Diceritakan dari Syeikh Dzun Nun al-Mishri radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ia berkata;
Pada suatu malam aku keluar dari lembah Kan'an. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku seraya membaca surat az-Zumar ayat 47 yang artinya: "Dan telah tampak bagi mereka dari Allah sesuatu yang mereka tidak pernah menduga-duga."
Ketika seseorang itu mendekat padaku, ternyata ia perempuan yang mengenakan jubah bulu yang ditambal dengan kain bulu, tangannya memegang bumbung bambu dan tongkat. Ia berkata: "Siapa kamu?" Sama sekali ia tidak ada tanda-tanda rasa kaget melihat aku kaum pria.
"Aku seorang pengembara," jawabku.
Perempuan itu bertanya: "Wahai laki-laki! Pernahkah engkau melihat seseorang bersama dengan Allah menjadi pengembara. Allah itu selalu menghibur para pengembara dan menolong orang-orang yang lemah?" Mendengar pertanyaan itu aku pun menangis.
Ia bertanya lagi: "Kenapa engkau menangis?"
Aku menjawab: "Karena obat telah tepat mengena pada penyakit."
Ia bertanya lagi: "Kalau memang ucapanmu itu memang benar, kenapa engkau menangis?"
Aku ganti bertanya: "Mudah-mudahan Allah merahmatimu. Apakah orang yang benar itu tidak pernah menangis?"
"Iya," jawabnya.
Aku bertanya: "Kenapa demikian?"
Ia menjawab: "Karena menangis itu rasa enak di hati dan tempat kembali untuk bersandar. Dan hati itu tidak pernah merahasiakan sesuatu yang lebih benar daripada berteriak dan bersuara. Adapun menangis dari para wali itu menurut mereka adalah suatu kelemahan."
Aku (Dzun Nun) tertegun karena takjub karena perkataannya.
Ia bertanya; "Apa yang terjadi pada dirimu?"
Aku menjawab: "Karena takjub dari perkataanmu."
Ia bertanya lagi: "Apakah engkau telah lupa
dengan penyakit yang baru saja engkau sebutkan?"
Aku berkata: "Mudah-mudahan Allah merahmatimu. Jika engkau sependapat, maka berilah aku sesuatu yang berfaedah, barangkali Allah memberi manfaat kepadaku dengan sesuatu itu."
Ia bertanya: "Suatu faedah yang telah diberikan seorang bijak kepadamu itu apakah masih membutuhkan tambahan?"
Aku menjawab: "Mudah-mudahan Allah merahmatimu. Saya bukanlah seorang yang merasa puas dari tambahan dari wali-wali agung."
Ia berkata: "Benar engkau, wahai miskin! Cintailah Tuhanmu dan rindulah kepada-Nya, karena pada suatu hari Ia (Allah) akan menampakkan kebesaran sifat keindahan-Nya untuk menampakkan karunia-Nya kepada para kekasih dan orang-orang pilihan-Nya serta orang-orang yang ahli mencintai-Nya. Kemudian ketika Allah menampakkan kepada mereka keindahan kesempurnaan sifat-sifat-Nya besok di hari kiamat, Ia akan memberi minum satu gelas dari minuman segar karena sifat keindahan-Nya, dan arak Salsabil karena telah bertemu dengan-Nya, dimana setelah minum itu mereka tidak akan haus selama-lamanya.
Setelah ia mengucapkan kalimat-kalimat itu, ia tidak sadarkan diri dan memanggil-manggil: "Wahai Kekasih Hatiku, sampai kapan Engkau meninggalkanku di dunia yang di dalamnya tidak kutemukan teman dekat yang benar."
Kemudian ia meninggalkan aku dan turun tergelincir ke
dalam jurang sambil berkata: "Hanya kepada-Mu, tidak ke neraka, hanya
kepada-Mu tidak kepada ahli neraka," hingga suaranya hilang dari
pendengaranku. Mudah-mudahan Allah meridhainya dan memberi manfaat kepada kami
dengan sebabnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan