KEMENANGAN DALAM PERANG JAMAL
Ketika Allah memberikannya kemenangan terhadap musuh pada Perang Jamal, salah seorang sahabatnya berkata pada kesernpatan itu bahwa apabila saudaranya hadir maka ia akan melihat keberhasilan dan kemenangan apa yang telah Allah berikan. Atasnya Amirul Mukminin a.s. berkata, "Apakah saudara Anda menganggap saya sahabat?" la berkata, "Ya." Dan Amirul Mukminin berkata,
Dalam hal
itu, ia bersama kami. Malah dalam tentara kita ini bahkan hadir juga
orang-orang yang masih berada dalam sulbi lelaki dan rahim perempuan. Tak lama
lagi waktu akan membawanya keluar dan keimanan akan menjadi kuat melalui
mereka.[1]
[1] Apabila
seseorang kekurangan amal padahal ia mempunyai sarana dan perlengkapan, ini
menunjukkan kelemahannya. Tetapi, bila ada halangan di jalan tindakan, atau
hayatnya berakhir, sehingga tindakannya tidak sempurna, maka dalam hal itu
Allah tidak mengabaikan ganjaran pahalanya, atas dasar bahwa amal itu dinilai
dengan niat. Karena niatnya adalah untuk mclaksanakan tindakan itu, maka ia
akan diganjari hingga ukuran tertentu.
Amal
perbualan semata-mata, mungkin lidak ada ganjarannya, karcna amal dapat
meliputi ria atau pura-pura, sedangkan niat tersembunyi pada kedalaman hati.
Niat ia tak dapat berpura-pura. Niat baik akan tetap tinggal pada tingkatan
yang sama dengan kejujuran, kebenaran, kesempurnaan, ketetapan di mana dia
berada, walaupun mungkin tak ada amal, karena suatu halangan. Sekalipun tidak
ada kesempatan untuk mewujudkan niat, namun ada hasrat dan gairah dalam
hatinya, seseorang patut mendapatkan ganjaran atas dasar perasaan hati. Ini
yang disinggung Amirul Mukminin dalam khotbah ini, yakni, "Apabila saudara
Anda mencintai saya maka ia akan turut serta dalam ganjaran orang-orang yang
mencapai syahadah dalam mendukung kami."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan