AJARAN
KETUJUH PULUH SATU
Ada beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima, ketika melihat aneka barang di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan pencampakan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu mereka jika Allah tak memelihara mereka dengan kasih sayang, perlindungan dan penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan inilah mereka tetap selamat.
Ada yang, ketika
melihat hal-hal ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada nalar agama mereka,
mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan hal-hal
itu. Mereka ini seperti perajurit-perajurit gagah berani di jalan agama yang
ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah menganugerahi mereka
kelimpahan pahala dan kehidupan ukhrawi.
Ada beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima, ketika melihat aneka barang di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan pencampakan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu mereka jika Allah tak memelihara mereka dengan kasih sayang, perlindungan dan penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan inilah mereka tetap selamat.
Nabi
saw. bersabda:
"Tujuh puluh tindak kebajikan dicatat untuk seorang mukmin yang mencampakkan dorong hawa nafsunya ketika ia dikuasai olehnya atau ia menguasainya"
"Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenimatan ini dan kurnia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah Swt atas hal-hal itu"
Namun mereka tetap tak memerhatikan kenikmatan-kenikmatan ini: mereka buta terhadap segala suatu selain Allah Swt; maka mereka tak melihat sesuatu pun selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang semacam ini memasuki pasar, mereka akan berkata: "Kami tak melihat sesuatu pun". Ya mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan mata hati. Mereka melihat semua itu, tapi bukan dengan mata nafsu. Pandangan itu adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah, bukan pandangan ruhaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada di pasar, tapi hati mereka melihat Tuhan --kadang keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Ada yang,
ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh dengan kasih sayang kepada
orang di dalamnya kerana Allah Swt. Rasa kasih sayang ini membuat mereka
bertafakkur dalam melihat hal-hal milik orang-orang ini dan yang di hadapan
mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa, sejak masuk hingga keluar dari
pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari Allah serta menjadi perantara bagi
orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih sayang. Hati-hati mereka berupaya
menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka. Lidah-lidah mereka diberikan
senantiasa memuji Allah atas semua yang telah mereka berikan kepada mereka dari
rahmat dan kurnia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut pengawal-pengawal kota dan abdi-abdi Allah.
Bila kau mahu kau dapat menyebut mereka orang berilmu, badal, penyayang
dan penahan yang tersembunyi dan yang tampak, yang dicintai-Nya dan
khalifah-Nya di bumi bagi hamba-hamba-Nya, duta-Nya dan pelaksana
kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini, dapat dikatakan, sebagai batu filosof.
Redha dan rahmat Allah ada pada orang-orang semacam ini dan pada orang yang
telah menghadapkan wajahnya kepada Allah dan yang mencapai puncak singkapan
ruhani.
"Tujuh puluh tindak kebajikan dicatat untuk seorang mukmin yang mencampakkan dorong hawa nafsunya ketika ia dikuasai olehnya atau ia menguasainya"
"Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenimatan ini dan kurnia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah Swt atas hal-hal itu"
Namun mereka tetap tak memerhatikan kenikmatan-kenikmatan ini: mereka buta terhadap segala suatu selain Allah Swt; maka mereka tak melihat sesuatu pun selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang semacam ini memasuki pasar, mereka akan berkata: "Kami tak melihat sesuatu pun". Ya mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan mata hati. Mereka melihat semua itu, tapi bukan dengan mata nafsu. Pandangan itu adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah, bukan pandangan ruhaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada di pasar, tapi hati mereka melihat Tuhan --kadang keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan