Nama lengkap
tarekat ini adalah Naqsyabandiyah Mujaddidiyah Ma’shumiyah Ahmadiyah
Mazhariyyah. Di Indonesia disingkat namanya menjadi Tarekat Naqsyabandiyah Al
Muzhariyah. Tarekat Naqsyabandi cabang Muzhariyah ini berasal dari India. Masuk
ke kawasan Indonesia sudah 150 tahun yang lampau tidak langsung dari India tapi
melalui kota suci Mekkah. Gerakan tarekat sufi ini sampai sekarang masih subur
berkembang di Indonesia.
Dalam
sejarah perkembangan dan penyebaran agama Islam di India Tarekat Naqsyabandiyah
adalah yang di depan sebagai motivator dan penggeraknya. Salah satu tokoh
Naqsyabandi yang paling masyhur dan berjasa atas penyebaran agama Islam dan
tarekat adalah Imam Rabbani Al Mujaddid Al Fits-tsani Syaikh Ahmad Faruq Al
Syahrondi ( Imam Sirhindi ).
Setelah
Syaikh Ahmad Faruq wafat kepemimpinan di khanaqah pusat Kota Delhi dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Syaikh Muhammad Ma’shum Al Ahmadi, kemudian
dilanjutkan oleh putra Muhammad Ma’shum yaitu Syaikh Muhammad Syaifiddin Al
Ahmadi. Khanaqah yang satu ini tetap pada posisinya sebagai yang paling
menonjol dan berwibawa di India. Mereka menyebut diri sebagai keluarga Al
Faruqi atau Al Ahmadi. Hampir seluruh keluarga ini menjadi syaikh Naqsyabandi
dan ulama’ yang sangat terkemuka di belahan India. Keluarga mereka rata-rata
ahli hadist dan tafsir serta mempunyai reputasi pendidikan agama yang sangat
luar biasa.
Di belakang
hari kedudukan syaikh Naqsyabandi di Kota Delhi tidak selamanya ditangan
keluarga. Tokoh dan pengganti yang paling menonjol dan mempunyai bakat kesufian
Naqsyabandi serta menguasai berbagai cabang ilmu ke agamaan adalah syaikh
Habibillah Al Marazjan. Di India beliau terkenal dengan nama Mirza Mazhar Jan-i
janan atau Mudzhar khan atau Syamsuddin Habiballah. Beliau dengan tekun dan
penuh semangat melanjutkan perjuangan pendahulunya yaitu Syaikh Ahmad Faruq Al
Syahrandi untuk menegakkan syariat Islam di India dan meluruskan serta menolak
paham wahdatul wujud.
Setelah
Syaikh Habibillah Al Marazjan wafat puncak kepemimpinan Naqsyabandi di Kota
Delhi diganti oleh Khalifah kepala dari syaikh Habibillah yaitu Syaikh Abdallah
Al Dahlawi. Di India beliau dikenal dengan nama sufinya yaitu Syah Ghulam Ali
Yahya. Karena kealiman dan bakat kesufianya yang luar biasa sehingga khanaqah
nya berhasil menarik pelajar dari seluruh India, Afganistan, Bukhara ( Rusia ),
Samarqandi, Tasykent, dan Kurdistan.
Syaikh
Abdallah ad Dahlawi mengangkat puluhan khalifah dari luar negeri. Salah satu
khalifah nya adalah seorang keturunan darah dari Imam Rabbani al Mujaddid al
Fits-tsani yang bernama syaikh Abu Sa’id al Ahmadi. Syaikh Abu sa’id juga
mempunyai banyak murid dari berbagai belahan dunia ini. Syaikh Abu Sa’id wafat
di Tonk pada tahun 1835.
Setelah
syaikh Abu Sa’id wafat beliau digantikan oleh putranya yang bernama Ahmad Sa’id
al Ahmadi. Syaikh Ahmad Sa’id menetap di kota Madinah. Beliau mengajar tarekat
Naqsyabandiyah dan berbagai cabang ilmu keagamaan, dan mendapat sambutan yang
luar biasa dari berbagai pelajar yang datang dari berbagai belahan dunia.
Seperti ayah nya, syaikh Ahmad Sa’id juga mengangkat puluhan khalifah dari
Turki, Damaskus, Pakistan, Afganistan, dan Daghistan.
Setelah
syaikh Ahmad Sa’id wafat pada tahun 1861, kepemimpinan syaikh tarekat di Madinah
digantikan oleh putranya yang bernama Syaikh Maulana Muhammad Mudzhar al
Ahmadi.
Nah, dari
syaikh Maulana Muhammad Mudzhar al Ahmadi inilah dibelakang hari muncul nama
tarekat NAQSYABANDIYAH MUDZHARIYAH di Indonesia, khususnya di
Madura Jawa Timur.
Syaikh
Muhammad Mudzhar al Ahmadi sangat berpengaruh seperti pendahulunya. Beliau
sangat terpelajar dalam ilmu tasawwuf dan agama, dikagumi para pelajar dari
luar kota Madinah seperti dari Daghistan, India, Afrika, Yaman, Damaskus,
Kurdistan, Afghanistan, serta Mesir, dan mengangkat sejumlah khalifah dari
negara-negara tersebut.
Syaikh-syaikh
tarekat Naqsyabandi sekarang yang memperoleh jalur isnad atau garis silsilah
dari syaikh Muhammad Mudzhar al Ahmadi ini menisbatkan tarekat Naqsyabandiyah
nya menjadi tarekat NAQSYABANDIYAH AL MUDZHARIYAH.
Jadi,
munculnya cabang muzhariyah, khalidiyah, Sulaimanliyah, haqqani, dan sebagainya
adalah karena memang dinisbatkan kepada syaikh-syaikh yang berpengaruh dalam
silsilah tarekat itu. Salah satu contoh adalah Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Pengikut tarekat Naqsyabandi cabang khalidiyah ini dinisbatkan kepada syaikh
Maulana Khalid Kurdi (wafat pada tahun 1826 di Damaskus). Maulana Khalid adalah
khalifah dari Abdallah ad Dahlawi untuk daerah Kurdistan. Syaikh-syaikh Naqsyabandi
sekarang yang memperoleh jalur isnad atau garis silsilah dari Syaikh Maulana
Khalid menamakan dirinya pengikut tarekat NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH.
Syaikh Muhammad Mudzhar al Ahmadi wafat pada tahun 1884. Khalifah nya yang paling berpengaruh di Mekkah adalah Syaikh Abdul Hamid as Syirwani dan Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi. Syaikh Muhammad Shaleh adalah seorang ulama Afrika Utara yang sangat masyhur dari keluarga az Zawawi.
Syaikh
Muhammad Shaleh az Zawawi al Makki adalah ulama’ dan guru tarekat Naqsyabandi
yang sangat saleh. Seorang pengamat dari Belanda yang banyak menulis tentang
Islam dan tarekat, Snouck Hurgronje, menaruh rasa hormat dan memberi kesaksian
bahwa Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi adalah seseorang yang dapat diajak bicara,
Ulama’ yang shaleh dan seorang sufi yang dengan mendalam telah menyelami
rahasia-rahasia tarekat. Syaikh Muhammad Shaleh, kata Snouck Hurgronje, menolak
orang-orang yang ingin masuk tarekat kalau belum memiliki pengetahuan keislaman
yang mendalam (sebagian penulis Indonesia menuduh Snouck Hurgronje adalah
seorang orientalis. Dia dituduh pura-pura masuk Islam dan mengganti namanya
dengan nama Haji Abdul Gaffar). Terlepas dari pujian orang luar seperti Snouck
Hurgronje, kenyataanya Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi adalah seorang wali
Allah yang memang sangat disegani oleh ulama’-ulama’ lain yang ada di Mekkah
pada waktu itu. Syaikh Muhammad Shaleh adalah khalifah dari syaikh Maulana
Mudzhar al Ahmadi yang sukses menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah
kepada para pelajar yang datang ke Mekkah.
Murid-murid
Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi juga terdapat dari kalangan raja-raja.
Contohnya adalah Raja Muhammad Yusuf. Dia adalah seorang pengganti tahta
kesultanan Riau Indonesia pada tahun 1858, dia bergelar Yang Dipertuan Muda
Kesepuluh. Di samping seorang raja, dia bertindak sebagai Syaikh Tarekat
Naqsyabandiyah Mudzhariyah di kepulauan Riau antara tahun 1859 hingga 1899.
Contoh yang lain adalah raja-raja Pontianak, Kalimantan Barat, yang tergolong garis
keturunan Rasulullah SAW dari Marga al Qadri. Mereka adalah murid-murid dari
syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi. Para pelajar dan pegawai kesultanan Pontianak
yang pergi menunaikan ibadah haji oleh Sultan semuanya dipercayakan untuk
diurus oleh keluarga Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi. Hubungan anatara syaikh
Muhammad Shaleh az Zawawi al Makki dengan kesultanan Pontianak begitu erat.
Pada tahun 1884 ketika putra Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi yang bernama
Abdullah punya masalah politik dengan syarif Mekkah, beliau hijrah ke Pontianak
Kalimantan Barat. Tujuh tahun kemudian atas persetujuan residen Belanda beliau
diangkat menjadi mufti sunni di Kesultanan Pontianak. Bahkan di kemudian hari
cucunya yang bernama Syaikh Yusuf Ali Abdallah az Zawawi pernah menjadi mufti
sunni di Negara Bagian Trengganu Malaysia hingga akhir hayatnya tahun 1980.
Syaikh
Muhammad Shaleh az Zawawi mengangkat berpuluh-puluh khalifah. Sejumlah khalifah
yang sangat terkenal antara lain Syaikh Abdallah az Zawawi (Putranya sendiri), Syaikh
Abdul Hamid dari negara Daghistan, Syaikh Muhammad Murad al Qazani dari negara
Uzbekistan, Syaikh Abdul Adzim dari Madura Indonesia.
Syaikh Abdul
Hamid ad Daghistan bersahabat karib dengan pensyarah hadist Muslim yaitu Syaikh
Nawawi Banten. Di samping bersahabat dengan Syaikh Nawawi beliau juga
bersahabat dengan Syaikh Muhammad Kholil Bangkalan Madura Indonesia.
Syaikh
Muhammad Murad al Qazani juga menyebarkan tarekat dan mengangkat 3 khalifah
untuk Pontianak antara lain: Sayyid Ja’far al Saqqaf, Sayyid Ja’far al Qadri,
dan Syaikh Haji Abdul Aziz dari kampung Kamboja.
Semua
khalifah-khalifah dari Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi yang dijelaskan di atas
sekarang tampaknya telah putus dan hilang dari Indonesia. Justru Tarekat
Naqsyabandiyah Mudzhariyah bisa berjaya sampai saat ini karena berkat
perjuangan dari khalifah Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi yang bernama Syaikh
Abdul Adzim dari Bangkalan Madura Jawa Timur.
Syaikh Abdul
Adzim adalah seorang Wali Allah yang sangat terpelajar. Beliau menguasai
berbagai cabang ilmu agama. Sebagai mursyid Tarekat beliau telah sukses
menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah ke Republik Indonesia. Hampir
semua keluarganya mengabdikan dirinya kepada Islam dan menjadi ulama serta
waliyullah. Beliau masih sepupu dengan ulama legendaris seperti Syaikh KH
Muhammad Kholil Bangkalan, dan Syaikh KH Zainal Abidin Kwanyar (Bujuk Cendana)
Bangkalan.
Syaikh Abdul
Adzim mempunyai beberapa khalifah yang sangat 'alim. Mereka diangkat Khalifah
oleh Syaikh Abdul Adzim untuk menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah al Mudzhariyah
di Nusantara ini. Lima di antara mereka adalah Syaikh Hasan Basuni Pakong
Pamekasan, Syaikh Muhammad Shaleh al Maduri, Syaikh Zainal Abidin kwanyar
Bangkalan (Bujuk Cendana), Syaikh Muhammad Jazuli Sampang, dan Syaikh Ahmad
Syabrawi al Maduri.
Dari 5
khalifah Syaikh Abdul Adzim al Maduri tersebut Tarekat Naqsyabandiyah menjadi
kokoh di Nusantara ini. Selama 100 tahun lebih Tarekat Naqsyabandiyah
Mudzhariyah mendominasi Jawa Timur dan Kepulauan Madura. Sebelum wafat para
syaikh-syaikh tarekat mengangkat khalifah atau pengganti baru. Hingga sampai
saat ini Tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah tetap ada dan berjaya di Republik
Indonesia ini.
Pada era
tahun 1975 hingga tahun 1996 guru mursyid Tarekat Naqsyabandiyah al Mudzhariyah
yang paling berpengaruh dan paling banyak pengikutnya adalah Syaikh KH Lathifi
Baidhowi dari Malang Selatan Jawa Timur. Sebelum beliau wafat pada tahun 1996,
Kepemimpinan Mursyid oleh Syaikh KH Lathifi Baidhowi diberikan kepada putranya
yang bernama Syaikh KH Zahid Lathifi dan putra KH Ali Wafa yang bernama KH
Thaifur Ali Wafa. Kedua guru Mursyid ini sekarang aktif di Indonesia.
Garis
silsilah atau rantai isnad Syaikh KH Lathifi Baidhowi adalah sebagai berikut ;
Syaikh KH Lathifi Baidhowi memperoleh ijazah dari syaikh KH Ali Wafa Ambunten
Sumenep, Syaikh Ali Wafa memperoleh ijazah dari Syaikh KH Ahmad Syirajuddin
Sampang, syaikh Ahmad Syirajuddin Memperoleh Ijazah dari Syaikh KH Hasan Basuni
Pakong Pamekasan, Syaikh Hasan Basuni memperoleh ijazah dari Syaikh Abdul Adzim
Bangkalan, Syaikh Abdul Adzim memperoleh ijazah dari Syaikh Muhammad Shaleh az
Zawawi al Makki, Syaikh Muhammad Shaleh az Zawawi memperoleh Ijazah dari Syaikh
Maulana Muhammad Mudzhar al Ahmadi al Madani, Syaikh Maulana Muhammad Mudzhar
al Ahmadi memperoleh ijazah dari syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi, dan seterusnya.
Demikianlah rantai isnad atau jalur silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah
milik syaikh KH Lathifi Baidhowi Malang Indonesia.
Selain ijazah dari jalur Madura tersebut Syaikh KH lathifi Baidhowi memperoleh
ijazah dari jalur langsung Mekkah. Ijazah tarekat yang diberikan Syaikh Sayyid
Muhammad bin Alwi Al Maliki kepada Syaikh KH Lathifi Baidhowi adalah sama-sama
Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah Ahmadiyah. Untuk mengetahui
asal-usul dari rantai isnad ini mari kita kembali kepada Syaikh Ahmad Sa’id al
Ahmadi.
Seperti
telah disebutkan, Syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi juga mengangkat
khalifah-khalifah dari Negara Turki, Damaskus, Afganistan, Daghistan, Pakistan
dan lain-lain. Salah satu khalifah dari Syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi dari
Afganistan adalah Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari.
Shaykh Haji
Dost Muhammad al Qandhari tinggal di Negeri Afghanistan. Karena kesalehan dan
kealimannya beliau banyak menarik pelajar dari seluruh Negeri Afghanistan.
Dost
Muhammad al Qandhari lahir dan menerima pendidikan di kota Qandahar Negara
Afganistan. Sewaktu masih muda beliau bertemu dengan guru besar Tarekat
Naqsyabandiyah India yaitu Syaikh Abdullah ad Dahlawi di Masjid Nabawi Madinah.
Pertemuan itu sangat mengesankan bagi Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari.
Syaikh Abdullah ad Dahlawi telah menuangkan faid (rahasia-rahasia tarekat)
kepada dada Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari. Dost Muhammad al Qandahari kemudian
berguru kepada khalifah Syaikh Abdullah ad Dahlawi di India yaitu kepada Syaikh
Abu Sa’id al Ahmadi dan kepada putra Syaikh sekaligus khalifahnya yaitu
Syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi
Dalam waktu
empat belas bulan Haji Dost Muhammad al Qandhari tinggal bersama Syaikh Ahmad
Sa’id di Madinah. Dan dalam masa itu Syaikh Ahmad Sa’id mengangkat Dost
Muhammad al Qandari menjadi khalifah nya di Daerah Afghanistan.
Setelah
mendapat ijazah dari gurunya itu beliau lalu tinggal di kota Qandahar. Namun
pada tahun 1842 di daerah Afghanistan yang merupakan jajahan Inggris terjadi
pertikaian politik. Pada tahun itu penguasa Afghanistan yang bernama Shah Shuja
terbunuh sehingga berakibat fatal bagi ulama’-ulama’ di Afghanistan. Syaikh
Haji Dausat muhammad al Qandahari terpaksa disuruh hijrah ke Daerah Pasto dan
Punjab oleh gurunya yang bernama Syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi. Namun Dost
Muhammad al Qandhari memilih dan menetap di desa Mussa Zai Sharif di dekat Dera
Ismail Khan Negara Pakistan. Beliau mendirikan khanaqahnya dan menyebarkan
tarekat di sana.
Pada waktu
Syaikh Dausat Muhammad al Qandhari tinggal di Negeri Afganistan beliau banyak
menarik pelajar dari seluruh negeri. Begitu pula aktifitasnya di negeri
Pakistan. Haji Dost Muhammad al Qandhari wafat pada tanggal 17 Februari 1868 di
makamkan di Desa Mussa Zai Sharif (Pakistan).
Sebelum
wafat Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari mengangkat khalifah yang juga sangat
terpelajar dalam ilmu agama untuk menggantikannya yaitu Syaikh Muhammad Usman
ad Damani.
Syaikh
Muhammad Usman ad Damani lahir pada tahun 1244 H di Kota Loni di distrik Dera
Ismail Khan Pakistan. Beliau adalah seorang khalifah Khwaja Dost Muhammad
Qondhari dan merupakan penerus khanaqah Mussa Zai Sharif. Tidak hanya Tarekat
Naqsyabandiyah Mujaddidiyah, Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari juga
memberikan ijazah tarekat Qadiriyah, Chistiyah, Suhrawardiyah, Sattariyah,
Madariyah, Kubrawiyah, dan Qalandariyah, yang dimilikinya kepada Syaikh
Muhammad Usman Damani. Di seluruh Negeri Pakistan Syaikh Muhammad Usman Damani
sangat berpengaruh dan mempunyai banyak pengikut. Beliau banyak mengarang kitab
yang diterbitkan dalam sebuah koleksi yang bernama Tuhfah Zahidiyah. Beliau
juga mengangkat empat khalifah untuk menjadi pegantinya. Mereka antara lain:
Syaikh Muhammad Sirajuddin an Naqsyabandi (putranya sendiri), Sayyad Laal Shah
Hamdani (Wafat tahun 1896), Syaikh Maulana Syirazi, Syaikh Abdurrahman Bahadur
Kilmi (wafat tahun 1222 H).
Syaikh
Muhammad Usman ad Damani wafat pada hari Selasa tanggal 26 Januari 1897 dan
dimakamkan di Mussa Zai Sharif di samping makam Syaikh Dausat Muhammad al
Qandahari.
Pengganti
utama dan khalifah di Khanaqah Mussai Zai Sharif adalah putranya yang bernama
Syaikh Khwaja Muhammad Sirajuddin. Seperti ayahnya, Syaikh Muhammad Sirajuddin
juga adalah seorang guru tarekat yang sangat 'alim. Beliau adalah seorang
sarjana muslim dan guru sufi terkemuka dari Tarekat Naqsyabandiyah di Asia
Selatan. Beliau banyak mengangkat khalifah dari berbagai Negara. Jumlah
khalifahnya adalah 36 orang.
Pada waktu
masih muda Syaikh Muhammad Sirajuddin berguru kepada Syaikh Mulla Shah
Muhammad. Beliau Mendapat prestasi yang cukup menakjubkan, dalam usia 14 tahun
Muhammad Sirajuddin Kecil telah menuntaskan berbagai ilmu dalam semua cabang
keagamaan. Syaikh Muhammad Sirajuddin mengambil tarekat dari ayahnya, beliau
juga mempelajari maktubat Syaikh Imam Sirhindi dan karya Syaikh Muhammad
Ma’sum al Ahmadi. Syaikh Muhammad Usman ad Damani (ayahnya) memberi ijazah
Tarekat Naqsyabandiyah kepada Syaikh Muhammad Sirajuddin pada tanggal 10 Mei
1894.
Syaikh
Muhammad Sirajuddin bin Muhammad Usman ad Damani wafat pada tanggal 12 Februari
1915 di makamkan di samping makam ayahnya. Dari 36 khalifah yang diangkatnya
ada 8 khalifah yang cukup terkenal dan berpengaruh, mereka adalah:
1.
Syaikh Khwaja Ali Shah Pir Fasal Quraesy. Beliau paling menonjol dan terkenal
sebagai pengganti Syaikh Muhammad Sirajuddin, disamping itu beliau menerima
ijazah dari Sayyad Laal Shah Hamdani.
2.
Syaikh Maulana Hafidz Muhammad Ibrahim (putra Syaikh Muhammad Sirajuddin).
3.
Syaikh Abdul Ghafur al Abbasi al Madani. Beliau adalah khalifah Syaikh Muhammad
Sirajuddin untuk Madinah.
4.
Syaikh Abu Sa’ad Ahmed Khan.
5.
Syaikh Husain Ali Maulana
6.
Syaikh Abdul Ahad.
7.
Syaikh Abu Muhammad Barkat Ali Shah
8.
Syaikh Maulana ghulam Hasan
Khalifah
yang mempunyai hubungan dengan Indonesia sekarang adalah Syaikh Abdul Ghafur al
Abbasi al Madani melalui khalifahnya yang bernama Syaikh Sayyid Muhammad bin
Alwi bin Abbas bin Abdul Aziz al Maliki al Hasani.
Pada tahun 1924 terjadi penaklukan terhadap kota suci Mekkah yang dilakukan oleh Abdul Aziz ibnu Sa’ud yang berpaham wahabi. Kaum wahabi telah melumpuhkan kegiatan seluruh tasawwuf dan seluruh organisasi tarekat di kota suci Mekkah dan Madinah. Kaum wahabi tidak segan-segan mengusir, membantai, atau memenjara para Syaikh-syaikh tarekat. Seluruh ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah dibasmi dari kota Mekkah dan Madinah. Bahkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah telah dikafirkan oleh kaum wahabi. Kaum Sunni yang bertahan, harus sembunyi-sembunyi mengajar. Sejak tahun 1924 hingga saat ini Tikus-Tikus Wahabi telah mengusai Saudi Arabia.
Pada tahun 1924 terjadi penaklukan terhadap kota suci Mekkah yang dilakukan oleh Abdul Aziz ibnu Sa’ud yang berpaham wahabi. Kaum wahabi telah melumpuhkan kegiatan seluruh tasawwuf dan seluruh organisasi tarekat di kota suci Mekkah dan Madinah. Kaum wahabi tidak segan-segan mengusir, membantai, atau memenjara para Syaikh-syaikh tarekat. Seluruh ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah dibasmi dari kota Mekkah dan Madinah. Bahkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah telah dikafirkan oleh kaum wahabi. Kaum Sunni yang bertahan, harus sembunyi-sembunyi mengajar. Sejak tahun 1924 hingga saat ini Tikus-Tikus Wahabi telah mengusai Saudi Arabia.
Seluruh
macam tarekat sufi telah lenyap dari kota Mekkah dan Madinah. Bahkan
Tikus-Tikus Wahabi telah dikirim ke Malaysia, Indonesia, Mesir, Yaman, dan
negara-negara Islam lain. Tujuannya adalah membasmi atau menghancurkan ajaran
tasawwuf dan paham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tikus-Tikus Salafi Wahabi adalah
pelanggar HAM (hak asasi manusia) paling kotor peringkat nomor 2 di dunia
setelah Tikus-Tikus Syi’ah.
Syaikh Abdul
Ghafur al Abbasi al Madani terpaksa berhati-hati dan dengan secara
sembunyi-sembunyi mengajar tarekat di Madinah. Sebelum wafat, Syaikh Abdul
Ghafur al Abbas memberi ijazah Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah-nya kepada
murid yang sangat dicintainya yaitu kepada seorang ulama’ dan Imam yang belum
ada tandingannya di abad 20 ini. Beliau adalah Al Muhaddits Sayyid Muhammad bin
Alwi al Maliki yang bermukim di Mekkah.
Pada era
tahun 1980 hingga 2002 Syaikh Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki yang terkenal
dengan nama Syaikh Maliki banyak mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Beliau
banyak mengunjungi para waliyullah, ulama’-ulama’, syaikh-syaikh tarekat, dan
tokoh agama Islam yang ada di seluruh dunia. Mulai dari Damaskus, Irak, Kurdi,
Mesir, Yaman, India, China, Indonesia, Malaysia, hingga tidak bisa dihitung
lagi beberapa negara yang beliau kunjungi. Hampir para waliyullah dan
ulama’-ulama’ seluruh dunia yang hidup sezaman dengan beliau mengenal siapa
Syaikh Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki.
Pada salah
satu kunjungan ke Indonesia di tahun 1985 Sayyid Muhammad Alwi bertemu dengan
Syaikh Naqsyabandi Indonesia KH Lathifi Baidhowi. Dari pertemuan dua Wali Allah
inilah maka rahasia-rahasia ilmu serta barokah Tarekat Naqsyabandiyah yang
berasal dari Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari bisa sampai ke Ikhwan Akhawat
Muzhariyah Indonesia. Sayyid Muhammad Alwi al Maliki terkesan dengan kealiman
Syaikh KH Lathifi Baidhowi, begitu pula Syaikh KH Lathifi Baidhowi sangat
terkesan dengan kealiman dan kesolehan Sayyid Muhammad Alwi bin Maliki. Sayyid
Muhammad Alwi al Maliki memberi ijazah Tarekat Naqsyabandiyah-nya dan ijazah
semua cabang ilmu keagamaan miliknya kepada Syaikh KH Lathifi Baidhowi.
Jadi Syaikh
KH Lathifi Baidhowi Malang telah memperoleh ijazah dari dua jalur khalifah atau
rantai isnad Syaikh Ahmad Sa’id al Ahmadi (Wafat 1860) yaitu Syaikh Maulana
Muhammad Mudzhar al Ahmadi dan Syaikh Dausat Muhammad al Qandahari.
Seluruh
guru-guru tarekat yang kami ceritakan di atas adalah pengikut Tarekat Naqsyabandiyah
Mujaddidiyah tulen. Hingga sekarang guru-guru maupun khalifah-khalifah mereka
tetap mempertahankan pandangan puritanisme dan ortodoksi Ahlussunnah Wal
Jama’ah yang telah dibina oleh Imam Rabbani Al Mujaddid Al Fits-tsani Syaikh
Ahmad Faruqi as Sahrandi. Tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah adalah tarekat
yang paling Syari’ah Minded dan tarekat yang paling Syari’ah
Oriented dibanding tarekat-tarekat yang lain. Hampir 95% semua
guru-guru Mursyid Naqsyabandiyah Mudzhariyah menguasai berbagai cabang ilmu
keagamaan Islam. Di samping mereka menguasai ilmu keagamaan, semua guru-guru
Tarekat Naqsyabandiyah Mudzhariyah mempunyai ijazah Mursyid yang memang
pasti.
Demikianlah
asal-usul singkat tentang Tarekat Naqsyabandiyah al Mudzhariyah di Indonesia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan