang tenggelam, sesungguhnya aku menghadapkan wajah
(diri) ku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi secara lurus dan bukanlah
aku termasuk orang-orang musyrik.”
Setelah lama Ibrahim bersandar atas
kekeliruan itu lalu mengenal Allah, segera beliau membenarkan-Nya, maka
terbukalah pintu kebenaran dan hatinya terseruu untuk memasuki, kemudian
observasi Ibrahim dijadikan contoh bersama sesuatu yang berlaku di dunia
akhirat. Sedang kini beliau memahami hal itu datang dari Allah. Berpengaruh,
jadilah pusat hatinya berada di sisi Allah dan menanggalkan selain-Nya, jadilah
beliau sebagai penghamba mereka, ya penghamba semata untuk Allah, merdeka
terhadap sesuatu selain Dia secara mutlak, di langit, di bumi Ibrahim tidak
dikendalikan sesutu, justru beliau mengendalikan sesuatu itu. Tak ayal beliau
menjadi pemimpin yang tidak terpimpin selain Allah, pintu terlintas di
hadapannya dengan izin mutlak, tanpa penghalang atau penutup.
Wahai sahaya,
jadilah pembantu manusia, karena dunia akhirat melayani mereka; yakni dimana
saja mereka kehendaki segera mencomotnya dengan izin Allah, bila demikian tentu
kamu diberi lukisan keberadaan dunia yang bermakna akhirat.
Wahai Allah, berilah kearifan kepada kami dan mereka, dunia dan akhirat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan