Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali
Jika ada orang bertanya, bagaimana halnya dengan
kondisi seorang murīd (orang yang berkeinginan mencapai
ma‘rifat kepada Allah),
beserta para mujtahid dan orang-orang yang menekuni riyādhah?
Apakah mesti bergaul bersama mereka ataukah ber-‘uzlah menjauhi mereka?
Ketahuilah, jika keadaan mereka masih seperti semula,
yakni mengikuti cara-cara yang telah diwariskan oleh orang-orang saleh
terdahulu, maka mereka adalah sebaik-baik saudara, sebaik-baik sahabat dan
penolong dalam beribadah kepada Allah. Dengan demikian seseorang tidak boleh
‘uzlah dan memencilkan diri dari mereka.
Perumpamaan mereka adalah seperti berita yang kita
dengar tentang orang-orang zuhud yang berada di gunung Libanon dan
tempat-tempat lain. Mereka bersatu dan saling menolong dalam hal kebaikan dan
takwa serta saling berwasiat untuk bersikap benar dan sabar.
Adapun jika perilaku mereka telah berubah dan
meninggalkan cara-cara yang telah diwariskan oleh orang-orang saleh terdahulu,
maka hukum bergaul dengan mereka adalah sama saja dengan bergaul dengan
orang-orang lain. Jadi, hendaklah ia tetap tinggal di tempatnya menyepi,
menjaga lisan, dan berhubungan bersama mereka dalam kebaikan dan menjauhi
tingkah laku mereka yang mengandung bahaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ia
ber-‘uzlah dari orang-orang yang ‘uzlah, dan memencilkan dari orang-orang yang
mengasingkan diri.
Apabila anda bertanya, bagaimanakah hukumnya, jika
orang-orang yang sungguh-sungguh beribadah dan menekuni riyādhah
ini ingin keluar dari kalangan mereka (para ahli ibadah yang telah menyimpang
dari cara ulama salaf), berpindah ke tempat lain lantaran beranggapan akan
menemukan kemaslahatan bagi dirinya dan bisa menjauhi fitnah yang dapat
menimpanya jika ia bergaul dengan mereka?
Ketahuilah bahwa madrasah-madrasah dan pondok-pondok
thariqat itu bagaikan benteng kokoh yang dapat digunakan berlindung oleh
orang-orang yang rajin beribadah dengan sungguh-sungguh dari para penyamun dan
pencuri agama. Sedangkan di luar pondok bagaikan padang luas di mana tentara
berkuda setan berkeliling pasukan demi pasukan, lalu menyambar dan menawan
orang yang berada di sana. Bagaimanakah keadaan orang itu bila ia keluar ke
padang tersebut, sekalipun musuh bisa menangkapnya dari berbagai penjuru dan
dapat berbuat semaunya terhadap dirinya?
Jika demikian, tidak ada pilihan lain yang bermanfaat
bagi orang yang lemah, kecuali tinggal di dalam benteng. Sementara bagi orang
yang kuat dan waspada, yang tidak dapat dikalahkan musuh dan sama saja baginya
tinggal di benteng atau di padang luas, maka tidak ada kekhawatiran seandainya
ia keluar dari benteng. Namun, akan lebih mudah berhati-hati dan menjaga diri
jika berada di dalam benteng. Karena di luar benteng tidaklah aman dari
berbagai tipu daya setan yang menggelincirkan dan berbagai persekongkolan
dengan teman-teman yang jahat.
Apabila persoalannya demikian, maka tetap bersama
orang-orang pilihan Allah dan bersabar menanggung kepayahan pergaulan, adalah
lebih utama bagi orang yang secara intensif menekuni olah rohani (riyādhah)
dan para pencari kebaikan, dalam keadaan apapun. Sedangkan bagi orang kuat yang
sudah bisa istiqamah, tidak ada yang mencegahnya untuk memencilkan diri dari
mereka.
Pahamilah dan renungkanlah keterangan ini, in syā’ Allāh
anda akan beruntung dan selamat. In syā’ Allāh.
Apabila ada yang bertanya, bagaimana pendapat anda
mengenai ziarah (berkunjung) kepada teman-teman seagama dan mengadakan
pertemuan dengan para sahabat untuk saling mengingatkan?
Ketahuilah, bahwa mengunjungi saudara-saudara seagama
itu termasuk mutiara ibadah kepada Allah, di dalamnya terkandung pendekatan
yang mulia kepada Allah, di samping adanya berbagai faedah dan kebaikan hati,
tetapi dengan dua syarat:
1. Hendaklah tidak terlalu sering dan berlebihan
melakukan kunjungan dan pertemuan.
Rasūlullāh
s.a.w. bersabda kepada Abū Hurairah r.a.:
“Berkunjunglah dalam waktu-waktu tertentu (jangan
sering-sering), maka kecintaan anda akan bertambah.”
2. Hendaklah anda menjaga hak-hak kunjungan dan
pertemuan itu, tanpa disertai unsur riyā’, membagus-baguskan gaya dan penampilan menjauhi
perkataan yang tidak berguna, menggunjing dan lain sebagainya. Mohonlah
perlindungan dari hal-hal yang tidak baik itu, agar anda dan teman anda
terhindar dari kebinasaan.
Diceritakan bahwa Fudhail dan Sufyān
saling mengingatkan, lalu keduanya menangis. Kemudian Sufyān
berkata: “Wahai
Abū ‘Alī
(Fudhail), aku harap kita tidak duduk dalam suatu majelis yang lebih
menimbulkan harapan bagi kita melebihi majelis ini.” Fudhail menjawab: “Aku tidak duduk dalam
suatu majelis yang lebih menakutkan daripada majelis ini.”
Sufyān balik bertanya: “Bagaimana bisa begitu,
hai Abū ‘Alī?
Fudhail menjawab: “Bukankah
anda sengaja memperindah pembicaraan untuk anda sampaikan kepadaku? Aku pun
merencanakan pembicaraan sebaik-baiknya untuk aku kemukakan kepada anda. Jadi,
anda memperindah pembicaraan untukku dan aku pun menghias pembicaraan untuk
anda.” Lalu Sufyān menangis.
Adalah menjadi keharusan bagi anda ketika dalam
sebuah majelis pertemuan bersama teman-teman menurut ukuran kewajaran dan penuh
kehati-hatian serta kelemah-lembutan. Jika demikian, maka majelis dan pertemuan
anda tidak membuat kecacatan ‘uzlah dan mengasingkan diri dari manusia serta
tidak menimbulkan akibat buruk dan membahayakan bagi diri dan teman anda itu.
Melainkan justru kebaikan dan manfaat besar yang anda perbuat. Semoga Allah
memberikan petunjuk kepada anda dan kita semua.
Jika anda bertanya, apakah yang bisa memotivasi dan
memudahkanku untuk melakukan ‘uzlah dan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dan
keramaian manusia?
Ketahuilah bahwa yang dapat memudahkan anda untuk
‘uzlah itu ada tiga perkara, yaitu:
1. Mendayafungsikan seluruh waktu anda untuk
beribadah. Karena, ibadah itu dapat menenggelamkan anda dalam lautan kemesraan
bersama Tuhan. Sementara bersenang-senang berkumpul bersama manusia merupakan
tanda-tanda anda akan mengalami kebangkrutan. Apabila anda melihat nafsu anda
selalu ingin bertemu manusia dan berbicara dengan mereka tanpa ada keperluan
dan kepentingan yang mendesak, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan
tindakan berlebihan yang bakal menyusahkan, karena kekeliruan mengisi waktu
luang dengan kebatilan.
Sungguh indah ungkapan penyair dalam hal yang semakna
dengan itu, sebagai berikut:
“Sesungguhnya waktu luang semestinya sebagai penuntun
bagiku menuju keselamatan
betapa orang yang memiliki peluang kesempatan
dibiarkan tanpa amal yang berguna kosong, sia-sia belaka.
Adalah anda, jika melakukan ibadah dengan semestinya,
tentu dapat merasakan manisnya munajat kepada Allah, lalu merasa damai dengan
membaca kitab Allah, melupakan kesibukan dengan makhluk, merasa tidak nyaman
bila berkumpul dan berbicara dengan mereka.
Dalam sebuah khabar diceritakan bahwa Nabi Mūsā
apabila kembali dari munajat kepada Allah, hatinya merasa gelisah bila
berkumpul dengan manusia. Ia menyumbat kedua telinganya dengan dua jari agar
tidak mendengar pembicaraan orang banyak. Baginya pembicaraannya begitu kasar
dan tidak menyenangkan, bahkan pada saat itu pembicaraan mereka baginya laksana
suara ḥimār (keledai).
Simaklah apa yang dikatakan guruku, melalui syair
berikut:
“Puaslah
dengan Allah sebagai mitra
singkirkanlah
manusia sejauh-jauhnya
nyatakan
kesungguhan mencintai Allah,
ketika
kamu berada bersama manusia
ataupun
di saat sunyi
cermati
tingkah polah manusia sekehendakmu
kamu
akan dapati mereka itu bagaikan kalajengking.”
2. Menutus kerakusan (thama‘) dari mereka, maka
persoalan mereka menjadi terasa ringan dan remeh bagi anda. Karena orang yang
tidak anda harapkan akan manfaatnya dan tidak anda takuti kemudharatannya itu,
maka ada atau tidaknya sama saja.
3. Cermatilah bahaya-bahaya yang ditimbulkan mereka,
lalu ingat-ingatlah hal itu dan kenanglah di dalam hati.
Karena tiga hal pokok ini, jika selalu anda pegang
teguh, maka anda akan terdorong meninggalkan pergaulan dengan makhluk, menuju
ke pintu Allah, dan sebagai motivasi bagi anda bersikap menyendiri mengasingkan
diri untuk beribadah kepada-Nya, serta menimbulkan rasa cinta anda kepada-Nya
dan meneguhkan konsistensi anda untuk selalu berada di depan pintu-Nya. Kepada
Allah kita memohon petunjuk dan penjagaan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan