Catatan Popular

Rabu, 25 Julai 2018

ABU BAKAR ASH SHIDDIQ SAHABAT SETIA RASULULLAH


Nama asli yang diberikan oleh orangtuanya adalah Abdullah Bin Uthman. Nama Abu Bakar diberikan kepadanya oleh Rasulullah karena Ia adalah orang yang menyegerakan diri dalam menerima Islam.

Gelar As-Shiddiq artinya membenarkan, karena Abu Bakar selalu membenarkan apa yang dikatakan oleh Rasulullah.
Abu Bakar dan Nabi Muhammad SAW adalah sahabat yang sangat dekat, bahkan sejak sebelum Abu Bakar memeluk Islam. Usia Abu Bakar hanya 2 tahun lebih muda dari Rasulullah. Umur para sahabat yang lain kala itu masih sangat muda, Ali bin Abi Talib masih kanak-kanak, Uthman Bin Affan sudah menginjak dewasa dan masuk Islam di usia 28 tahun. Abu Bakar sendiri masuk Islam di usia 38 tahun.

Hubungan Abu Bakar dengan Rasulullah tidak hanya sebagai sahabat, namun juga penasihat, pendukung finansial untuk kepentingan islam dan orang yang senantiasa mendampingi Rasulullah dalam segala kondisi. Tidak hanya sebagai sahabat, Abu Bakar adalah bapak mertua bagi Rasulullah yang menikahi putrinya, Aisha.

Abu Bakar adalah sosok pria dengan sosok tak seberapa tinggi dengan kulit cerah. Bertubuh langsing atau boleh dikatakan sangat kurus sampai-sampai tulang pipinya terlihat menonjol.

Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang berjiwa sosial dan mudah bergaul. Beliau mudah diterima dan disukai siapa saja karena kemampuannya beradaptasi dan berkomunikasi. Orang-orang senang duduk dan mengobrol dengan Abu Bakar karena sifatnya yang sangat penyayang dan sangat ramah. Abu bakar adalah pengusaha sukses yang berkelana dari satu tempat ke tempat lain secara musiman, bertemu dengan banyak orang, mengenal pemimpin-pemimpin suku berikut silsilahnya, dan sangat terkenal. Bahkan orang-orang lebih familiar dengan wajah Abu Bakar dibandingkan Rasulullah SAW.

Sifat Abu Bakar yang paling menginspirasi adalah selalu menjadi yang pertama dalam segala sesuatu dan, apa yang beliau lakukan semata-mata untuk Allah bukan untuk kepentingan dunia. Namun beliau mempunyai kelemahan yaitu mudah marah. Tetapi Abu Bakar akan dengan cepat menyadari hal tersebut dan langsung meminta maaf kepada orang yang ia hadapi. Hal itulah yang membuat orang-orang disekitarnya dapat menerimanya dengan baik.

Abu Bakar terkenal sebagai orang yang selalu pertama dalam hal apapun. Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk islam, khalifah pertama, dan satu-satunya sahabat yang mendampingi Rasulullah dalam hijrah. Suatu hari Rasulullah sedang duduk di masjid dan bertanya kepada para Sahabat, “Siapakah yang hari ini berpuasa?”
Abu Bakar mengangkat tangannya.
“Siapakah yang hari ini menjenguk orang sakit ?”
Abu Bakar mengangkat tangannya.
“Siapakah yang hari ini mengiringi kepergian jenazah?”
Abu Bakar mengangkat tangannya.
“Siapakah yang hari ini sudah bersedekah?”
Lagi-lagi, Abu Bakar mengangkat tangannya.
Semua orang di mesjid itu saling berpandangan dan menemukan bahwa satu-satunya tangan yang sedari tadi terangkat adalah Abu Bakar.

Bagaimana dia bisa mencapai prestasi seperti itu? Bagaimana dia melakukannya? Bukankah setiap manusia mempunyai ego individu yang terkadang sulit dikalahkan?

Dikisahkan, Abu Bakar setiap hari pergi ke rumah seorang wanita buta. Beliau membersihkan rumah wanita itu, mengurus anak-anaknya, mengurus hewan peliharaannya tanda sedikitpun wanita itu tahu siapa orang yang selalu datang ke rumahnya tersebut dan apa saja yang dilakukannya. Yang ia tau hanyalah seorang lelaki berhati emas yang datang dan mempersiapkan segala sesuatu untuknya.


ABU BAKAR MENANGIS DI SAAT YANG LAIN GEMBIRA


Diriwayatkan bahwa setelah turun wahyu Al quran Surat Almaidah ayat 3, menangislah Umar bin Khattab ra. Maka Nabi SAW berkata kepadanya, “Apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis, hai Umar? ”

Umar menjawab, “Kita semua sudah berada dalam agama yang sempurna. Tetapi bila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan, maka diatas itu tidak ada lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran.”

Nabi menukas, “Benar engkau!”

Ayat Al-Maidah 3 diturunkan di Padang Arafah pada hari Jumat sesudah Ashar, yakni di saat Nabi berkendaraan di atas untanya. Sesudah itu apa-apa yang berkenaan dengan perintah- perintah yang fardhu tidak turun- turun lagi dari langit.

Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk mendugaduga kemungkinan- kemungkinan yang terselip dalam arti yang di atas sehingga beliau  hanya terengah dan bertelekan di atas untanya saja. Unta pun berhenti terhenyak dan Malaikat Jibril pun datanglah sambil berkata kepada Nabi, “Ya Muhammad! Hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Dari itu, kumpulkanlah semua sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa aku tidak akan turun- turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudah hari ini!”

Maka pulanglah Nabi dari Makkah kembali ke Madinah. Di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakanlah ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril padanya itu.

Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya kecuali Abu Bakar. Para sahabat berkata, “Telah sempurnalah agama kita!”

Tetapi Abu Bakar Asshidiq pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih. Dikuncinya pintu rumahnya dan ia pun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal itu didengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu Bakar assidiq ra.

“Kenapa kerjamu menangis saja, hai Abu bakar, di saat orang lain semua bersuka ria. Bukankah Tuhan telah menyempurnakan agama kita?” tanya para sahabat.

Abu bakar sidiq ra menjawab: “Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai kepada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya. Dalam ayat terbayang perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib HAaan Husein yang akan menjadi anak yatim, serta para isteri Nabi yang menjadi janda.”

Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh para tetangga yang lain. Mereka datang langsung kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau tentang hakikat kejadian yang sebenarnya.

“Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami hanya mendengar pekik tangis mereka belaka.”

Mendengar itu berubahlah wajah Rasulullah dan ia pun bertanya, :  “Apakah yang kalian tangiskan?”

Yang menjawab adalah Ali, “Abu bakar berkata kepada kami, ‘Sesungguhnya aku mendengar angin kematian RAsulullah berdesir melalui ayat ini,’ dan dapatkah ayat ini dijadikan bukti bagi kematian engkau?”

Nabi menjawab, “Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa kepergianku dari kalian semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kalian semua.”

Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu bakar seorang yang paling arif dan cerdas di antara para sahabat Nabi. Dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu, ia pun berteriak dan lantas jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah; mereka semua ketakutan dan menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhluk-makhluk yang melata di bumi.

ABU BAKAR ASH SHIDDIQ SANG PEMBELA RASULULLAH


Nama tokoh agung kita dan sahabat mulia ini adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Bani Taim sendiri adalah salah satu dari 12 cabang suku Quraisy, namun tidak termasuk ke dalam kelompok-kelompok besar.

     Ia diberi gelar Al-Atiq dan diberi nama keluarga Abu Bakar. Kemudian ia lebih dikenal dengan sebutan Ash-Shiddiq. Pada masa Jahiliyah ia termasuk salah seorang penasehat dan sangat terpandang di kalangan kaum Quraisy. Ia adalah orang yang paling mengerti tentang silsilah keturunan Quraisy. Di samping itu ia dikenal pulasebagai seorang pedagang yang sering mengadakan perjalanan ke berbagai pelosok daerah. Selain itu, di masa jahiliyah ia adalah orang yang sangat membenci minuman keras. Bahkan ia tidak pernah menyembah dan bersujud kepada sebuah berhala. Ia adalah sahabat Rasulullah di masa Jahiliyah dan orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua. Dalam Islam, ia dianggap sebagai orang kedua setelah Rasulullah.

     Ia adalah lelaki yang pertama kali memenuhi seruan Rasulullah untuk memeluk Islam tanpa sedikitpun meragukan kebenaran risalah yang dibawa oleh beliau. Sehingga keimanannya yang mantap terhadap risalah yang dibawa oleh Rasulullah itu menjadikan dirinya mendapatkan gelar tertinggi setelah para nabu, yaitu Ash-Shiddiq.

     Allah berfirman:
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
QS:An-Nisaa | Ayat: 69

     Setelah dirinya memeluk Islam, Abu Bakar adalah seorang sahabat yang setia menemani Rasulullah hingga beliau wafat. Ia hijrah bersama Rasulullah ke Madinah dan ia pula yang menemani Rasulullah singgah di dalam gua untuk berteduh dan berlindung dari kejaran kaum kafir Quraisy dalam perjalanan hijrahnya.

     Allah berfirman:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  QS:At-Taubah | Ayat: 40

     Abu Bakar selalu terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah, khususnya peperangan yang dialami oleh Rasulullah. Ia adalah orang yang tidak pernah lari dalam peperangan dan tetap kokoh berjuang ketika banyak pasukan melarikan diri pada saat Perang Uhud dan Perang Hunain. Abu Bakar dikenal sebagai salah seorang pemberani yang selalu tampil gagah perkasa di setiap medan peperangan. Ia tidak pernah bergeser dari posisinya agar selalu berada di posisi Rasulullah, untuk membela dan melindunginya. Abu Bakar dikenal pula sebagai seorang dermawan yang menginfakkan sebagian besar hartanya untuk berjihad di jalan Allah.

     Dan ialah yang dimaksud dalam firman Allah:

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, QS:Al-Lail | Ayat: 17

yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, QS:Al-Lail | Ayat: 18

     Rasulullah bersabda:

Tidak ada harta yang lebih bermanfaat bagiku, selain dari hartanya Abu Bakar.

     Pada saat Perang Tabuk, Abu Bakar menginfakkan semua hartanya sebagai bekal pasukan Muslimin, saat beliau memegang tampuk pimpinan. Banyak sahabat yang masuk Islam karena perantara dakwahnya, di antaranya adalah: Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Abdurrahman bin Auf. Dan ia pun banyak membeli sejumlah budak yang mendapatkan siksaan keras dari tuannya ia memerdekakan budak yang dibelinya, di antaranya adalah: Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah, Zanirah, dan lainnya.

     Rasulullah mengutusnya sebagai ketua rombongan haji pada tahun 9 H. Tatkala Rasulullah ditimpa sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda:

     “Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat bagi orang-orang.

     Keislaman Abu Bakar telah menjadikannya sebagai orang yang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ali bin Abu Thalib, “Sebaik-baik umat ini setelah Rasulullah adalah Abu Bakar, dan sebaik-baik umat ini setelah Abu Bakar adalah Umar.” (HR. Ahmad)

     Keislamannya banyak membawa manfaat besar bagi Islam dan kaum Muslimin, karena setelah ia masuk Islam ia mulai menyampaikan dakwahnya kepada orang lain. Dengan keislaman dan kegigihannya dalam berdakwah, akhirnya Allah membukakan hati orang-orang yang ia dakwahi untuk menerima kebenaran Islam.

     Di samping itu, ia juga banyak membebaskan budak-budak yang disiksa karena masuk Islam seperti Bilal bin Rabah dan Amir bin Fuhairah.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Dari Aisyah bahwa beliau berkata, ‘Abu Bakar telah memerdekakan tujuh orang budak yang disiksa di jalan Allah; di antaranya yang beliau merdekakan adalah Bilal bin Rabah dan Amir bin Fuhairah’.

     Bilal bin Rabah, ialah salah satu dari sekian banyak budak yang disiksa oleh Umayah bin Khalaf. Ia disiksa dengan berbagai macam bentuk penyiksaan. Suatu hari ia direbahkan di atas padang pasir yang panas lalu Umayah meletakkan batu besar yang panas di atas perutnya.
Kemudian Umayah berkata, “Demi Allah, engkau akan tetap terus begini sampai mati atau engkau mengingkari Muhammad dan menyembah Latta dan Uzza.

     Kemudian Abu Bakar pun menghampirinya kemudian ia membeli Bilal dari tuannya dan memerdekakan Bilal karena Allah.

     Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair bahwa ia berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak memerdekakan budak yang masuk Islam di Mekkah. Beliau juga memerdekakan budak-budak wanita yang masuk Islam. Lalu ayahnya berkata, ‘Wahai anakku, aku lihat engkau memerdekakan orang-orang yang lemah. Mengapa engkau tidak memerdekakan seorang lelaki yang kuat sehingga mereka bisa membantu dan membelamu?’ Abu Bakar pun menjawab, ‘Wahai ayahku, aku menginginkan apa yang di sisi Allah’.

     Di samping itu Abu Bakar juga memberikan banyak tunjangan dan bantuan kepada orang-orang yang lemah dan miskin. Di antara yang mendapatkan tunjangannya itu ialah Misthah bin Utsatsah. Ketika terjadi peristiwa Hadits Al-Ifki atau kabar bohong yang mencemarkan nama baik putrinya, Aisyah, ia ikut dalam penyebaran berita bohong itu. Abu Bakar bersumpah akan memutuskan tunjangannya kepada Misthah karena keterlibatannya itu. Kemudian turunlah wahyu yang membersihkan nama Aisyah dari tuduhan yang keji tersebut, yaitu:

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.  QS:An-Nuur | Ayat: 11
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".  QS:An-Nuur | Ayat: 12
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.  QS:An-Nuur | Ayat: 13
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. QS:An-Nuur | Ayat: 14
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. QS:An-Nuur | Ayat: 15
Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar". QS:An-Nuur | Ayat: 16
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. QS:An-Nuur | Ayat: 17
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS:An-Nuur | Ayat: 18
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. QS:An-Nuur | Ayat: 19
Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
QS:An-Nuur | Ayat: 20
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS:An-Nuur | Ayat: 21
     Setelah jelas kesucian dari Aisyah dan orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita bohong itu telah dicambuk 80 kali termasuk Misthah, maka Allah menegur Abu Bakar atas sumpahnya itu dengan menurunkan firman-Nya:
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, QS:An-Nuur | Ayat: 22
     Mendengar turunnya ayat tersebut, Abu Bakar langsung berkata, “Tentu demi Allah, aku ingin agar Allah mengampuniku.” Lalu beliau pun menyalurkan kembali nafkah yang selama ini biasa ia berikan kepada Misthah seraya berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memutuskan nafkah tersebut untuk selama-lamanya.
     Betapa pemurahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau tetap memberikan bantuannya hingga kepada orang yang pernah menyakitinya sekalipun.
     Abu Bakar memiliki banyak sekali keutamaan dan kebaikan. Di antara keutamaan-keutamaannya adalah:

1.
      Paling berjasa dalam membela dakwah Rasulullah. 

           Beliau bersabda, Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh menjadikan kekasih sejati selain Tuhanku, maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi hubunganku dengannya hanyalah sebagai saudara seiman dan kecintaan kepadanya. Tidaklah terdapat pintu masjid kecuali ditutup, kecuali pintu Abu Bakar.” (HR. Al-Bukhari)

2.      Sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah.
     Dari Amr bin Al-Ash bahwa Rasulullah mengutusnya untuk memimpin pasukan dalam Perang Dzatus Salasil, lalu aku mendatangi beliau dan bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?”, maka beliau menjawab, “Aisyah.” Aku bertanya lagi, “Dari kalangan lelaki?” Lalu beliau menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar)”, Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” beliau bersabda, “Kemudian Umar bin Al-Khattab.” Dan kemudian beliau menyahut beberapa orang lagi. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3.
      Selalu terdepan dalam setiap kebaikan.
Umar bin Al-Khattab berkata, “Pada suatu hari, Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk bershadaqah, dan saat itu kebetulan saya memiliki sejumlah harta. Lalu saya bergumam, ‘Hari ini saya akan mendahului Abu Bakar, kalau suatu hari saya mampu mendahuluinya. Akhirnya saya mendatangi Rasulullah dengan membawa separuh hartaku.’ Maka Rasulullah bertanya kepada saya, ‘Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Saya pun menjawab, ‘Separuhnya lagi.’ Lalu datanglah Abu Bakar dengan membawa semua yang ia miliki, dan berkatalah Rasulullah kepadanya, ‘Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Maka ia menjawab, ‘Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.’ Saya pun berkata, ‘Aku tidak akan pernah bisa mendahuluimu dalam hal apapun’.” (HR. Abu Dawud dihasankan Al-Albani)
     Dari riwayat tersebut para ulama tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud dalam firman Allah berikut ini adalah dirinya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq:

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, QS:Al-Lail | Ayat: 17
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, QS:Al-Lail | Ayat: 18

4.
      Sahabat yang dijuluki oleh Rasulullah sebagai Ash-Shiddiq yaitu orang yang paling jujur lagi terpercaya.
     Dari Qatadah, bahwa Anas bin Malik menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman, saat itu tiba-tiba gunung Uhud berguncang, maka beliau bersabda, “Tenanglah Uhud, karena sesungguhnya yang berada di atasmu adalah seorang Nabi, Shiddiq, dan dua orang yang syahid.” (HR. Al-Bukhari)

5.
      Sahabat yang menjadi pendamping Rasulullah saat beliau diburu oleh orang-orang kafir Quraisy.

     Allah berfirman:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS:At-Taubah | Ayat: 40
     Disebutkan dalam sirah, bahwa sesampainya mereka berdua di depan gua Tsur, Abu Bakar berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, janganlah engkau masuk ke dalam gua ini sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalamnya ada sesuatu yang berbahaya, biarkanlah saya yang terkena terlebih dahulu, asal tidak ada musibah yang menimpamu”.

Lalu Abu Bakar memasuki dengan menyingkirkan kotoran dan sampah yang menghalanginya. Lalu ia merobek mantel yang ia kenakan menjadi dua bagian guna menutup lubang dan celah yang ada di dalam gua, karena ia khawatir akan keluar binatang yang tertentu yang dapat melukai Rasulullah. Setelah ia merasa bahwa kondisinya telah aman, Abu Bakar berkata kepada beliau, “Masuklah!”, maka beliau pun masuk ke dalam gua. Setelah mengambil tempat di dalam gua, beliau merebahkan kepalanya di atas pangkuan Abu Bakar dan tertidur. Tiba-tiba Abu Bakar disengat hewan dari lubang dekat tempat duduknya. Namun ia tidak berani bergerak, karena takut akan mengganggu tidur Rasulullah. Dengan menahan sakit, akhirnya air matanya menetes ke wajah beliau. Raasulullah pun terbangun dan bertanya, “Apa yang terjadi denganmu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar pun menjawab, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Aku digigit binatang.” Kemudian Rasulullah meludahi bagian yang digigit tersebut hingga hilanglah rasa sakitnya.

6.
      Sahabat yang paling bersemangat dalam mengerjakan amal kebajikan.
     Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang berpuasa hari ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Lalu Rasulullah bertanya kembali, ‘Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengiringi jenazah?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Rasulullah pun melanjutkan pertanyaannya dan berkata, ‘Siapa di antara kalian yang telah memberi makan kepada orang miskin?’ Abu Bakar menjawab lagi, ‘Saya.’ Rasulullah pun bertanya kembali, ‘Siapa di antara kalian yang telah menjenguk orang yang sakit?’ Abu Bakar kemudian menjawab, ‘Saya.’ Mendengar itu semua Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah semua hal tadi terkumpul dalam diri seseorang, kecuali ia akan masuk surga’.” (HR. Muslim)

7.
      Beliau adalah sahabat Rasulullah yang paling utama.
     Dari Abdullah bin Umar ia berkata, “Dahulu kami memilih manusia yang terbaik pada zaman nabi, maka kami memilih Abu Bakar, kamudian Umar bin Al-Khattab, kemudian Utsman bin Affan.” (HR. Al-Bukhari)
     Penilaian para sahabat tersebut juga dibenarkan oleh Ali bin Abu Thalib, khalifah yang keempat. Muhammad Al-Hanafiyyah berkata, “Saya pernah bertanya kepada ayahku (Ali bin Abu Thalib), ‘Siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakar.’ Saya bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ maka beliau menjawab, ‘Umar bin Al-Khattab.’ Aku pun khawatir jika beliau menyebutkan Utsman bin Affan setelah mereka berdua, maka aku katakan, ‘Kemudian engkau.’ Maka ia pun menjawab, ‘Aku hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin’.” (HR. Al-Bukhari)
     Keutamaan Abu Bakar juga diakui oleh para sahabat lain yang hidup sezaman dengannya. Mereka semua memuji dan mencintainya. Demikian pula para Tabi’in, generasi yang datang setelah para sahabat, semuanya mencintainya. Al-Baihaqi meriwayatkan dalam Syu’ab Al-Iman dari Umar bin Al-Khattab bahwa ia berkata, “Seandainya keimanan Abu Bakar ditimbang dengan keimanan seluruh penduduk bumi, niscaya akan lebih berat keimanan Abu Bakar Ash-Shiddiq!
     Ketika Abu Bakar wafat dan telah dikafani, Ali bin Abu Thalib masuk untuk menengoknya, seraya berkata, “Tidak ada seorang pun yang menghadap Allah dengan kitab catatan amal yang labih aku sukai dari orang ini.
     Ali bin Abu Thalib juga pernah berkata, “Barang siapa yang menganggap aku lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar bin Al-Khattab, maka aku akan mencambuknya seperti orang yang melemparkan tuduhan dusta (yaitu dicambuk sebanyak 80 kali).
     Asy-Sya’bi (seorang imam di kalangan Tabi’in) berkata, “Allah telah mengkhususkan Abu Bakar dengan empat perkara yang tidak Dia berikan kepada siapa pun di antara hamba-hamba-Nya: Dia menyebutnya Ash-Shiddiq dan tidak ada seorang pun yang diberi gelar Ash-Shiddiq selain dirinya, ialah yang menemani Rasulullah ketika berada di gua Tsur. Ialah pendampingnya ketika beliau hijrah, dan ialah yang disuruh oleh Rasulullah untuk mengimami shalat sementara kaum Muslimin sebagai makmumnya.

8.
      Mendapatkan labar gembira bahwa ia akan memasuki surga dari kedelapan pintunya.
     Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menafkahkan sepasang (yakni sepasang kuda, atau dinar dan dirham, atau sepasang lainnya) di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba-hamba Allah, inilah kebaikan. Barang siapa termasuk ahli shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barang siapa yang termasuk dari ahli jihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa yang termasuk ahli puasa, ia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Barang siapa yang termasuk dari ahli shadaqah, ia akan dipanggil dari pintu shadaqah’.
     Lalu Abu Bakar berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Cukuplah seseorang dipanggil dari salah satu pintu tersebut, lalu adakah yang dipanggil dari seluruh pintu?” Rasulullah menjawab, “Ada, dan saya berharap engkau termasuk orang yang dipanggil dari seluruh pintu tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
     Itulah semua keutamaan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq.
     Tentang kekhalifahan Abu Bakar sendiri, sebenarnya telah diisyaratkan oleh Rasulullah. Terdapat isyarat bahwa ialah yang layak menjadi khalifah bagi kaum Muslimin sepeninggal Rasulullah. Isyarat tersebut bisa terlihat dari dua sisi.
     pertama, Rasulullah pernah berniat untuk menuliskan pesan untuk Abu Bakar saat beliau sakit. Dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah mengatakan kepada saya saat beliau sakit, ‘Panggillah Abu Bakar dan saudara lelakimu agar aku menulis sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang-orang yang menaruh harapan (menjadi pemimpin bagi kaum Muslimin) dan mengatakan, ‘Aku lebih berhak.’ Sesungguhnya Allah dan kaum Mukminin enggan menerima kecuali Abu Bakar’.” (HR. Muslim)
     kedua, diperintahkannya Abu Bakar untuk menjadi imam dalam shalat saat Rasulullah sakit. Ini berarti beliau mengindikasikan isyarat kepemimpinan Abu bakar.
     Dari Abu Musa ia berkata, “Ketika Rasulullah sakit dan kondisi beliau semakin parah, beliau berkata, ‘Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.’ Aisyah berkata, ‘sesungguhnya ia adalah seorang lelaki yang berhati lembut; jika ia berdiri menggantikan posisimu, ia tidak akan mampu menjadi imam shalat.’ Beliau mengulangi perkataannya, ‘Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.’ Aisyah pun mengulangi ucapannya yang pertama. Lalu Rasulullah bersabda, ‘Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat, sesungguhnya kalian seperti saudari-saudari Yusuf.’ Rasulullah pun akhirnya mendatangi Abu Bakar dan ia menjadi imam dalam shalat di saat Rasulullah masih hidup.” (HR. Al-Bukhari)
     Imam Al-Khaththabi mengomentari hadits riwayat Abu Dawud yang senada dengan riwayat di atas, “Dalam riwayat-riwayat ini, ada isyarat akan kekhalifahan Abu Bakar. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataan Rasulullah, ‘Allah dan kaum Muslimin menolak itu.’ Yang dapat dipahami bahwa Rasulullah tidak bermaksud untuk menolak bolehnya kaum Muslimin untuk shalat di belakang Umar bin Al-Khattab, karena shalat di belakang Umar dan selainnya dari kaum Muslimin hukumya boleh. Akan tetapi yang beliau maksudkan adalah kepemimpinan yang merupakan kekhalifahan dan pengganti Rasulullah dalam memimpin urusan umat setelah beliau.” Dan ini merupakan bukti tentang keabsahan kekhalifahan Abu bakar.
     Sepeninggal Rasulullah, kaum Anshar sangat membutuhkan seorang Khalifah yang akan mengatur berbagai urusan mereka di Madinah. Sebab jika tidak, maka Madinah akan berada dalam ancaman orang-orang kafir yang mengintai setiap saat dan siap untuk menyerang mereka.
     Kaum Anshar mengira bahwa setelah meninggalnya Rasulullah, kaum Muhajirin akan kembali ke Mekkah. Maka, mereka segera berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk melakukan musyawarah di antara mereka guna membicarakan siapa yang akan menjadi pemimpin. Dalam musyawarah tersebut, mareka sepakat untuk memilih Sa’ad bin Ubadah sebagai khalifah sekaligus berniat untuk membaiatnya.
     Hal tersebut diketahui oleh kaum Muhajirin; maka Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab, dan Abu Ubaidah datang menemui mereka guna mengklarifikasi masalah tersebut. Setibanya di tempat itu, Abu Bakar berpidato untuk menyampaikan pendirian kaum Muhajirin dengan lemah lembut dan argument yang kuat dan bijak. Inti pidatonya adalah menyampaikan keutamaan kaum Muhajirin sebagai orang-orang yang mula-mula beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya, membela beliau dan mengalami penderitaan dalam memperjuangkan Islam bersamanya. Karena itu kaum Muhajirin lebih berhak untuk memimpin umat ini sesudah Rasulullah wafat.
     Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum Anshar juga memiliki kemuliaan dalam Islam, karena tidak ada yang dapat menandingi keutamaan mereka dalam membantu dan menolong kaum Muhajirin yang berhijrah untuk mempertahankan Islam. Semoga Allah meridhai kaum Anshar karena mereka telah membela agama dan Rasul-Nya serta para sahabatnya. Demikianlah inti dari pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq.
     Akan tetapi kaum Anshar kemudian mengusulkan pendapat untuk mengangkat dua pemimpin. Bagi Anshar ada pemimpin dan bagi Muhajirin ada pula seorang pemimpin. Namun dengan tegas Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya orang-orang Arab tidak mengakui kekuasaan ini kecuali untuk orang-orang Quraisy.
     Setelah kaum Anshar mengetahui bahwa kaum Muhajirin akan tetap tinggal di Madinah dan tidak akan meninggalkannya, maka akhirnya mereka menerima dengan lapang dada bahwa kaum Muhajirin lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan, dan akhirnya mereka semua sepakat.
     Melihat seluruh yang hadir di sana telah sepakat akan kepemimpinan kaum Muhajirin, Abu Bakar dengan sigap berdiri dan menyalonkan dua sahabatnya yaitu Umar bin Al-Khattab dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
     Melihat sikap Abu Bakar yang mengajukan dirinya, Umar bin Al-Khattab pun berkata, “Tidak! Akan tetapi kamilah yang akan membaiatmu, karena engkau adalah pemimpin kami, sebaik-baik orang di antara kami, dan engkau lebih dicintai oleh Rasulullah. Lalu Umar bin Al-Khattab menyebutkan keutamaan-keutamaan Abu Bakar yang lainnya.
     Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “ketika Rasulullah wafat, orang-orang Anshar berkata, ‘Kami akan menjadikan seorang pemimpin untuk kami dan kalian menjadikan seorang pemimpin untuk kalian.’ Lalu Umar bin Al-Khattab mendatangi mereka seraya berkata, ‘Bukankah kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah telah menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat ketika beliau sakit? Maka siapakah di antara kalian yang berani mendahului Abu Bakar?’ Mereka menjawab, ‘Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan yang mendahului Abu Bakar’.” (HR. An-Nasa’i, dengan sanad hasan)
     Akhirnya Abu Bakar dibaiat secara khusus dan resmi di Saqifah pada hari Senin, Rabi’ul Awwal tahun 11 H.
     Pada hari berikutnya, Abu Bakar keluar menuju masjid dan orang-orang yang ada di masjid waktu itu langsung membaiatnya. Dan setelah baiat umum ini, Abu Bakar memberikan khutbahnya yang terkenal dan tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah:
     “Segala puji hanya milik Allah. Wahai kaum Muslimin semuanya, kalian telah memilihku sebagai khalifah padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku berlaku adil, maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat aniaya, maka nasehati dan luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan dusta merupakan penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat menurut pandanganku hingga aku berikan haknya. Dan orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang lemah dalam pandanganku hingga ia tunaikan kewajibannya. Janganlah kalian berhenti berjihad, tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali mereka akan menerima kehinaan dari Allah. Taatilah aku selama aku berada dalam ketaatan Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, jika aku bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada ketaatan atas kalian kepadaku.
     Selain itu, Abu Bakar adalah sosok pribadi yang sangat istimewa yang ditarbiyah oleh oleh madrasah kenabian. Dalam dirinya terhimpun keimanan yang kokoh, keteguhan hati bagaikan karang di tengah lautan, kedalaman ilmu, kelembutan hati, kerendahan hati yang luar biasa, pembelaan Allah terhadap Rasulullah dengan segenap jiwa dan hartanya, kepedulian terhadap nasib orang-orang yang lemah dan budak belian, kedermawanan yang tinggi, kebijaksanaan, keberanian dan sekian banyak lagi akhlak-akhlak terpuji yang tidak mungkin dapat diungkapkan dengan kata-kata. Karena kepribadiannya yang istimewa itulah maka kaum Muslimin berselisih pendapat untuk mengangkatnya sebagai khalifah sepeninggal Rasulullah.
     Setelah Abu Bakar dibaiat oleh kaum Muslimin sebagai khalifah pertama bagi umat ini, baliaulah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah.
     Banyak sekali prestasi gemilang yang telah beliau torehkan dalam sejarah umat ini. Beliau tercatat sebagai seorang khalifah yang bisa dijadikan panutan oleh para pemegang kekuasaan atau siapapun yang mendapatkan amanat untuk mengatur urusan kaum Muslimin. Karena hanya para pemimpin yang mampu berbuat adillah yang akan dapat memasuki surga Allah dan akan mendapatkan naungan di saat tidak ada naungan lagi kecuali naungan dari-Nya.
     Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘tujuh orang yang akan Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Nya; pertama, seorang pemimpin yang adil…’.” (HR. Al-Bukhari)
     Bahkan para pemimpin yang adil merupakan orang-orang yang tidak tertolak doanya.
     Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Ada tiga orang yang tidak akan Allah tolak doanya, yaitu: (1) orang yang banyak berdzikir kepada Allah’ (2) doa orang yang terzalimi; (3) seorang pemimpin yang adil’.” (HR.Al-Baihaqi, dihasankan oleh Al-Albani)
     Di samping hal itu, kaum Muslimin memang diperintahkan untuk mengikuti sunnah para Khulafa’ur Rasyidin yang salah satu dari mereka adalah Abu Bakar, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah ketika beliau memberikan nasehat kepada para sahabat dengan nasehat yang telah membuat air mata mengucur dan membuat jiwa bergetar:
     “Saya berwasiat kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, tetap mendengarkan dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah budak dari Habasyah; karena sesungguhnya barang siapa yang hidup di antara kalian akan melihat banyak perbedaan. Berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang diadakan, karena sesungguhnya ia merupakan kesesatan. Barang siapa yang mendapati itu di antarakalian, maka berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata: hasan shahih)
     Di antara kegemilangan yang paling tinggi yang telah beliau raih dalam masa kepemimpinannya adalah:
1.      Instruksinya agar jenazah Rasulullah diurus hingga selesai dikebumikan.
2.      Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Rasulullah sebelum wafat.
3.      Kebijakannya dalam menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapannya ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
4.      Perintah beliau agar mengumpulkan Al-Qur’an.
     Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun 12 H, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum Muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur sebagai syuhada dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih Al-Bukhari.
     Kegemilangan beliau juga Nampak dari pernyataan Abdullah bin Ja’far yang berkata, “Saat Abu Bakar memimpin kami, beliau adalah sebaik-baik khalifah, orang yang paling kasih sayang terhadap kami dan yang paling lemah lembut terhadap kami.
     Setelah sekian tahun Abu Bakar Ash-Shiddiq memimpin kaum Muslimin sebagai khalifah, akhirnya beliau menderita selama sakit selama 15 hari. Setelah sakit, akhirnya beliau dipanggil oleh Allah sang pencipta alam semesta pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M). Beliau dimakamkan di samping makam suri teladan dan sahabat tercintanya, Rasulullah.
     Alangkah bahagianya Abu Bakar, karena ia termasuk salah seorang yang telah dikabarkan Rasulullah akan masuk surga. Tidak ada kabar gembira yang lebih besar dari surga, hunian abadi orang-orang yang bertakwa lagi penuh dengan gemilang kenikmatan.
     Dari Abu Musa dalam sebuah hadits yang cukup panjang, ia berkata, “Sesungguhnya aku akan menjadi penjaga pintu Rasulullah hari ini.” Lalu datanglah Abu Bakar mendorong pintu. Aku berkata, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Abu Bakar Ash-Shiddiq.” Lalu aku berkata, “Tunggu dulu.” Kemudian aku pun pergi menemui Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar Ash-Shiddiq datang meminta izin (untuk masuk).” Beliau bersabda, “Izinkan ia dan berilah kabar gembira baginya dengan surga!” Lalu aku menghampiri Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berkata, “Masuklah dan Rasulullah memberi kabar gembira bagimu dengan surga.” Lalu Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah di tepi sumur. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
     Dari Ali ia berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Abu Bakar dan Umar adalah penghulu para penghuni sirga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama sampai dengan orang-orang yang terakhir selain para nabi dan rasul. Janganlah beritahu mereka berduawahai Aliselama mereka berdua masih hidup’.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani)
     Demikianlah kisah perjalanan Abu Bakar, seorang Ash-Shiddiq yang telah menghabiskan seluruh umur dan hartanya untuk membela agama Allah, menolong Rasul-Nya, dan menjayakan agama-Nya.
     Berbahagialah engkau, wahai Abu Bakar dengan derajat yang sangat tinggi di dalam surga kelak.
     Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya penghuni surga pada derajat yang tinggi dilihat oleh mereka yang berada di bawahnya bagaikan bintang bercahaya di sebuah ufuk dari ufuk-ufuk langit dan sesungguhnya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab termasuk dari mereka dan lebih (tinggi) lagi’.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)

     Semoga Allah merahmatimu dan menempatkanmu di surga Firdaus yang tertinggi, wahai Ash-Shiddiq, dan semoga Allah menghimpun kami di akhirat kelak bersamamu.