Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari
AL-KALABADZI
Bagian pertama pemusatan itu adalah pemusatan
niat, yaitu bahwa semua niat seseorang itu harus menjadi satu niat saja.
Begitulah dikatakan dalam hadits : “Jika seseorang membuat banyak niat menjadi
satu niat saja, yaitu niat untuk keadaan mendatang, maka Tuhan akan memenuhi
semua niatnya, tapi jika niat-niatnya tercerai berai, Tuhan tidak akan peduli
di lembah mereka yang mana dia akan lenyap.” Ini merupakan hasil usaha dan
disiplin.
Tapi pemusatan itu, yang merupakan tujuan
khusus para Sufi, dalam kenyataannya merupakan suatu keadaan kejiwaan; dalam
keadaan ini niat tidak lagi cerai berai. Para sufi itu tidak lagi harus berusaha sendiri untuk
memusatkan niat-niat itu; melainkan, niat-niat itu telah terpusat dan menjadi
satu niat saja di hadapan Dia yang memusatkan mereka, sehingga pemusatan itu
terjadi semata-mata karena Tuhan, dan tidak ada yang lain.
Pemisahan, sebagai lawan dari pemusatan, adalah
suatu keadaan yang di dalamnya, para Sufi dipisahkan dari niat-niat jasmaniah
dan dari hasrat akan kesenangan dan hal-hal yang bisa mendatangkan kesenangan;
Dia dipisahkan dari dirinya sendiri, dan gerakan-gerakan yang dibuatnya
bukanlah untuk dirinya sendiri. Bisa juga terjadi pada beberapa keadaan bahwa
orang yang terpusat itu akan mengikuti hasratnya sendiri, dan tidak dicegah
untuk berbuat begitu; tapi dia tidak akan mampu memusatkan hasrat-hasrat itu,
dan hasrat-hasrat itu tidak membawa pengaruh atas dirinya; dan dia tidak
berkebertan dengan ini, tapi justru menginginkannya, sebab dia tahu bahwa ini
merupakan perbuatan Tuhan, dan dengan begitu Tuhan memilihnya dan
mendekatkannya kepada diri-Nya.
Salah seorang tokoh Sufi ditanya, “Apakah
pemusatkan itu? Dia menjawab : “ Yakni pemusatan isi hati yang paling daalam
atas sesuat yang sangat penting, dan
ketundukannya. Di situ; sebab Dia tak mempunyi persamaan maupun kebalikan.”
Yang lain berrkata : “Dia memusatkan niat-niat itu pada diri-Nya Sendiri waktu
Dia menyatukan mereka dengan meninggalkannya.
Dan Dia memisahkan mereka dari-Nya Sendiri
ketika mereka mencari-Nya lewat sesuatu yang menjadi bagian dari diri mereka
sendiri; pencerai-beriaian itu terjadi dikarenakan oleh hasrat akan penyebab
sekunder, dan pemusatan itu terjadi kalau mereka merenungkan Dia dalam setiap
masalah. Pemisahan yang dibicarakannya itu adalah pemisahan yang datang sebelum
adanya pemusatan; yang dimaksudkannya adalah bahwa pemisahan itu merupakan
hasil pencarian untuk mendekati Tuhan lewat perbuatan-perbuatan, sedangkan
ketika mereka tahu bahwa Tuhan sendiri yang mendekatkan mereka, maka mereka
sampai pada pemusatan itu.
Salah
seorang tokoh Sufi menulis :
Dengan pemusatan mereka termuliakan
Dari kedirian, sebeagaimana sebelum lahirnya
kala,
Dan pemisahan itu yang menjadikan mereka mulia,
Tapi hanya sementara, hanya sedikit,
Menyatu dengan diri mereka sendiri, tercabut
dari kemanusiaan,
Dan kesaksian atas Kebenran yang mereka
temukan;
Dalam pemusatan yang lepas dari kala, mereka
berkisar
Di balik keliaran tak berjalur perubahan ini
Karena, seperti kala yang tak berbentuk dan
kala tak bernyawa,
Mereka tak melihat bahwa mereka harus terpusat,
Lalu, karena tercerai berai, mereka mendapat
Kehidupan yang lebih berkecukupan, yang dulu
mereka miliki di..
Surga, maka ketiadaan merupakan buah dari
pemusatan,
Dan keadaan, pahala dari pemisahan.
Pada dua hal ini, ada atau tidak.
Jalur kenisbian bergantung
Kata-kata “Dengan pemusatan mereka termuliakan
dari kedirin” berarti bahwa pengetahuan mereka bahwa mereka ada demi
Tuhan,dalam engetahuan-Nya akan diri mereka, membuat mereka kehilangan diri
mereka sendiri pada masa ketika mereka ada demi Dia; maka pemusatan itu
mendatangkan keadaan tidak ada, sebagaimana halnya bahwa tidak ada sesuatu yang
ada tanpa sepengetahuan Dia.
Pemisahan adalah syarat untuk terbawanya mereka
dari tidak da kepada ada. Kata-kata “Menyatu dengan diri mereka sendiri”
berarti bahwa mereka menganggap diri mereka sendiri, pada masa mereka ada,
seperti pada masa mereka belum (ada), tidak memiliki kekuasaan untuk mencelakai
atau mendatangkan keuntungan, sementara pengethuan Tuhan tidak berubah dalam
diri mereka.
Pemusatan mereka adalah bahwa Tuhan
menghilangkan sifat-sifat yang tak jelas bentuknya (rasm) dari diri mereka,
yaitu bahwa tindakan-tindakan dan sifat-sifat mereka , sebagaimana rasm itu,
tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi perubahan atau peralihan, tapi
sesuai dengan pengetahuan Tuhan, menakdirkan dan menetapkan. Syarat adanya
mereka terhapuskan dalam pengetahuan Tuhan yang kekal, sebab mereka kala itu
tidak ada, tidak memiliki bentuk ataupun kemaujudan. Maka ketika Tuhan
menjadikan meaka ada, Dia semata-mata menggerakan dalam diri mereka sesuatu
yang sebelumnya telah dimaksudkan-Nya untuk mereka.
Pemusatan itu berarti bahwa mereka itu tak
hadir (di dunia ini), dan menolak menganggap diri mereka sendiri sebagai yang
mempu menentukan, sementara pemisahan berarti bahwa meraka menganggap
keadaan-keadaan dan tindakan-tindakan mereeka sendiri (sebagai yang mampu
menentukan). Ada dan tidak ada merupakan syarat-syarat yang berubah dalam diri
mereka, bukan dalam diri Tuhan.
Abu Sa’id al-Kharraz berkata : Pemuasan itu
berarti bahwa Tuhan membuat mereka menemukan diri-Nya dan diri mereka sendiri,
atau Dia menghilangkan kemaujudan mereka dari diri mereka sendiri dalam masa
mereka menjadi ada demi Dia.”
Maksudnya sama dengan maksud hadits (Qudsi) ini
: “Aku menjadi telinga, mata dan kaki tangan baginya, sehingga lewat Aku dia
mendengar dan Lewat Aku dia melihat.” Karena, sebelumya mereka melaksanakan
urusan-urusan mereka lewat diri mereka sendiri dan demi mereka sendiri ,
sedangka kini mereka melaksanakan urusan-urusan mereka lewat Tuhan dan demi
Tuhan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan