Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari
AL-KALABADZI
Arti pelepasan adalah bahwa tata lahiriah
seseorang harus dilepaskan dari kejadian-kejadian, dan batinnya dari pahala;
yaitu, seseorang tidak boleh mengambil apa pun dari segala kejadian di dunia
ini, atau mencari imbalan apa pun yang orang itu telah disumpah untuk
menjauhinya, baik itu merupakan hal-hal yang bersifat sementara, ataupun
bersifat kekal; sebaliknya, orang harus memathui hal itu karena itu merupakan
kewajiban kepada Tuhan, dan bukan disebabkan oleh sebab atau alasan lain.
Lebih jauh, hal itu berarti, bahwa kesadaran
seseorang harus dilepaskan dari pertimbangan berbagai keadaan dan tahapan, yang
di dalamnya orang itu berada dari waktu ke waktu, dalam arti bahwa orang itu
tidak puas atau terikat pada keadaan-keadaan itu.
Arti pemisahan adalah, bahwa seseorang harus
memishkan dirinya dari segala bentuk, dan terpisah dalam keadaan dan
tindakannya; yaitu bahwa tindakan orang itu harus sepenuhnya ditujukan untuk
Tuhan, dan bahwa mereka tak boleh memiliki pemikiran tentang diri, penghargaan
pada jasmani atau penghargaan pada imbalan. Lebih-lebih, orang harus dipisahkan
dalam keadaan-keadaannya dari keadaan-keadaan itu sendiri, dengan begitu dia
tidak menyadari adanya keadaan itu; sama sekali, karena perhatiannya terserap
sepenuhnya pada penglihatan akan Dia yang menentukan keadaan itu; dan dalam
keadaan terpisah dari segala bentuk, orang itu harus tak berhubungan
bentuk-bentuk itu atau berusaha agar terjauh dari bentuk-bentuk itu. Telah
dikatakan : “Pelepasan berarti bahwa seseorang itu tidak memiliki, pemisahan
berarti bahwa orang itu tidak dimiliki.”
Syair
berikut dari Amr ibn Usman al-Makki, melukiskan :
Sendiri bersama Tuhan yang sendiri, dia sendiri;
Tetap satu dia, sebab Hasratnya hanya Satu,
Maka telah ku lihat mereka, masing-masing dalam
tarafnya.
Para pencari yang sendiri itu, dan lihat, dia
Yang pergi paling jauh, paling dekat pada
tujuan.
Orang dari dunia yang diberi kesaksian itu,
dengan semangat jiwa
Berpaling, dan membumbung tinggi, tinggi dalam
terbangnya.
Sendiri, sendiri dalam segala penderitaannya,
Yang lain terbang dari jiwanya melompat ke
Dalam gairah yang sepi, Yang lain lagi membuka
Ikatan yang rapuh dari kedirian, dan terbangun
Sendiri, tapi tidak sendiri, Tuhan yang Pemurah
Menerima pilihannya Sendiri dengan curahan
penuh cinta.
Orang
yang “membumbung tinggi, tinggi dalam terbangnya sendiri” adalah yang “sendiri
dalam segala penderitaannya” karena dia tidak dapat menemukan jalan sama sekali
untuk mendapatkan yang dicarinya dan tak akan henti-hentinya berusaha. Orang
yang “Tidak merasakan penderitaan ini.
Akhirnya dia yang “membuka ikatan yang rapuh dari kedirian”
karena telah melewati masa kediriannya adalah orang yang terpilih dan
didekatkan (oleh Tuhan), dan dia sendiri ada bersama Realitas itu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan