Catatan Popular

Sabtu, 24 Januari 2015

UNTAIAN KISAH PARA WALI ALLAH KE 13 : WALI YANG MENINGGAL DIKELILINGI OLEH PARA WALI



Ada seorang wali Allah bernama Abu Jahir telah keluar dari negerinya dan tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kampung asal bersama istri dan keluarganya yang lain.

Di tempat baru ini, dia telah mendirikan sebuah masjid dan beribadah di situ dengan tekun dan tenang. Beliau senantiasa dikunjungi oleh orang yang ingin belajar dan mendalami jalan menuju Allah SWT. Pada suatu hari seorang wali Allah yang lain bernama Soleh Al-Mari berazam untuk menziarahi Abu Jahir untuk mendapatkan barakah dari beliau. Maka pada hari yang telah ditetapkan, berangkatlah Soleh ke negeri tempat tinggalnya Abu Jahir. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan Muhammad bin Wasi’, kenalannya yang juga seorang Wali Allah. “Assalaamuálaikum.” kata Soleh.“Waálaikumussalaam warahmatullah” jawab Muhammad bin Wasi’Kedua wali Allah ini pun berpelukan sambil bertanya kabar masing-masing dan berbual mengenai masalah kesufian.“Engkau hendak pergi ke mana?” tanya Muhammad.“Aku hendak menziarahi rumah Abu Jahir” “Ke rumah Abu Jahir?”“Ya, betul”“Masya Allah, aku juga hendak pergi bersama.” Kedua-duanya pun berangkat menuju ke tempat tinggal Abu Jahir dan setelah berjalan beberapa batu, mereka bertemu dengan seorang lagi Wali Allah bernama Hubaibul Ajami. Mereka bersalaman dan bertanya kabar.“Hendak ke mana anda berdua ini?” tanya Hubaibul Ajami.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Aku juga dalam perjalanan ke sana.”“Kalau begitu eloklah kita pergi bersama”Mereka meneruskan perjalanan dalam keadaan yang sungguh menggembirakan karena bilangan mereka semakin ramai. Setelah sampai di suatu tempat, tiba-tiba mereka berjumpa dengan Malik bin Dinar, seorang wali Allah yang masyhur. Mereka bersalaman.“Hendak pergi ke manakah kamu ini?” tanya Malik bin Dinar.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Subhanallah, aku juga sedang menuju ke sana.”“Kalau begitu, kita pergi bersama.”Sekarang mereka menjadi berempat dengan tujuan yang sama. Dengan kuasa Allah SWT, di tengah perjalanan, mereka berjumpa seorang lagi rekan Wali Allah yang bernama Thabit Al-Bannani. Mereka pun bersalaman dan saling bertanya kabar.“Kamu hendak ke mana?” tanya Thabit.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Masya Allah, saya juga akan ke sana.”“Kalau begitu, kita pergi bersama.”“Segala puji-pujian bagi Allah SWT yang telah mengumpulkan kita dan pergi bersama-sama walaupun tanpa perjanjian” kata Thabit Al-BannaniBerjalanlah ke lima Wali Allah berkenaan menuju rumah Abu Jahir. Sepanjang perjalanan, mereka tidak putus-putus memuji dan bersyukur kepada Allah SWT justru mengaruniakan peluang berjalan bersama menuju ke rumah Wali-Nya. Tidak satu pun ucapan yang keluar dari mulut mereka melainkan perkataan yang mendatangkan manfaat.Setelah berjalan beberapa lama, mereka singgah di suatu tempat untuk berehat dan salat.“Marilah kita salat dua rakaat di sini, agar tempat ini ikut menjadi saksi esok di hari Kiamat di hadapan Allah Azza Wajalla” kata Thabit Al-Bannani“Satu cadangan yang baik” sahut yang lain.Lalu mereka mengerjakan salat bersama-sama dengan penuh khusyuk dan tawaduk. Setelah menunaikan salat, mereka berdoa untuk kepentingan umat Islam sekaliannya untuk di dunia dan di akhirat. Kemudian mereka meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di rumah Abu Jahir.Terasa kedamaian pada mereka apabila terpandang rumah dan masjid yang didirikan oleh Abu Jahir. Namun mereka tidak terburu-buru mengetuk pintu atau minta izin untuk masuk demi menjaga peradaban Wali Allah. Mereka pun duduk di masjid menunggu Abu Jahir keluar untuk salat. Tidak berapa lama kemudian, waktu Zuhur pun masuk. Maka keluarlah Abu Jahir tanpa berucap apa-apa sebaliknya terus masuk ke masjid, berazan, iqamat dan salat. Kelima tetamunya yang mulia itu salat berjemaah berimamkan Abu Jahir.Selepas salat, barulah mereka menemui Abu Jahir satu persatu. Mula-mula sekali Muhammad bin Wasi’. “Assalaamuálaikum” kata Muhammad“Waálaikumussalaam” jawab Abu Jahir disambung dengan pertanyaan “Anda ini siapa?”“Saya saudaramu Muhammad bin Wasi’ ““O...Kalau begitu andalah orang Basrah yang terkenal paling bagus salatnya itu kan?”Muhammad diam tanpa berkata apa-apa.Kemudian, Thabit Al-Bannani maju ke hadapan.“Siapakah anda ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Thabit Al-Bannani”“O...Kalau begitu kamu yang dikatakan sebagai orang Basrah yang paling banyak salatnya itu kan?” Tanya Abu Zahir.Thabit juga diam tanpa berkata apa-apa.Tiba pula giliran Malik bin Dinar.“Siapakah anda ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Malik bin Dinar” jawabnya.“Masya Allah, jadi kamulah yang termasyhur sebagai orang yang paling zuhud di kalangan penduduk Basrah, bukan?”Malik juga tidak berkata apa-apa. Kemudian Hubaib Al-Ajami menemui Abu Jahir.“Anda ini siapa?” tanya Abu Jahir“Saya adalah saudaramu Hubaib Al-Ajami”“Masya Allah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai orang yang mustajab doanya” kata Abu JahirSeperti yang lain, Hubaib mendiamkan diri. Akhirnya tiba giliran Soleh Al-Mari maju ke hadapan untuk memperkenalkan dirinya.“Anda pula siapa?” tanya Abu Jahir.“Saya saudaramu Soleh Al-Mari” jawabnya. “Subhanallah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai qari yang fasih dan bagus suaranya.”Soleh juga tidak mengeluarkan sepatah pun.Abu Jahir bertafakur sebentar seperti mengenangkan sesuatu.“Aku sebenarnya sangat rindu dan ingin mendengar suaramu wahai saudaraku” kata Abu Jahir. “Oleh itu, aku suka engkau bacakan empat atau lima ayat Al Quran karena aku ingin sangat mendengarnya.”Soleh menemui permintaannya lalu dia membuka Al Quran dan membaca Surah Al Furqan : Ayat 22 yang bermaksud :“Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata “Hijraan mahjuuraa” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu debu yang beterbangan”Sebaik saya mendengar bacaan ‘debu yang beterbangan’, Abu Jahir berteriak kuat sehingga pingsan disebabkan rasa ketakutan yang teramat sangat kepada Allah SWT. Apabila beliau sadar dari pingsannya, dia berkata “Silakan ulangi pembacaan ayat tadi”Soleh mengulangi bacaannya dan apabila sampai kepada “Debu yang beterbangan”, sekali lagi Abu Jahir berteriak sehingga rebah di tempat sujud dan wafat ketika itu juga.Soleh dan teman-teman Wali Allah nya sangat terharu menyaksikan kewafatan Abu Jahir yang mengkagumkan itu. Beliau wafat dalam keadaan amat ketakutan mendengar Kalam Ilahi. Tidak lama kemudian, istri Abu Jahir muncul.“Siapakah kalian ini?” tanya isteri Abu Jahir.“Kami datang dari Basrah. Yang ini Malik bin Dinar, Hubaib Al-Ajami, Muhammad bin Wasi’, Thabit Al-Bannani dan saya adalah Soleh Al-Mari” jawab Soleh mewakili para aulia sahabatnya itu.Tiba-tiba perempuan itu berkata “Innaa lillaahiwainnaa ilaihi raajiúun...kalau begitu Abu Jahir telah wafat”Soleh dan rakan-rakan wali Allah nya merasa heran terhadap perempuan itu, karena dia telah memastikan kematian suaminya, padahal dia belum menyaksikannya dan mereka juga belum memberitahunya apa yang telah terjadi.“Dari mana puan tahu bahwa Abu Jahir telah wafat?” tanya mereka keheranan.“Saya telah banyak kali mendengar doanya di mana beliau sering mengucapkan “Ya Allah, kumpulkanlah para Aulia-Mu pada saat ajalku” dan perempuan itu menyambung “Jadi, tidaklah kamu berkumpul di sini sekarang ini melainkan Abu Jahir telah wafat”Rupa-rupanya doa Abu Jahir telah dimakbulkan Allah SWT.Maka para Aulia itu pun menguruskan mayatnya dari memandikan, mengafankan, menyembahyangkan sehinggalah menguburkan.Maha Suci Allah, yang telah mewafatkan hamba-Nya yang mulia dan diuruskan oleh tangan-tangan yang mulia pula. Semoga kita dikumpulkan oleh Allah SWT dalam golongan orang yang baik-baik dan mati syahid. Amin Ya Rabbal Aa’lamiin. Wallahu-a’lam bissawwab....

UNTAIAN KISAH PARA WALI ALLAH KE 12 : MENGUCAPAKAN LAILAHA ILLALLAH 70,000 KALI, ALLAH AKAN MERDEKAKANYA DAR API NERAKA neraka.



Ini adalah kisah pengalaman Abu Yazid Al-Qurtubi dalam buku untaian kisah para wali Allah. Ada hadis yang menerangkan bahawa barangsiapa yang menbaca La-ilaha illallah sebanyak 70,000 kali, akan menjadi tebusan baginya dari api neraka. Abu Yazid Al-Qurtubi telah mendengar akan hadis itu, maka beliaupun menyakini dan dan beramal dengannya. Beliau telah membaca La-ilaha illallah 70,000 kali untuk dirinya, 70,000 kali untuk ibunya, 70,000 kali untuk ayahnya dan lain-lain keluarganya juga dibacakannya masing-masing 70,000 kali. Disamping itu beliau juga telah mengerjakan amal-amal soleh yang lain sama ada yang sunat apalagi yang wajib sebagai pelaburan untuk akhirat.

Dikampung Abu Yazid ada seorang pemuda soleh yang kata orang dia ahli kasy-syaf dapat mengetahui perkara-perkara batin dalam waktu-waktu tertentu. Bahkan adakalanya dia menerangkan perkara-perkara batin dalam waktu-waktu tertentu. Bahkan adakalanya dia menerangkan perkara-perkara yang berkenaan dengan syurga dan neraka. Orang ramai mengakui kekeramatan dan kelebihan pemuda itu walaupun dia masih muda kerana sudah banyak terbukti kebenarannya. Abu Yazid juga mengakui akan keistemewaannya. Pada suatu hari dikampung itu ada seorang yang mempunyai hajat. Dia telah menjemput orang ramai agar datang kerumahnya untuk membaca doa selamat dan jamuan makan minum bersama. Maka ramailah yang datang termasuk Abu Yazid Al-Qurtubi dan pemuda kasy-syaf itu juga hadir sama. Apabila bacaan doa telah selesai, jemaah dijemput makan, maka mulailah mereka makan sambil berbual perkara-perkara agama. Tiba-tiba pemuda kasy-syaf itu berteriak kuat, sehingga menyebabkan semua orang yang hadir berhenti makan dan melihat kedanya. 'Wahai Pakcik! Wahai Pakcik......' kata pemuda itu. 'Ada apa, ada apa?' kata orang ramai. 'Ini dia ibuku.' katanya sambil menunjuk dengan tangannya dan menangis. 'Mana..mana?' 'Didalam neraka.' katanya lagi, lalu menangis kuat-kuat. Orang yang hadir kasihan mendengar tangisnya, namun mereka tidak boleh berbuat apa-apa kerana dia adalah perkara ghaib.

Abu Yazid Al-Qurtubi sangat kasihan melihat pemuda itu. Dia teringat akan bunyi hadis tentang la-ilaha ilallah 70,000 kali. Sekarang dia ingin membuktikan kebenaran hadis itu. Allah mengilhamkan kepadanya agar dia membaca kalimah Tauhid itu sebanyak 70,000 kali dan menghadiahkannya kepada si ibu pemuda yang katanya ada didalam neraka. Maka dengan senyap-senyap dia mengerakkan bibirnya membaca la-ilahaillallah sehinga tujuh puluh ribu kali. Tak ada seorang pun yang menyedari apa yang dilakukan oleh beliau, kecuali Allah saja yang tahu. Setelah selesai dia berkata dalam hatinya : 'Hadis adalah benar dan orang-orang yang meriwayatkannya adalah benar belaka' Kemudian dia berdoa :'Ya Allah sesungguhnya bacaanku tujuh puluh ribu la-ilaha illallah ini aku hadiahkan kepada ibu pemuda ini sebagai penebusnya dari neraka.' Belum habis dia membaca doa , tiba-tiba sipemuda telah tersenyum gembira sambil berkata : 'Wahai Pakcik, ibu ku telah keluar dari neraka. Alhamdulilahi rabbilalamin'.

Abu Yazid sangat kagum akan kemujaraban kalimah tauhid itu. Sekarang dia bertambah yakin akan kebenaran hadis yang diamalkannya, dan beliau tidak bosan-bosan membaca la-ilaha illallah sebanyak-banyaknya kerana telah menyaksikan sendiri akan hasilnya. Dia juga menyuruh orang lain agar mengamalkan apa yang beliau amalkan. Dia bersyukur kepada Allah kerana telah mengilhamkannya agar membaca la-ilaha illallah ketika si pemuda kasy-syaf menjerit itu. Radiallahuanhum.

Dialog antara Iblis dan Nabi Isa



Nabi Isa as menyatakan bahwa dirinya bukanlah Tuhan, melainkan hanya hamba Allah SWT seperti kebanyakan Nabi dan Rasul lainnya.

Kisahnya.

Pada suatu hari Nabi Isa as bertemu dengan iblis laknatullah dan terjadilah percakapan antara keduanya.

Dialog Pertama

Iblis: Wahi Isa bin Maryam, dari sifat Ketuhanan itu sampai engkau mampu berbicara ketika engkau masih bayi. Padahal tak seorang pun yang mampu berbicara seperti engkau sebelum kamu.
Nabi Isa as: Yang memiliki sifat Ketuhanan itu adalah Dzat yang membuat saya mampu berbicara dan Dzat yang mematikan saya, kemudian menghidupkan saya kembali.

Iblis: Bukan begitu maksudku, akan tetapi engkaulah orang yang telah sampai pada tingkat menjadi Tuhan sehingga engkau mampu menghidupkan orang yang telah meninggal dunia.
Nabi Isa as: Bukan begitu, sifat Ketuhanan itu adalah milik ALlah SWT sebagai Dzat yang menghidupkan dan mematikan orang yang saya matikan lalu dihidupkan Allah SWT.
(Jadi bukan saya yang menghidupkan, maksud-red).
Saya hanya perantara saja.
Iblis: Demi Allah, engkau adalah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi.

Begitu iblis berbicara demikian, maka turunlah Malaikat Jibril yang dengan sayapnya, Iblis dipukul sampai ke matahari. Lalu ada pukulan sayap yang kedua iblis terlempar sampai ke sumber air panas lalu dilempar lagi sampai ke lautan yang ke tujuh.

Dialog ke Dua

Ketika Nabi Isa as mengerjakan shalat di Baitul Maqdis, ia ditemui oleh iblis dan berkata,
"Sesungguhnya engkau tidak pantas menjadi seorang hamba, sebaiknya engkau menjadi Tuhan."
Namun Nabi Isa as selalu berusaha melepaskan diri dari gangguan iblis terlaknat itu, namun masih belum bisa terlepas.

Kemudian Iblis berkata lagi,
"Tidak patut engkau menjadi hamba."
Nabi Isa as lalu memohon pertolongan kepada Allah SWT dan kemudian Jibril datang bersama Mikail. Iblis dikepung lalu iblis dihantam dengan sayap Malaikat Jibril dan dibuang ke lembah jurang.

Iblis tidak kenal menyerah dan putus asa dalam menjalankan tugasnya.
Iblis lalu datang lagi kepada nabi Isa as, karena iblis tahu bahwa kedua malaikat itu tidak diutus kecuali hanya untuk itu saja, lainnya tidak.

Iblis mengulangi ucapnnya kepada Nabi Isa as bahwa Nabi Isa as tidak patut menjadi hamba.
Iblis berkata,
"Aku tahu apa yang terjadi ketika engkau marah. Aku mengajakmu untuk sesuatu yang memang seharusnya menjadi hakmu yaitu memerintah setan supaya setan itu tunduk kepadamu, sebab apabila manusia mengetahui bahwa setan-setan itu tunduk kepadamu, maka manusia pun lalu taat kepadamu dan menyembahmu."

"Aku tidak mengatakan bahwa engkau adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan yang lain. tetapi maksud saya engkau adalah Tuhan di bumi dan Allah SWT Tuhan di langit."
Mendengar perkataan iblis yang demikian itu, Nabi Isa as berteriak sekeras-kerasnya hingga Malaikat Israfil turun ke bumi.

Malaikat Jibril dan Mikail yang melihat hal itu segera menangkap iblis kemudian Malaikat Israfil menghantam iblis dengan sayapnya lalu dibuang ke matahari. Nabi Isa as kemudian pergi, tapi masih sempat saja iblis menggoda.
"Wahai Isa, aku bertemu engkau pada hari ini mengalami kesulitan yang sangat luar biasa."

Dialog Ketiga.

Iblis laknatullah masih juga belum kapok meskipun telah dihantam sayap malaikat.
Pada suatu hari, iblis menemui lagi Nabi Isa as dan terjadilah percakapan lagi.

Nabi Isa as: Apakah kamu tidak tahu bahwa sesuatu tidak akan emnimpamu kecuali jika telah ditakdirkan kepadamu?
Iblis: Sekarang coba saja naik ke puncak gunung sana lalu jatuhkan tubuhmu dari puncak gunung itu, apakah engkau hidup atau mati?
Nabi Isa as: Apakah kamu belum mengetahui bahwa Allah SWT berfirman,
"Janganlah hambaKu mengujiKu, karena Aku berbuat sesuatu atas kkemauanKu."
maksudnya adalah jika ALlah SWT menghendaki masih hidup, maka tidak akan mati orang yang terjun dari puncak gunung. Karena hamba tidak bisa menguji Tuhannya tetapi Tuhanlah yan menguji hambaNya.

Iblis: Apakah kamu tidak mengatakan benar? Cobalah ambillah wadah lampu, kemudian pukulkan ke tubuhmu, tentu engkau akan kesakitan bukan?
Nabi Isa as: Kamu ini celaka, bukankah Allah SWT telah melarang seseorang untuk memohon atas kerusakan tubuh.

Dari Kisah Islamiah, dialog antara Nabi Isa as dan Iblis tersebut dapat diambil pelajaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi adalah merupakan kekuasaan dan kehendalk ALlah SWT.
Siapapun dia, bagaimanapun hebatnya, tidak akan mampu lari dari takdir Allah SWT

Dialog Iblis dan Nabi Musa



Ada-ada saja cara iblis ini untuk menggoda kekasih Allah SWT yang satu ini, Nabi Musa as. Meski begitu, usaha iblis selalu kandas, karena Nabi Musa as selalu dilindungi oleh Sang Pencipta.

Kisahnya.

Pada suatu ketika, Nabi Musa as sedang duduk dalam suatu majelis, hingga datanglah seseorang yang mengaku bernama iblis dengan memakai mantel berwarna-warni.
Setelah ia dekat dengan Nabi Musa as, maka mantelnya dilepas lalu diletakkan.

Setelah itu terjadilah dialog sebagai berikut ini.

Dialog dalam Majelis.
Iblis: Assalamu'alaikum wahai Musa.
Nabi Musa as: 'Alaihissalam, siapakah Anda ini?
Iblis: Saya adalah Iblis.
Nabi Musa as: Semoga Allah SWT tidak memberi penghargaan padamu. Apa maksudmu datang kemari?
Iblis: Aku datang kepadamu untuk masuk islam karena kedudukanku di sisi Allah SWT.
Nabi Musa as: Apa yang engkau ketahui tentang dirimu?
Iblis: Aku selalu menggoda hati para hamba Allah SWT.

Nabi Musa as: Apakah sesuatu yang dilakukan manusia, kemudian kamu menguasainya?
Iblis: Jika ia menyombongkan diri, jika ia merasa banyak amalnya, dan jika ia lupa pada dosa-dosanya.

Dialog Riwayat Abu Bakar Al-Quraisy.

Abu Bakar Al-Quraisy berkata dari Ibnu Umar.

Iblis: Wahai Musa, engkau sbagai Rasul yang dipilih oleh Allah SWT dan Allah SWT sendiri yang berbicara denganmu. Sedangkan aku hanyalah makhluk Allah SWT. Aku berdosa kepada ALlah SWT.
Nabi Musa as: Sesungguhnya engkau disuruh Allah SWT supaya engkau bersujud kepada Adam as di kuburnya, maka taubatmu akan diterima.

Lagi-lagi iblis berlaku sombong dan takabur.
Iblis: Ketika Adam masih hidup saja aku tidak mau bersujud kepadanya, apalagi aku disuruh sujud ketika dia sudah meninggal dunia.
Nabi Musa as: Janganlah berlaku sombong dan takabur.
Iblis: Wahai Musa, engkau mempunyai hak untuk memohon pertolongan kepada Tuhanmu. Maka ingatlah kepadaku dalam 3 hal.

Tiga hal pesan Iblis kepada Nabi Musa as.
1. Ingatlah kepadaku ketika engkau marah, karena petunjukku ada di dalam hatimu, dan mataku ada di dalam matamu, serta aku berjalan di tubuhmu melalui jalannya darah.
2. Ingatlah kepadaku ketika engkau dalam pertempuran, dalam peperangan. Karena aku datang pada anak Adam untuk mengganggu ketika bertempur. Maka ingatkanlah tentang keluarganya dan hartanya.
(Dengan begitu tidak akan mundur perang).
3. Jangan sekali-kali di tempat sepi bersama seorang perempuan.
(Maksudnya dia iblis akan mengganggu supaya keduany sama-sama terjerumus).