Kes mati karena binatang buas sudah banyak dijumpai.
Cerita selamat dari keganasan
binatang berbahaya juga kerap kita
dengar.
Namun, bagaimana dengan kes lepas dari
maut justru karena pertolongan binatang mematikan? Yang terakhir ini
kedengarannya aneh tapi betul-betul dialami Abu Hamzah al-Khurasani, ulama sufi
pada abad pertengahan.
*****
Dalam sebuah perjalanan ibadah haji,
entah bagaimana, ia tiba-tiba terperosok ke lubang sumur.
Tentu saja ia sukar kembali ke atas. Di
tengah ancaman keselamatan jiwanya itu, Abu Hamzah al-Khurasani sempat akan
berteriak minta tolong tapi diamkan diri.
"Tidak. Demi Allah aku tak akan
berteriak minta tolong."
Belum habis gumam batinnya itu berujar,
tiba-tiba ada dua orang melintas di bibir sumur. Tahu ada lubang di dekat
mereka, salah seorang di antara keduanya bertutur, "Mari kita tutup bibir
sumur ini agar tak ada orang jatuh ke dalamnya."
Bibir sumur pun ditutupi rerimbunan pohon
tebu hingga penuh. Ingin sekali Al-Khurasani berteriak.
Namun lagi-lagi hatinya melarang.
"Aku akan berteriak kepada yang lebih dekat ketimbang mereka berdua (yakni
Allah)," gumamnya.
Al-Khurasani akhirnya cuma bisa diam. Tak
disangka, beberapa saat kemudian bibir sumur terbuka kembali.
Lalu ada yang menurunkan kakinya dan
seperti menyuruh al-Khurasani untuk memegangnya. Al-Khurasani pun bergelayutan
dengan kaki itu dan keluar dari sumur dengan selamat.
Ia baru sadar bahwa kaki yang menolongnya
itu adalah kaki seekor binatang buas (sabu'). Sabu' juga bisa berarti singa.
Kemudian terdengarlah suara, "Wahai
Abu Hamzah, bukankah ini lebih baik? Kami selamatkan kami dari kematian dengan
hewan mematikan."
Cerita tersebut menggambarkan betapa
kuatnya keyakinan al-Khurasani terhadap pertolongan Allah. Ia tak berteriak
minta tolong karena sedang membersihkan hati dari ketergantungan kepada
selain-Nya, bukan lantaran menolak ikhtiar, apalagi bermalas-malasan.
Ia sedang menampilkan sikap tawakal yang mutlak,
di saat bersamaan meyakini bulat-bulat akan kehadiran Allah setiap saat.
Kes pertolongan oleh binatang buas yang
tak lazim tersebut bisa dilihat sebagai kemuliaan (karomah) dari Allah atas
kesungguhan Abu Hamzah al-Khurasani dalam bersabar dan berpasrah diri secara
penuh kepada-Nya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan