Muhiyiddin
Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi
at-Ta'i (1165-1240) atau lebih dikenal dengan Ibnu Arabi adalah seorang sufi
amat terkenal dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Ibnu Arabi adalah
keturunan Arab kuno dan ayahnya Ali ibn al-'Arabi adalah seorang yang
berkedudukan tinggi dan berpengaruh. Ibnu Arabi adalah guru sufi yang terkenal
dengan konsep Wihdatul Wujud-nya. Ia mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu
pun yang wujud kecuali Tuhan, segala yang ada selain Tuhan adalah penampakan
lahiriah dari-Nya. Menurutnya, keberadaan makhluk tergantung pada keberadaan
Tuhan, atau berasal dari wujud ilahiah. Manusia yang paling sempurna adalah
perwujudan penampakan diri Tuhan yang paling sempurna.
Awal
dari ekstase (keadaan di luar kesadaran diri) adalah diangkatnya selubung, dan
hadirnya kesepahaman, serta perenungan pada yang tak kasat mata, dan percakapan
rahasia, dan memandang yang tidak ada, dan ini berarti kau telah beranjak dari
tempat asalmu.
Ekstase
adalah persinggahan pertama bagi kaum pilihan dan ia adalah warisan kepastian
dari hasrat, dan bagi mereka yang telah mengalaminya, ketika cahayanya telah
tersebar luas ke penjuru kalbu, semua keraguan dan kecurigaan meninggalkan
mereka. Siapa yang terselimuti dari ekstase dan dikuasai oleh keakuannya
sendiri, terhalang oleh kehidupan dan oleh maksud-maksud duniawi, karena
keakuan terselubung oleh maksud-maksud semacam ini. Tetapi jika maksud-maksud
duniawi dihilangkan dan pengabdian diri kepada Tuhan disucikan dari kepentingan
pribadi dan kalbu kembali dimurnikan dan disucikan serta mengindahkan
peringatan, ketika kalbu menyembah Tuhan dan mengutarakan doa-doanya dalam
percakapan intim dengan-Nya, semakin dekatlah dia ke arah-Nya. Dia berbicara
kepadanya dan ia mendengarkan dengan penuh perhatian.
Ekstase
di dunia ini tidak berasal dari penyingkapan, tapi dari penglihatan kalbu dan
kesadaran akan kebenaran dan keyakinan, dan siapa yang telah mengejarnya
menyaksikan dengan luapan kegembiraan dan dengan pengabdian yang bebas hawa
nafsu. Ketika ia terjaga dari penglihatan itu, dia kehilangan apa yang telah
dia temukan, tapi pengetahuannya masih bersamanya, dan untuk waktu yang lama,
ruhnya menikmatinya.
Jika
seseorang meminta penjabaran lebih lanjut tentang ekstase, suruhlah dia
berhenti menanyakannya, sebab bagaimana mungkin sesuatu dapat dijabarkan jika
ia tidak memiliki penjelasan kecuali dirinya sendiri, dan tiada kesaksian
kecuali dirinya. Siapa yang bertanya tentang aroma dan rasasanya berarti
bertanya tentang kemustahilan, sebab aroma dan rasa tidak dikenal dengan
penjabaran, melainkan dengan mengecap dan mengalaminya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan