Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA 21: PANTANG BERPALING KEPADA MAKHLUK

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Selasa Petang,  25 Dzulqaidah 545 Hijriyah, di Madrasah

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Dunia itu penutup akhirat dan akhirat penutup orang yang memiliki dunia dan akhirat; setiap ciptaan menjadi penutup Allah, selagi kau bersanding bersamanya, maka ia menutupimu. Janganlah berpaling kepada ciptaan atau apapun selain Allah sehingga memperdekatkan dirimu ke pintu Allah – disertai langakh sirr dan kesucian zuhud terhadap selain Dia; dengan berani menantang keberadan itu, memperbesar diri atasnya dan berselisih denegannya sebaliknya beristighosat kepada-Nya dengan memandang ilmu-Nya. Jika telah nyata nelikaian hati dan sirri-mu, bahkan bisa masuk, memperdekat dirimu, mempermalukan dirimu, menguasai hati dan memerintahmu dan menjadi terapi untukmu lalu palingkan dari ciptaan termasuk dunia, maka perpalingan itu suatu nikmat dalam kebenaran mereka, dan kau ambil dunia dari tangan mereka lalu memberikan kepada kaum kafir; itu merupakan ibadah taat dan selamat; siapa mengabil dunia atas dasar kejernihan ini tidaklah mendatangkan medlarat baginya bahkan memasrahkan dan menjernihkan diri dari kotoran busuk. Siapa ingin beruntung hendaklah ia hinakan diri bersama hartanya ke hadirat Allah serta membebaskan hati dari ciptaan – seperti keluarnya rambut dari tepung atau susu – demikian pula untuk masalah akhirat dan masalah yang menjurus kepada selain Allah. Jika demikian ini terjadi maka ketika itu kau diberi setiap sesuatu yang menjadi hak di hadapannya; engkau makan bagianmu baik berupa dunia dan akhirat serta melayanimu.
Jangan makan dunia yang menjadi bagianmu jika ia duduk dan engkau berdiri; karena nampan yang disungginya itu melayani siapa pun yang berdiri di pintunya (dunia). Karena segala yang ada itu tetap di bawah Sang Maha Kaya yakni Allah Azza wa Jalla.
Ketahuilah bahwa dunia itu sudah terbagi sejak semula, karena itu tinggalkan pencarian dunia yang hanya menimbulkan kesusahan. Dan ketahuilah bahwa derajat akhirat dan nikmat juga sudah terbagi, karena itu tinggalkan pencarian derajat itu atau usahakan untuk menutupinya. Mereka tidak bekehendak selain kepada Allah semata, bila engkau masuk surga mata mereka tidak dibukakan sampai melihat Nur Allah; cintailah penyendirian, hati siapa tidak disendirikan dari makhluk dan sebab-sebab tidak mungkin mampu bersuluk seperti para Nabi orang-orang benar (siddiqun) dan sholihin hingga ia berkonaah atas dunia dengan mudah da menyerahkan ke Penguasaan-Nya. Janganlah engkau berpaling untuk mencari yang banyak karena hal itu bisa merusak dirimu, pabila engkau menerima kebendaan yang banyak dari Allah tanpa disertai ihtiar berarti dirimu terpelihara darinya.
Dari Hassan al-basri ia berkata : Tuturilah manusia dengan ilmu dan bicaramu. Wahai penutur manusia turutilah manusia dengan kejernihan sirr dan ketaqwan hati, janganlah kau turuti mereka dengan kebaikan sikap amaliahmu beserta keburukan rahasiamu. Sesungguhnya Allah  mencatat hati orang beriman jauh sebelum dirinya dicipta; ini yag terdahulu, karena itu tidak dibernarkan berhenti bersama yang terdahulu  dan tawakal kepada-Nya. Sebaliknya dibenarkan dengan cara yag sungguh tekun  berpaling dan menghabiskan kemampuannya untuk bermujahadah untuk mencapai keberhasilan iman dan yaqin serta berusaha untuk berjalur menepati Allah dan menyelusuri iman, ungkin dengan cara ini Tuhan bekehendak melimpahkan sesuatu kepada kita tanpa iktisab.

Wahai Allah limpahkanlah rizki kepada kami dan mauqufkanlah kami serta jauhkan kami dari dari perkara batu.

Dan berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, san selamatkanlah kami dari siksa neraka.


KITAB FATUR RABBANI WACANA 20 : TIADA BERGUNA BERCAKAP TANPA AMAL

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jum’at pagi,  21 Dzulqaidah 545 Hijriyah di Madrasahnya
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak sikap munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang bicara tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang; bahkan  hal ini laksana hujah tanpa penyanggah. Biccara tanpa amal seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa pengeluaran dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa rukh hanyalah patung yang tak punya tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu semisal raga tanpa nyawa, sedang nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran menekuni Kitab Allah di samping dunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah dan larangan, patuhlah kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum itu seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr (rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan tergantung sedikit banyak perbuatan itu.

Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur; pelaingkan kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau menyesal sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya, jika sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan ddirimu kala masih berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas diri sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu.
Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan, keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu, mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu terjadi, sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di antara mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul taubat; maka untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan kemuliaan dan kelembutan.

Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama; wahi fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali orang yang butuh daku sebgai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada usia permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari yang halal.

Wahai sahaya setiap sesuatu yang kau lihat dari arah kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang kecil, karena kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang lain.

Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum bersamanya, engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan Allah, dan sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin dari Allah.

Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat Allah ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi kesehatan, kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya menjadi Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa bikmat datang darinya lenyaplah kecintaan terhadap makhluk dari hati; berobah menjadi arif kepada Allah, mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini engkau bisa melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut penjelasan-Nya, tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan keburukan yang datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat bahwa hal itu terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari mereka, maka ia lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya berpindah dari ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu ia dilimpahi syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming berloncat-loncat dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga kezuhudannya terhadap ciptaan semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka berpaling dari mereka sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber pengambilannya itu tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri antar dirinya dengan ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan Allah.

Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka; takutlah jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah tidak akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya, karena ia berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Periharalah kesunyian (khalwat) dari cengkeraman nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari akhirat, kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat bersama Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.
Engkau duduk dalam tempat sujudmu sedang hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan mereka dan pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan untuk dirimu gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi, selain kepada Allah maka pengasingan diri itu tak membawa manfaat.


Wahai Allah limpahkanlah manfaat kepada kami atas ucapan yang daku ucapkan, dan limpahkan manfaat kepada mereka atas ketekunan mereka mendengarkan ucapanku.

KITAB FATUR RABBANI WACANA WACANA 19 : HENDAKLAH TAKUT KEPADA ALLAH

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Selasa Petang, 18 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah,:
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Demi Al-Haq, seandainya dia tidak ciptakan surga dan neraka tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya untuk mencari ridla-Nya. Jagalah sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan sika. Taat kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang serta bersabar atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan hadapan-Nya, rendahkan dirimu dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu penuh cinta dunia dan akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu – itu harus engkau terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.

Wahai manusia dirimu mengaku Tuhan, berita apa yang engkau terima sampai engkau berbesar diri kepada Allah. Selain itu engkau juga berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan terkutuk>” Jika putusan Dia telah tiba engkau bertolak tidak sabar, bahkan engkau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya; berupa penyerahan diri secara total. Sungguh demikian ini tidak membawa manfaat bagimu.

Wahai sahaya, tradisikan takut dan beragama sampai engkau sanggup menjumpai Tuhanmu. Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya. Bubuhkan tanda keserahan dalam tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi penyerahan dirimu. Bila engkau merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya. Karena bila sesuatu telah dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana. Allah, bila memilih seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya. Ketika ia sedang terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu yang tidak bisa lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal itu ada di antaranya dan Dia.

Celaka, wahai si bodoh, engkau berpaling dari Allah dan mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk melayani sesama makhluk. Orang yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia mencoba untuk mengenalnya, maka ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan nafsu, tabiat, setan dan suci dan bersih dari dunia, maka baginya dibukakan pintu pendekat dengan-Nya; untuk mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk Dia semata. Baginya dikatakan, kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk membantu makhluk dan tunjukan mereka kepada kami. Bantulah para pencari Kami dan murid yang menuju kepada kami. Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai lekat dengan jiwa. Karena ia merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung mendahulukan isteri-isteri atau anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah. Sesungguhnya  aku melihat gerak menuju kedamaian; setiap tujuanmu, isterimu dan anakmu dan apa pun yang datang  dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam kemanusiaannya adalah mereka yang berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali Allah. Sungguh telah buta mata hatimu, dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya engkau tertutup dari Tuhan, sehingga apa yang engkau miliki hanya klise. Karena sebagian Arifin berkata : “celaka amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang yang tidak beramal, karena sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia mudamu di hadapan cermin yang retak, sedang engkau masih makan makanan haram tanpa engkau sadari, yang demikian karerna kebusukan yang menyelimutimu serta pengolahan nafsu sahwat dan ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama lagi tradisi burukmu terntu terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu hanya menjauhkan dirimu dari Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain. Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati, atau mempergunakan pendengarannya dengan hati-hati.” (Q.S. Qaf : 37).
Perputaran fikir itu menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi bagi mereka tetap mempunyai  syahwat atau kesenangan, hanya amereka mampu mengimbangi nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap satu syahwat yaitu kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu tempat, kemudian ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati syahwat Adam a.s. itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah. Dan para Nabi-Nya tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat, sampai mereka bisa menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan banyaknya bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali adalah tipe orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.

Wahai hamba Allah bersabarlah atas hantaman nafsu, karena dalam waktu dekat engkau akan mampu membalas hantaman itu bahkan membinasakan dan merampas kebendaan mereka serta mengambil alih mahkota kekuasaan dan menutup politiknya.

Wahai sahaya berjihadlah, sesungguhnya kamu tak menganiaya seorang pun jika niatmu suci. Setiap orang tidak punya hak kecuali setelah mendapat perintah syara’, jika perintah itu ada maka jihadmu termasuk ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan orang benar telah ditiupkan dalam bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas jiwa mereka, dinaikan dari dunia dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan kebenaran mereka. Mereka berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka berhenti di tepi jalan sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum – seorang pun – karena orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut kembalilah mereka menuju dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat kepada Allah dan memberi kabar tentang apa yang ada di sana, maka perkara-perkara itu pun dipermudah untuk mereka; berupa kekuatan iman dan kesanggupan takwa. Segala apa yang diberikan  oleh Allah tampak jelas dihatinya; yakni berita tentang kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa saja yang berada di dalamnya. Ia melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan dan Malaikat yang sama bertawakal. IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat dunia beserta bayangannya. Ia melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan; apabila melalui kubur tampak jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik nikmat atau siksa; ia melihat kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia meliaht rakhmat Allah dan siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri, para Nabi dan Rasul, para badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia melihat penduduk surga saling berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan. Siapa baik pandangannya nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan mata kepalanya, sedang mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas manusia; ia melihat pergolakan dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang disebut pandangan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh para wali Allah.
Orang semacam ini bisa memnadang manuisa tampak sifat lahirinya dari pandangan mata kepala, dan tampak sifat batininya dari sudut pandang mata hati, sedang untuk memandang Tuhan dengan mata sirr-nya. Siapa melayani, maka dilayani, bila kedatangan kehendak Allah ia menerima, ia tetap mengembannya kendati membawanya ke darat atau samudera, ke pantai atau ke puncak, tidak perduli makannya pahit atau manis, terminalnya pada kemuliaan atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat atau sakit, ia tetap berjalan bersama kehendak Allah, sehingga apabila mengetahi kehendak itu sesungguhnya ia telah turun atau di kendaraan; lalu berkendaraanlah ia, melayani dan tawadlu’ – yang demikian karena dekatnya kepada Allah serta pemujaannya atas-Nya. Semua  itu semata terjadi karena persaingan dengan nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk dapat dimenangkan dengan gemilang.

Wahai Allah limpahkan rizqi untuk kami sejalan menurut ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.

Wahai Tuhan kami berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di kahirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka

KITAB FATUR RABBANI WACANA WACANA 18: BERJIHADLAH TERHADAP JIWA NAFSU DAN SYAITAN


(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi , 16 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Pondoknya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Allah telah memberikan untukmu berupa dua perlawananan; lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi nafsu, hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu : usaha untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad batini ternyata menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk lahiri. Karena hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan menetapi perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang siapa menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh keutamaan dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid itu laksana bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam kebenaran jihad untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga meneguk air dingin.

Wahai manusia, imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau jangan mempertonjolkan amal, jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan makhluk atau pengganti dari mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas, dan berapa banyak orang munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah, tetapi konstan tunduk di bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang itu suka berharap agar tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat lebih baik dibanding isi dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar, sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga mereka bersama Allah. Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.

Wahai sahaya,  jadilah orang benar, tentu engkau baik, jadilah pembenar dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan. Setiap selamat yang ada dalam ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan dari pelaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar atas keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan pintanya, dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.

Wahai manusia kemarilah karena aku membawa nasihat bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala apa pun yang diriku ada di sana. Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas dari kehendak Allah sebagaimana yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku butuh kamu seperti engkau buruh diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna iman seseorang beriman sehingga ia memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendaknya sendiri.” (Riwayat Imam Bukhari)
Nah, demikian realisasi kata pemimpin kita dan pembersar kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar sejak Adam sampai kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak memenuhi pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu  kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua itu. Maka betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang yang jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya, bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan perbuatan bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu dan sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat sifat loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada lain hanyalah kehidupan dunia saja,  kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. (tua bangka)” (Q.S. Al-Jatsiyah  :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka, bedanya engkau mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana tradisi kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia seakan bertaqwa sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak berguna bagimu.

Wahai manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat bagimu; lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan makanan haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya. Wahai pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama buka dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku atas sesuatu yang mereka agungkan di bulan puasa.” (Riwayat Muslim)
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa di bulan itu, dan puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara hukum-hukum syariat-Nya.

Wahai sahaya puasalah, bila tiba saat berbuka berikan sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang membutuhkan berarti ia takut jika fakir.

Wahai manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu, kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu, mengmbil apa yang ada di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua keadaan. Tawadlu’ itu seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi itu seharusnya asli dari hartamu. Nabi kita muhammad saw. itu selalu memberi peminta dengan tangannya sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir bajunya sendiri. Barang siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh berbeda dengannya; baik kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau datang sambil membawa syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang Islam”. Peliharalah ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan diri totalitas di hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia sehingga engkau dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih berdiri bersama  nafsu tidak akan sampai ke maqam ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya niscaya engaku berruntung. Engkau dengan firman Allah “
“Dan apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Q.S. Al-Hasyr  : 7).
Hasan Al-Basri berkta : “Cukup bagi orang mukmin atas sesuatu yang mencukupi, kambing betina, tamar busuk dan seteguk air.”

Wahai Allah perbaguslah kami dengan tahid dan terbitkanlah kami dengan fana’ dari makhluk dan apa pun selain yang berjumlah (Allah).

Wahai Tuhan kami, berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehididupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka

KITAB FATUR RABBANI WACANA WACANA 17 : JANGAN SENTIASA MEMIKIRKAN HARTA DAN KEKAYAAN MU

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Pagi Jum’at , 14 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasahnya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Q.S. Thaha : 27&28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah datang  kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku, maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan – selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal). Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.

Wahai sahaya, ku lihat engkau amat sedikit berma’rifat kepada Allah, Rasul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti Nabi, para khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk).
Apabila Allah menghendaki tentu Dia memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkau rihda.” (Q.S. Thaha : 84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.

Wahai orang Jahil, apa yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan sesuatu.

Wahai sahaya engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan Allah.

Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.

Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau senang.  Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka selain siksa neraka.

Wahai Allah, k ami mohon perlindungan darimu dari segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di akhirat. Aamiin.

Wahai sahaya, perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.

Wahai sahaya, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.

Wahai sahaya, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.

Wahai sahaya, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit tangannya.” (Q.S. Al-Furqan  : 27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?

Wahai sahaya, engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.

Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.

Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

KITAB FATUR RABBANI WACANA WACANA 16 : BERAMAL DENGAN AL QURAN

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Selasa Petnag, 11 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasahnya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Hasan al-Basri pernah berkata : rendahkan dunia karena dunia, demi Allah, tidak baik ia kecuali setelah dihinakan.” Wahai sahaya beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu dari persemayaman-Nya, dan beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di persemayaman Rasulullah Muhammad saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan Al-Qur’an, setiap hari dan cita. Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum tasawuf. Karena rahasia mereka dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai pembuka pintu pendekat. Ia pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan antara Tuhannya. Kala engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu menanti kepastian lalu mencabutnya, sedang orang berilmu mengiringinya dan rela atas kepastiannya. Wahai orang miskin, engkau jangan menanti kepastian dan bersedih karenanya, sebab itu bisa membinasakanmu. Orang yang berbalut tekad adalah orang yang menerima kehendak Allah dan mengeluarkan hati (membebaskan hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan. Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati keclmu, bila engkau bertahan tentu engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan orang-orang shalih. Jika engkau mampu membantu orang-orang shalih lakukanlah, karena mereka labeih baik darimu; di dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau dapat menguasai dunia seluruhnya, sedang hatimu tetap tidak seperti hati mereka, tentu engkau tidak memiliki mutiara. Setiap orang yang berhati baik kepada Allah dan ia dikitari dunia dan akhirat, tentu bila menghukum orang awam dan khowas (orang-orang pintar) dengan ketentun hukum Allah.
Mana mungkin engkau bertali dengan mereka. Kamu, setiap citamu tidak lain hanya tertuju makanan, minuman, pakaian, kawin dan segala isian dunia, bahkan engkau juga rakus padanya. Bekerja yang seata-mata didasari perkara dunia bisa membawa kebatilan dalam perkara akhirat. Nabi saw. menjelaskan :
“Sesungguhnya Allah mempunyai dua orang malaikat yang saban hari pagi dan petang selalu mengumandangkan panggilan : Wahai bani Adam bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa dan berkumpullah untuk bermusuhan.” (Riwayat Bahaiqi)
Orang beriman tentu berniat baik dalam segala tindakannya. Ia tidak beramal di dunia ini tetapi justru membangun dunia untuk akhirat. Ia meramaikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, pondok-pondok dan menuntun jalan kaum muslimin. Jika membangun tanpa tujuan ini, maka untuk keluarga, orang miskin, orang fakir dan tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan ini hingga terbangun megah, baginya akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak membangun semua itu karena mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak Adam telah bersih seperti ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama Allah dan hidup bersama Dia. Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul. Terimalah apa saja yang datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan, iman dan yakin. Maka tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.

Orang yang berdzikir – Allah – memulia hidup dengan peralihan dari satu kehidupan menuju kehidupan lain, tiada kata mati baginya kecuali sesaat. Bila dzikir telah bertempat dalam hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng (daam) kendati ia tidak berdzikir melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir yang daam (langgeng) maka kekal pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya bersama perbuatan-Nya. Bila tidak serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri di musim panas, kecuali musim panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak serasi dengannya dalam musim dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin. Keserasian keduanya itu mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian antara bala’ dan afat yang mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan, hati bosan, keluh kesah saat datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas manusia, dan alangkah indah keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka – dari Allah – menjadi penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti Ashabul Kahfi di dalam gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran mereka.
“(Sedang mereka dalam keadaan tidur) Kami bolak balikkan mereka ke sebelah kanan dan sebelah kiri ......... (Q.S Al-Kahf : 18).
Mereka itu orang yang lebih berakal, mereka sama memikirkan apa pun yang datang dari Tuhan – dalam segala keadaannya – demikian cita mereka.
Celaka, engkau berbuat mengikuti perbuatan ahli neraka mengharap surga. Atas perbuatan ini sesungguhnya engkau  telah rakus yang tidak pada tempatnya. Engkau jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau sangka terjadi atasmu. Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu. Allah akan menelanjangi kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia untukmu dan engkau beramal di sana menurut kemauanmu. Sama halnya afiat pun akan tertelanjangi darimu, kaya, aman, mulia dan segala yang ada padamu yang berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau jangan lari dari ketelanjangan itu, kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga engkau mencarinya dan meminta darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang kamu miliki hanyalah dari Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan itu atas dasar taat.
Ada Ulama berkata : “bersegeralah menuju Allah melalui makhluk dan jangan berseimbang dengan mereka untuk Allah.” Tercerailah orang yang menceraikan-Nya dan terbesarilah orang yang berbesar.

Belajarlah untuk perimbangan dengan Allah melalui hamba-Nya yang shalih yang sama berimbang (muwafaq) bersama Dia.

KITAB FATUR RABBANI WACANA 15 : MENDAHULUKAN KEPENTINGAN ATAS DIRI SENDIRI


(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Hari Ahad , 9 Dzulqaidah tahun 545 di pondoknya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Orang beriman hidup di dunia itu semata hanya mencari bekal untuk akhirat, dan orang kafir itu bersenang-senang di dalamnya. Orang beriman senantiasa berbekal, karena mereka berada pada jalan Qana’ah dan mempermudah lepasnya hasrat, sebaliknya perhatiannya lebih banyak dicurahkan untuk akhirat. Ia persiapkan untuk dirinya suatu bekal menurut kemampuannya. Segala kekayaan ada di akhirat. Setiap hati dan himahnya berada di sana, dan di sana juga ia putuskan hati dari dunia, lalu mencurahkan segala kepatuhannya untuk kepentingan akhirat, bukan untuk kepentingan dunia beserta isinya.
Andaikata ia punya makanan baik tak pelak ia berikan untuk orang fakir. Sebab ia tahu di akhirat tersedia makanan yang lebih baik dari itu.
Tujuan akhir cita orang beriman lagi berilmu dalah jalinan yang lebih dekat dengan Tuhan. Dia menjadi tujuan akhir, langkah hati dan pengembaraan rahasia. Sesungguhnya aku melihatmu ketika berdiri, duduk, ruku, sujud dan berjaga, sedang hatimu tak henti-hentinya berada di tempat dan tidak keluar dari kediaman serta tidak memelihara tradisinya. Usahakan sebenar mungkin saat mencari Tuhanmu, karena kamu telah diperkaya hingga mampu bersedekah secara banyak dibanding yang engkau teguk (makan).
Patuklah butir keberadaanmu dengan peran kebenaranmu. Carikan sarang pencarianmu atas sesuatu dengan meletakkan tangan zuhud di sana. Terbanglah dengan hatimu hingga sampai pantai samudra yang memperdekat dirimu dengan Tuhan. Ketika itu angin kencang menyongsongmu beserta perahu layar yang menghimpit lalu mengangkat dirimu dan menghambur menuju Tuhan. Nah, demikian potret dunia laksana samudra sedang imanmu seumpama perahu layar yang tengah berlabuh. Itu sebabnya Luqman Al-Hakim berkata : “Wahai anakku, dunia ini laksana samudera, Iman laksana bahtera, lajunya adalah taat dan pantainya adalah akhirat”

Wahai orang yang bersejuk atas maksiat, dalam waktu dekat akan datang padamu buta, pekak, waba’, fakir dan kesat hati semua makhluk dan engkau terima. Lalu sirnalah hartamu dengan terkepung menguap dan tercuri. Jadilah engkau orang berakal lagi bertaubat kepada Allah. Engkau jangan sekutukan Dia dengan hartamu, tawakal pada-Nya, jangan berdiam bersama harta itu. Campakkan ia dari hatimu, perkecillah rakusmu, dan pendekatan hayalmu.
Dari Abu Yazid al Busthami, ia berkata : Mukmin yang arif itu tidak mencari dunia atau akhirat dari Tuhannya, tetapi yang benar ia mencari Ridla Tuhannya.

Wahai sahaya, kembalilah bersama hatimu menuju Allah. Manusia yang bersungguh melakukan taubat kepada Allah hanyalah orang yang sudi kembali kepada-Nya. Dia berfirman :
“Dan kembalilah kamu (taubat) kepada Tuhanmu.” (Q.S. Az-Zumar  : 54).
Artinya kembalilah kamu kepada Tuhanmu. Yang dimaksud kembali di sini adalah tunduk secara total kepada Dia. Serahkan jiwamu kepada-Nya dan campakkan jiwamu di hadapan Dia menurut ketetapan, kehendak, perintah, dan cegah-Nya. Campakkan hatimu di hdapan Dia tanpa kata, tanpa tangan, tanpa kaki, tanpa mata dan tanpa apapun, bahkan harus disertai keseimbangan dan kebenaran. Apabila yang demikian terjadi padamu tentu keberadaan hatimu kembali kepada-Nya dengan penuh kesaksian dan bukan berjinak lagi bersama sesuatu makhluk. Bahkan hatimu lebih liar terhadap sesuatu yang bertarap di bawah Arasy. Juga hatimu lari dari segala keberadaan ini dan tetap hanya terputus dari segala yang terbilang baru.
Sungguh untuk manusia telah disediakan cela dan pujian; seperti musim panas dan musim dingin, atau seperti siang dan malam. Kedunya itu sama-sama tidak lepas dari pengawasan Allah. Oleh karena itu tiada orangmampu mendatangkan keduanya atau hanya salah satu darinya – kecuali dengan izin Allah. Hal itu manakala telah nyata bagimu, engkau tidak bangga dengan pujian dan tidak gusar dengan cela. Berkelanjut dengan keluarnya rasa kecintaan dalam hatimu terhadap makhluk. Tidak ada kata cinta, tidak ada rasa marah, yang ada justru belas kasih.
Mana ada ilmu bermanaaf bagimu, sedang ia tanpa pengamalan. Sungguh ilmu demikian amar direndahkan oleh Allah. Engkau belajar, mendirikan shalat, menunaikan puasa, tapi semata untuk makhluk; dengan harapan mereka menyanjungmu dan menyerahkan harta mereka untukmu. Tentu, hal ini bisa berhasil dengan mudah engkau peroleh. Tapi kala mati telah tiba, siksa penjempitan kubur dan peristiwa besar lagi mengerikan menimpamu. Saat itu penjelas yang pernah tejadi antaramu dan mereka tidak berguna, termasuk apa yang engkau peroleh berupa harta mereka juga tidak berguna. Padahal pemakannya bukan kamu, tapi siksa. Sedang perhitungan ada padamu.

Wahai pembelakang kebenaran, wahai pecinta haram, di dunia engkau termasuk para pekerja keras, tapi kelak engkau di neraka. Ibadah itu suatu jalan perombak, oangnya disebut wali. Dan abdal yang ikhls itu selalu mendekat Allah, Ulama, yang bertindak dengan ilmunya itu menjadi khalifah (pengganti) Allah di bumi-Nya, Rasul-Nya dan menjadi pewaris para Nabi dan Rasul. Bukan seperti kamu, wahai orang-orang gila, wahai penjilat, wahai pemandai lahiri tepi dungu batini.

Wahai hamba apa yang ada padamu, Islam bukan menyerahkanmu? Islam adalah kerangka yang dibangun melalui syahadat, jadi tidak sempurna persaksian bahwa : “Tiada Tuhan kecuali Allah” tetapi engkau dusta, apalagi di hatimu terhias beraneka ragam tuhan yang engkau takuti. Seperti : para pemimpin dan penguasa yang bertingkah mengaku tuhan.
Ketegaranmu atas usahamu, perniagaanmu, daya dan kekuatanmu, pendengar dan penglihatanmu kau pertuhankan. Pendapatmu yang menyatakan dlar (sengsara) dan naf (manfaat) pemberi dan cegah yang datang dari makhluk kau pertuhankan. Mayoritas manusia bergantung pada hal ini sepenuh hati, hanya pada bagian lahiri mereka bergantung kadpa Al-Haq. Telah menjadi tradisi mereka berdzikir kepada Allah dengan mulut tanpa ditekan oleh hati. Bila nyata mereka nampak seperti itu mereka gusar dan berkata : “bagaimana ucapan kami sedemikian disebut patuh (muslim).” Nanti akan nampak aib dan terlahir kecintaan.
Perkuatlah ucapanmu ketika berucap “Laa ilaaha” sebagai penafi (peniada) segala keberadaan ini, dan “Illallah” sebagai ketetapan melingkup untuk Dia semata, jadi bukan selain Dia. Dalam situasi apa pun di mana hatimu berpendirian kuat terhadap sesuatu – selain Allah – maka ini terrmasuk kedustaan atas penetapan ucapanmu, dan jadilah Tuhanmu yang engkau perkuat dengan keyakinan kendati tanpa disertai ekspresi tingkah lahiri. Manakala engkau berucap “Laa ilaaha illallah” maka ucapan di permukaan kata bersumber dari lubuk hati, baru disertai lisan sebagai penandas. Serta gantungkan secara kuat kepada-Nya – bukan selain Dia. Persibuk lahirmu dengan perbagai hukum dan batinimu dengan Allah. Tinggalkan kebaikan dan jelek atas lahirimu, juga persibuklah batinimu bersama Dia – pencipta kebaikan dan buruk. Siapa mengenal Dia tentu ia berendah kepada-Nya dan menjaga segala lisan di hadapan-Nya. Sehingga berlipatlah himah yang ia miliki, sedih dan tangisnya bertambah, rasa malu dan sesal atas tindakan-tindakan terdahulu – berupa kesia-siannya – bertambah, juga takutnya bertambah kuat dan bertambah pula ma’rifat dan ilmunya. Karena itu firmankan :
“Sesungguhnya Tuhanmu kuasa melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. 11:107).
Juga firman-Nya :
“Dia tidak ditanya terhadap sesuatu yang diperbuat, dan merekalah yang akan ditanyai.” (Q.S. Al-Anbiya’ : 23)
Berulang kali di hadapan mata sampai yang terdahulu tetap berupa kesia-siaan kejahilan dan duka citanya, maka mencari dari kemaluan (malu) dan takut dari pencabutan orang dan menatap ke arah mendatang.
Apakah diterima atau bahkan ditolak, apakah terebut apa didberikan, atau malah hampa baginya; apakah di hari kiamat ia termasuk teman orang-orang beriman atau kafir. Karena itu sebelumnya Nabi saw. bersabda :
Aku adalah orang yang lebih mengerti Allah daripada kamu dan aku pula yang lebih takut kepada-Nya daripada kamu.” (Riwayat Imam Bukhari)
Di antara sebagian orang yang arif dalam kepelikan dan keganjilan; siapa datang apdanya kecuali orang yang mampu membaca diri tentang sesuatu yang melintasinya, itu pun disertai ilmu. Rahasia yang dimiliki jelas terbaca di Lauh Makhfudz, kemudian terbit dalam hati. Kendati tetap diperintah untuk merahasiakan hal itu, dan tidak diperkenankan menampakkan melalui nafsu kendati dengan alasan misi Islam semata. Bahkan menurutnya antara emas dan debu tidak berbeda, termasuk puji dan cela, pemberian dan penolakan, surga dan neraka, nikmat dan sakit, kaya dan fakir, keberadaan makhluk dan sirnanya. Bila demikian telah sempurna maka keberadaan Allah selalu tumbuh menjadi landasan aktivitasnya. Dari Allah kemudian datang penguasa dan kekuasaan terhadap makhluk. Setiap orang yang melihat tentu mengambil manfaat kepadanya – semata karena keperkasaan Allah dan Nur-Nya yang terpakaian padanya.

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

KITAB FATUR RABBANI WACANA 14 : LARANGAN JADI MUNAFIK


(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Jum’at pagi , 7 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah, di Madrasahmya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.

Wahai sahaya, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
Si fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Wahai sahaya, engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.

Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.

Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.

Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.