KARANGAN IMAM AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN.....SIRI 4
Ketahuilah, bahwa
yang dicari dari bab ini, ialah mengenal al-fadhilah. (kelebihan) dan kenilaian
ilmu. Dan selama belum dipahami kelebihan itu sendiri dan tidak diselidiki
maksud daripadanya, maka tak mungkinlah diketahui adanya kelebihan itu menjadi
sifat bagi ilmu atau bagi yang lain dari segala persoalan.
Berkenaan Dalil Dalil Aqal
Ketahuilah, bahwa
yang dicari dari bab ini, ialah mengenal al-fadhilah. (kelebihan) dan kenilaian
ilmu. Dan selama belum dipahami kelebihan itu sendiri dan tidak diselidiki
maksud daripadanya, maka tak mungkinlah diketahui adanya kelebihan itu menjadi
sifat bagi ilmu atau bagi yang lain dari segala persoalan.
Maka
sesungguhnya, telah sesat jalan orang yang ingin mengetahui bahwa si Zaid itu
seorang filosuf atau bukan, sedang dia belum lagi mengetahui arti dan hakikat
ilmu filsafat itu.
Al-fadliilah,
berasal dari perkataan al-fadlli, yaitu lebih (az-ziadah). Apabila bersekutulah
dua benda dalam sesuatu hal dan salah satu daripada keduanya, tertentu dengan
suatu kelebihan, maka dikatakanlah : itu kelebihannya. Dan ia mempunyai
kelebihan dari yang daripadanya, manakala kelebihannya itu mengenai yang
menjadi kesempurnaan sesuatu itu sendiri. Umpamanya dikatakan : kuda itu lebih
utama dari keledai, dengan arti : bahwa kuda bersekutu dengan keledai tentang
sama-sama mempunyai kekuatan mengangkut. Tetapi ku da melebihi dari keledai,
dengan kekuatan tampil ke depan, berlari dan ketangkasan melompat serta
kebagusan bentuk.
Kalau diumpamakan
: keledai itu mempunyai suatu kelebihan daging tumbuh, maka itu tidaklah
dikatakan suatu kelebihan. Karena itu adalah suatu tambahan pada tubuh dan
suatu kekurangan dalam arti yang sebenarnya. Jadi, tidaklah termasuk
kesempurnaan sedikitpun. Dan hewan itu dicari untuk maksud dan sifatnya, tidak
untuk tubuhnya.
Apabila ini telah
anda pahami, maka tidaklah tersembunyi lagi bagi anda, bahwa ilmu itu suatu
kelebihan, bila dibandingkan dengan sifat-sifat yang lain, sebagaimana kuda itu
mempunyai suatu kelebihan, bila dibandingkan dengan hewan-hewan yang lain.
Bahkan kecepatan melompat, adalah suatu kelebihan pada kuda dan tidaklah itu suatu
kelebihan mutlak.
Ilmu itu adalah
suatu kelebihan pada dirinya dan secara mutlak tanpa diperhubungkan kepada yang
lain. Karena ilmu itu adalah sifat kesempurnaan bagi Allah swt. Dengan ilmulah,
mulia para malaikat dan Nabi-Nabi. Bahkan kuda yang cerdik adalah lebih baik
dari kuda yang bodoh.
Dari itu, ilmu
itu suatu kelebihan mutlak, tanpa diperhubungkan dengan yang lain.Ketahuilah,
bahwa sesuatu yang bernilai lagi digemari itu, terbagi kepada :
1.dicari untuk
lainnya.
2.dicari karena
benda itu sendiri.
3.dicari untuk
tujuan lainnya dan bersama untuk benda itu sendiri.
Maka yang dicari
karena benda itu sendiri, adalah lebih mulia dan lebih utama daripada yang
dicari untuk lainnya. Yang dicari untuk lainnya, ialah dirham dan dinar.
Keduanya adalah batu, tak ada gunanya. Kalau tidaklah Allah Ta'ala menjadikan
keduanya untuk memudahkan memperoleh keperluan hidup,maka dirham dan dinar itu
sama saja dengan batu yang terletak di tepi jalan.
Yang dicari untuk
benda itu sendiri yaitu kebahagiaan di akhirat dan kesenangan memandang Wajah
Allah swt. Dan yang dicari untuk benda itu sendiri dan untuk lainnya, seperti :
keselamatan tubuh. Keselamatan seseorang itu umpamanya dicari, dari segi,
bahwa keselamatan itu, adalah keselamatan bagi tubuh, dari kepedihan. Dan
dengan keselamatan itu, dicari untuk berjalan dan mencapai maksud-maksud dan
hajat keperluan.
Dengan pandangan
tersebut, apabila anda perhatikan kepada ilmu, niscaya anda memperoleh pada
ilmu itu sendiri suatu kesenangan. Jadi, ilmu itu termasuk dicari untuk ilmu
itu sendiri. Dan anda peroleh bahwa ilmu itu jalan ke negeri akhirat,
kebahagiaan akhirat dan jalan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Dan tidak
akan sampai kepadaNya, selain dengan ilmu.
Kedudukan yang tertinggi bagi seorang manusia, ialah kebahagiaan abadi. Dan
suatu yang paling utama, ialah jalan kepadanya. Dan tidak akan sampai kepadanya
selain dengan ilmu dan amal. Dan tidak akan sampai kepada amal, selain dengan
mengetahui cara beramal.
Maka asal kebahagiaan di dunia dan di akhirat, adalah ilmu. Jadi, ilmulah
yang terutama dari segala amal perbuatan. Betapa tidak! Kadang-kadang
mengetahui keutamaan sesuatu juga dengan kemuliaan hasilnya. Dan anda
mengetahui bahwa hasil ilmu itu, ialah mendekatkan diri kepada Tuhan semesta
alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan
malaikat tinggi. Itu semuanya adalah di akhirat.
Adapun di dunia, maka adalah kemuliaan, kebesaran, pengaruh, pemerintahan
bagi raja-raja dan penghormatan secara naluri. Sehingga orang Turki yang bodoh
dan orang Arab yang kasar, secara naluri, mereka menghormati kepala-kepalanya.
Karena kekhususan mereka dengan ketambahan ilmu, yang diperoleh dari
pengalaman. Bahkan dengan tabiatnya,hewan menghormati manusia,karena
perasaannya perbedaan manusia dg. kesempurnaan yang melebihi derajat hewan itu
Inilah keutamaan ilmu secara mutlak! Kemudian, ilmu itu berbeda-beda
seperti akan diterangkan dan sudah pada tempatnya pula berlebih kurang
keutamaannya, disebabkan kelebih-kurangnya itu, Dan keutamaan mengajar dan
belajar, sudah jelas dari apa yang kami sebutkan dahulu.
Apabila ilmu itu, lebih utama dalam segala hal, maka mempelajarinya adalah
mencari yang lebih utama itu. Maka mengajarkannya, adalah memberi faedah bagi
keutamaan. Jelasnya, segala maksud manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia.
Dan agama tidak teratur, selain dengan teraturnya dunia. Dunia adalah
tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampai- kan
kepada Allah Ta'ala, bagi orang yang mau mengambilnya menjadi alat dan tempat
tinggal. Tidak bagi orang yang mengambilnya menjadi tempat tetap dan tanah air
abadi.
Urusan duniawi tidak akan
teratur, selain dengan amal perbuatan manusia. Amal perbuatan, pekerjaan dan
perusahaan manusia itu, terbatas pada tiga bahagian :
1.Pertama pokok : Alam ini tidak
dapat tegak bila pokok ini tidak ada, yaitu empat : pertanian untuk
pangan,pertenunan untuk sandang, perumahan untuk tempat tinggal dan siasah
(politik), yaitu untuk kerukunan, persatuan dan gotong-royong mencapai sebab-sebab
yang membawa kepada kehidupan yang lebih baik dan mengendalikannya.
2.Kedua : ialah, yang
mempersiapkan bagi tiap-tiap usaha tersebut dan yang melayaninya. Seperti pertukangan besi, adalah melayani
pertanian dan sejumlah usaha dengan persiapan alat-alat- nya. Seperti
membersihkan kapas dari bijinya dan membuat benang. Semuanya itu demi untuk
bertenun kain dengan persiapan amal usahanya.
3.Ketiga : ialah, penyempurna bagi pokok dan penghias, seperti menumbuk
tepung dan membuat roti bagi pertanian, menggunting kain dan menjahit bagi
pertenunan.
Yang tersebut tadi, bila dihubungkan kepada tegak berdirinya alam kebumian,
adalah seumpama bahagian-bahagian dari seseorang, bila dihubungkan kepada
keseluruhannya. Yaitu ada tiga macam pula. Adakalanya pokok, seperti hati,
jantung dan otak. Adakalanya pelayan bagi pokok itu seperti perut, urat, urat
syaraf dan pembuluh darah. Dan adakalanya penyempurna dan penghias bagi pokok,
seperti kuku, anak jari, dan bulu kening.
Yang termulia dari segala pekerjaan itu ialah pokoknya. Yang termulia dari
pokoknya ialah siasah, dengan kerukunan dan perbaikannya. Dari itu, usaha
tersebut meminta kesempurnaan dari orang yang bertanggung-jawab, melebihi dari
usaha-usaha yang lain.
Dari itu tidak mustahil, yang punya pekerjaan tersebut, menggunakan
pengusaha-pengusaha yang lain. Dan siasah pada perbaikan orang banyak dan
menunjukkannya ke jalan lurus, yang membawa kelepasan di dunia dan di akhirat,
adalah atas empat tingkat :
1.Tingkat tertinggi, yaitu siasah dan hukum Nabi-Nabi as. terhadap golongan
tertentu dan orang banyak, baik dhahir atau bathin.
2.Tingkat khalifah, raja-raja dan sultan-sultan. Dan hukum yang dijalankan
mereka adalah terhadap golongan tertentu dan umum seluruhnya. Tetapi mengenai
yang dhahir saja, tidak yang bathin.
3.Tingkat 'alim ulama, yang mengenal Allah dan agamanya, yang menjadi
pewaris dari Nabi-Nabi. Hukum mereka adalah terhadap bathin golongan tertentu
saja. Golongan orang awwam, tak dapat memahami untuk memperoleh faedah dari
mereka.Kekuatan para ulama itu, tidak sampai kepada pengurusan amal perbuatan
dhahiriyah golongan tadi, baik dengan menyuruh, melarang dan memerintahkan.
4.Tingkat para juru nasihat. Hukum mereka adalah mengenai bathin orang
awwam saja.
Yang termulia dari usaha empat tingkat tadi, sesudah tingkat kenabian,
ialah memfaedahkan ilmu dan mendidik jiwa manusia supaya terhindar dari pekerti
tercela yang membinasakan dan menunjuk jalan, kepada budi pekerti terpuji yang
mendatangkan kebahagiaan.
Itulah yang dimaksudkan dengan pengajaran. Kami sesungguhnya mengatakan,
bahwa mengajar ini adalah yang lebih utama, dibandingkan dengan pekerjaan dan
usaha lain. Karena keutamaan usaha itu, dapat di kenal dengan tiga perkara :
adakalanya dengan menoleh kepada naluri, yang menyampaikan kepada mengenalinya,
seperti keutamaan Ilmu Pasti dari Ilmu bahasa, karena Ilmu Pasti itu diketahui
dengan akal, sedang Ilmu Bahasa dengan mendengar. Akal adalah lebih mulia dari
pendengaran. Adakalanya dengan melihat kepada kepentingannya yang lebih
lengkap, seumpama kelebihan pertanian dari pertukangan emas. Dan adakalanya
dengan memperhatikan tempat pekerjaan itu, seumpama kelebihan pertukangan emas
dari pada penyamakan kulit. Sebab yang pertama tempatnya emas dan yang kedua
tempatnya kulit bangkai.
Dan tidaklah tersembunyi bahwa ilmu agama ialah memahami jalan akhirat,
yang dapat diketahui dengan kesempurnaan akal dan kebersihan kecerdikan.
Akal adalah yang termulia dari
sifat-sifat insan sebagaimana akan diterangkan nanti.
Karena dengan akal, manusia menerima
amanah Allah.
Dan dengan akal akan sampai kesisi
Allah swt.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan