Catatan Popular

Sabtu, 8 April 2017

HADIS SEDEKAH TIDAKLAH MENGURANGI HARTA

Sedekah tidaklah mungkin mengurangi harta … Yakinlah!

Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,
Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.”

Dalam riwayat lain disebutkan,
Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”
Hadits ini dibawakan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi dalam Riyadhus Shalihin pada Bab “Kemuliaan, berderma dan berinfaq”,

Beberapa faedah hadits:

Pertama: Hadits di atas memberikan motivasi untuk berinfaq.Bukhari sendiri membawakan hadits ini dalam Bab “Motivasi untuk bersedekah (mengeluarkan zakat) dan memberi syafa’at dalam hal itu”. An Nawawi membuat bab untuk hadits ini “Motivasi untuk berinfaq (mengeluarkan zakat) dan larangan untuk menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan).”

Kedua: Hadits ini menunjukkan tercelanya sifat bakhil dan pelit.

Ketiga: Hadits di atas menunjukkan bahwa al jaza’ min jinsil ‘amal, balasan sesuai dengan amalan perbuatan.

Keempat: Ibnu Baththol menerangkan riwayat pertama di atas dengan mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta.”

Kelima: Menyimpan harta yang terlarang adalah jika enggan mengeluarkan zakat dan sedekah dari harta tersebut. Itulah yang tercela.

Keenam: Hadits ini menunjukkan larangan enggan bersedekah karena takut harta berkurang. Kekhawatiran semacam ini adalah sebab hilangnya barokah dari harta tersebut. Karena Allah berjanji akan memberi balasan bagi orang yang berinfaq tanpa batasan. Inilah yang diterangkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani.

Ketujuh: Bukhari dan Muslim sama-sama membawakan hadits di atas ketika membahas zakat. Ini menunjukkan bahwa yang mesti diprioritaskan adalah menunaikan sedekah yang wajib (yaitu zakat) daripada sedekah yang sunnah.

Kedelapan: Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini menunjukkan sedekah (zakat) itu dapat mengembangkan harta. Maksudnya adalah sedekah merupakan sebab semakin berkah dan bertambahnya harta. Barangsiapa yang memiliki keluasan harta, namun enggan untuk bersedekah (mengeluarkan zakat), maka Allah akan menahan rizki untuknya. Allah akan menghalangi keberkahan hartanya. Allah pun akan menahan perkembangan hartanya.”

Kesembilan: Sedekah tidaklah mengurangi harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sedekah tidaklah mengurangi harta.”


Hadis-hadis Rasulullah Tentang Kelebihan Bersedekah

Berikut adalah lapan buah hadis, diantara hadis-hadis Rasulullah s.a.w. tentang kelebihan bersedekah, mudah-mudahan dengan menghayatinya memberikan galakan kepada kita semua untuk rajin bersedekah.

Hadis-1
[Mafhumnya] Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad dijalan Allah dan ibarat orang solat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka. (Hadis Riwayat: Imam Bukhari)

Hadis-2
[Mafhumnya] Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (Hadis Riwayat: Imam Ahmad)

Hadis-3
[Mafhumnya] Bentengilah hartamu dengan zakat, ubati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan Bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana. (Hadis Riwayat: Imam Ath-Thabrani)

Hadis-4
[Mafhumnya] Tiap muslim wajib Bersedekah. Para sahabat bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?" Nabi s.a.w. menjawab, "Bekerja dengan keterampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu Bersedekah." Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?" Nabi menjawab: "Menolong orang yang memerlukankan yang sedang teraniaya" Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi menjawab: "Menyuruh berbuat ma'ruf." Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi s.a.w. menjawab, "Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sedekah." (Hadis Riwayat: Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Hadis-5  
[Mafhumnya] Orang yang membatalkan pemberian (atau meminta kembali) sedekahnya adalah seperti anjing yang makan kembali muntahannya. (Hadis Riwayat: Imam Bukhari)

Hadis-6
[Mafhumnya] Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkam kedua rahangnya seraya berkata, "Aku hartamu, aku pusaka simpananmu." Kemudian nabi s.a.w. membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: "Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi." (Hadis Riwayat: Imam Bukhari)

Hadis-7
[Mafhumnya] Abu Dzarr R.a. berkata bahawa beberapa sahabat Rasulullah s.a.w. berkata, "Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka solat sebagaimana kami solat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka boleh bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Nabi s.a.w. lalu berkata, "Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan Tasbih adalah sedekah, Takbir sedekah, Tahmid sedekah, Tahlil sedekah, Amar Makruf sedekah, Nahi Mungkar sedekah, Berjimak dengan isteri pun sedekah." Para sahabat lalu bertanya, "Apakah memuaskan nafsu syahwat mendapat pahala?" Nabi menjawab, "Tidakkah kamu mengerti bahawa kalau dipuaskan nafsu syahwat di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (Hadis Riwayat: Imam Muslim)

Hadis-8

[Mafhumnya] Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sedekah. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi baldi mu untuk diisikan ke mangkuk kawan mu.

(Hadis Riwayat: Imam Ahmad)

Isnin, 3 April 2017

KITAB NASHAIHUL IBAAD : EMPAT PERMATA



Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ada empat permata pada diri anak Adam yang dapat dihilangkan dengan empat perkara lainnya. Keempat permata tersebut adalah:
  1. akal;
  2. agama;
  3. haya'/rasa malu; dan
  4. amal shalih.
Kemarahan dapat menghilangkan akal (sehat). Hasud (dengki) dapat menghilangkan agama. Tamak dapat menghilangkan haya' (rasa malu). Ghibah (mengumpat) dapat menghilangkan amal shalih."

Akal adalah permata rohani ciptaan Allah yang dilekatkan pada diri manusia, sehingga manusia bisa mengetahui perkara yang haq dan yang bathil.

Agama adalah aturan yang mengajak orang berakal sehat untuk menerima segala yang dibawa oleh Rasul.

Hasud adalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan yang ada pada orang lain.

Berkaitan dengan perihal marah, Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Wahai Mu'awiyah, jauhilah olehmu marah, karena marah dapat merusak iman sebagaimana pahitnya shabr(bratawali) merusak manisnya madu." (HR. Baihaqi)

Berkaitan dengan perihal hasud, Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jauhilah oleh kalian hasud, karena hasud dapat menghapus (pahala) kebaikan sebagaimana api membakar kayu." (HR. Abu Dawud)


Ghibah adalah menyebut-nyebut kejelekan orang lain di belakangnya dan kejelakan itu memang betul adanya. Apabila kejelekan yang disebut-sebutkan itu tidak ada padanya, maka itu berarti tuduhan dusta. Jika menyebut-nyebut kejelekan orang lain itu dilakukan di hadapannya, itu disebut memaki.

KITAB NASHAIHUL IBAAD: EMPAT HAL YANG LEBIH BAIK DARIPADA SURGA



Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Di surga ada empat hal yang lebih baik daripada surga itu sendiri:
  1. kekal di surga lebih baik daripada surga;
  2. pelayanan malaikat di surga lebih baik daripada surga
  3. bertetangga dengan para nabi di surga lebih baik daripada surga; dan
  4. keridhaan Allah di surga lebih baik daripada surga.
Begitu pula di neraka ada empat hal yang lebih jelek daripada neraka itu sendiri, yaitu:
  1. kekal di neraka lebih jelek daripada neraka;
  2. cemoohan dari para malaikat juru siksa terhadap orang kafir di neraka lebih jelek daripada neraka;
  3. bertetangga dengan setan di neraka lebih jelek daripada neraka; dan
  4. murka Allah di dalam neraka lebih jelek daripada neraka."
Penghuni surga akan dilayani oleh malaikat. Oleh sebab itu, dikatakan adanya pelayanan malaikat terhadap penghuni surga dan hal ini menunjukkan bahwa ahli surga itu lebih mulia derajatnya daripada malaikat.

KITAB NASHAIHUL IBAAD : EMPAT JAWABAN AHLI BIJAK



Ahli bijak ketika ditanya: "Bagaimana keadaanmu?" 

Mereka menjawab:
  1. "Aku bersama Allah, yakni selalu melaksanakan perintah-Nya.
  2. Aku bersama nafsu, yakni selalu memeranginya.
  3. Aku bersama orang lain, yakni selalu menasihatinya.
  4. Aku bersama dunia, yakni selalu mengambilnya sebatas yang aku perlukan."

KITAB NASHAIHUL IBAAD : EMPAT KALIMAT PILIHAN AHLI BIJAK



Sebahagian ahli bijak memilih empat kalimat dari empat buah kitab suci, yaitu:
  1. Dari Kitab Taurat: "Barangsiapa ridha dengan rizki yang telah Allah berikan, maka ia akan tenang di dunia dan di akhirat."
  2. Dari Kitab Injil: "Barangsiapa dapat menundukkan syahwatnya, maka ia menjadi orang yang mulia di dunia dan di akhirat."
  3. Dari Kitab Zabur: "Barangsiapa merasa cukup sehingga tidak mengharapkan pemberian orang lain, maka dia akan selamat di dunia dan di akhirat."
  4. Dari Kitab Al-Qur'an: "Barangsiapa dapat memelihara lisannya, maka dia akan selamat di dunia dan di akhirat."
Memelihara lisan maksudnya menjaganya dari berkata yang tidak ada manfaatnya. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amal yang paling dicintai Allah adalah memelihara." (HR. Baihaqi)

Rasulullah s.a.w. juga bersabda:

"Keselamatan itu ada sepuluh bagian, sembilan bagian ada pada sikap diam, sedangkan bagian yang kesepuluh ada dalam 'uzlah (mengasingkan diri) dari pergaulan masyarakat luas." (HR. Ad-Dailami)

'Uzlah adalah menjauhkan diri dari pergaulan masyarakat luas ketika di tengah-tengah masyarakat sudah terjadi kemaksiatan yang merajalela dengan tujuan agar terhindar darinya.