Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari
AL-KALABADZI
Yang mencari itu dalam kenyataanya adalah yang
dicari, dan Yang Dicari Yang Mencari; sebab orang yang mencari Tuhan itu hanya
mencari-Nya karena mula-mula Tuhan mencarinya lebih dulu. Maka Tuhan berkata :
“Dia mencintai mereka, dan mereka mencintai-Nya.”
Dan lagi : “Allah senang kepada mereka dan
mereka pun senang pula kepada Allah>” dan agi : “Kemudian Allah menerima
tobat mereka, agar mereka selalu kembali kepada-Nya” Pencarian-Nya akan mereka
merupakan penyebab pencarian mereka akan Dia; sebab penyebab dari segala
sesuatu itu adalah tindakan-tindakan Tuhan, sedang tindakan-tindakan-Nya tidak
bersebab. Jika Tuhan mencari seseorang, tidak akan mungkin bagi orang itu untuk
tidak mencari Tuhan; Maka Tuhan telah membuat orang yang mencari menjadi yang
dicari. Yang Dicari menjadi Yang Mencari. Sekali pun begitu (dalam bahasa
orang-orang sufi), orang yang mencari adalah yang tindakannya mendahului
perkataannya, sedang yang dicari adalh dia yang perkataannya mendahului
tindakannya.
Orang yang mencari itu dilukiskan dalam firman
Tuhan : “Orang-orang yang berjuang di pihak Kami akan Kami tunjuki jalan-jalan
Kami” Orang semacam itulah yang dicari Tuhan, Yang memalingkan hatinya dan
menanamkan di dalamnya suatu karunia, untuk menggerakan hatinya agar berjuang
demi Dia dan berpaling kapda-Nya serta mencari-Nya.
Lalu Dia ungapkan baginya keadaan kejiwaan itu.
Begitulah halnya dengan haritsah, yang berkata : “Aku memalingkan diriku dari
dunia ini, dan berpuasa di siang hari serta berjaga di malam hari” lalu dia
berkata : “Dan seolah-oleh aku melihat Singgasana Tuhan tampi.” Dengan
kata-kata ini dia menunjukan bahwa ilham dari yang tak terlihat itu mendatangi
dirinya, setelah dia berpaling dari dunia ini. Orang yang “dicari” sebaliknya,
dijauhkan secara paksa dari dunia ini oleh Tuhan, dan diungkapkan baginya
keadaan itu, sehingga lewat kekuatan pewawasan itu dia bisa digerakan untuk
berjuang demi Tuhan-nya, dan berrpaling kepaa-Nya serta menanggung beban yang
ditempatkan oleh Tuhan atas dirinya. Maka begitulah halnya dengan kemampuan
sihir Fir’aun sebab mereka berkata : “Kami tidak akan mengutamakan daripada
keterangan-keterangan nyata .... Karena itu hukumlah kamu sesuka hatimu.”
Begitu pula halnya dengan Umar ibn Al-Khattab.
Ketika dia datang untuk membunuh Nabi; sebab Tuhan mencegahnya dalam
perjalanannya. Sama halnya juga kisah Ibrahim ibn Adham, dia pergi untuk
memburu kesenangan, dan sebuah suara memanggilnya, berkata : “Bukan untuk ini
kamu diciptakan, dan bukan untuk ini kamu diperintah.” Dua kali suara itu
memanggilnya, dan pada kali ketiga panggilan itu datang dari bagian depan sadel
kudanya. Lalu dia berkata : “Demi Tuhan, aku tidak akan ingkar dari Tuhan
sesudah ini, sepanjang Tuhanku selalu melindungiku dari dosa.” Maka inilah yang
dimaksudkan dengan “dijauhkan secara paksa.” Orang-orang ini diberi ilham
mengenai keadaan kejiwaan, dan dengan begitu dijauhkan dari keinginan-keinginan
dan kekayaan-kekayaan duniawi mereka. Ahli Hukum Abu Abdillah al-Baraqi pernah
mengutip puisi, karangannya sendiri, ini untuk saya :
Hati si pencari itu tertancap dalam kesucian,
Dan hasrat itu membawa langkahnya menuju setiap
celah pegunungan;
Ke sepanjang lembah mana pun tujuannya,
Tempatnya satu-satunya adalah Tuhan segala
manusia.
Dia membayar dengan kesucian, dengan cara suci
pula,
Dan kesucianlah yang dibawa ke dalam hati oleh
lentera,
Yang dicarinya adalah tempat tinggal Sang
Pencari:
Lipat tigalah rahmat si pencari yang dicari!.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan