Pandangan Jauh
Amirul Mukminin dan Keimanannya yang Kukuh
Melalui kami
Anda beroleh petunjuk dan mendapatkan kedudukan tinggi, dan melalui kami Anda
keluar dari malam gelap. Telinga yang tidak hendak mendengar teriakan mungkin
menjadi tuli. Bagaimana mungkin seseorang tetap tuli terhadap teriakan nyaring
(Al Quran dan Nabi) akan mendengar suara (saya) yang lemah. Hati yang selalu
berdebar (dengan takwa kepada Allah) akan mendapat kedamaian.
Saya selalu
mengkhawatirkan dari Anda akibat-akibat pendurhakaan, dan saya telah melihat
Anda dibalik busana tipuan. Tirai agama telah membiarkan saya tersembunyi dari
Anda, tetapi keikhlasan niat saya meng-ungkapkan Anda kepada saya. Saya berdiri
untuk Anda pada jalan kebenaran di antara jalur-jalur di mana Anda saling
bertemu tetapi tak ada pemimpin, dan Anda menggali tetapi tidak mendapatkan
air.
Hari ini
saya akan membuat hal-hal yang bisu ini berkata-kata kepada Anda (yakni
gagasan-gagasan dan renungan-renungan saya yang mendalam) yang penuh dengan
kekuatan yang menguraikan. Pandangan orang yang meninggalkan saya mungkin
tersesat. Saya tak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu
ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri,[1]
melainkan dia prihatin atas kemenangan orang bodoh dan berkuasanya kesesatan.
Sekarang kita berdiri di simpang jaian kebenaran dan kebatilan. Orang yang
yakin akan mendapatkan air, tidak merasakan haus. •
[1]
Rujukannya kepada Musa, ketika para penyihir dikirimkan untuk menantangnya dan
mereka memperlihatkan sihir mereka dengan melemparkan tali dan tongkat ke tanah
dan Musa merasa takut. Demikianlah, Al-Qur'an mencatat,
"...
terbayang kepada Musa seakun-akan ia merayap cepat, lantaran sihir
mereka. Maka Musd merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: 'Janganlah kamu
takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul." (QS. 20:66-68)
Dan Amirul
Mukminin berkata bahwa alasan takutnya Musa ketika melihat tali dan tongkat
bergerak itu bukanlah demi nyawanya sendiri; ia lakut jangan sampai kaumnya terkesan
oleh sihir itu lalu tersesat dan kebatilan beroleh kemenangan karena perbuatan
sihir itu. Itulah sebabnya maka Musa tidak dihibur dengan mengatakan bahwa
nyawanya aman, tetapi dcngan mcngatakan bahwa ia sebenarnya lebih unggul, dan
dakwahnya akan terangkat. Karena ketakutannya adalah atas kekalahan yang hak
dan kemenangan yang batil, bukan nyawanya scndiri, hiburan diberikan kepadanya
untuk kemenangan yang hak, dan bukan untuk perlindungan tcrhadap nyawanya.
Amirul
Mukminin memaksudkan bahwa la pun mempunyai ketakulan yang sama, yakni jangan
sampai umat terperangkap dalam jebakan orang-orang ini (Thalhah, Zubair, dan
sebagainya) dan tersesat dari jalan yang benar. la tak pernah menghawatirkan
kehidupannya sendiri.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan