Catatan Popular

Selasa, 15 Mac 2022

HIKAM ATHAILLAH SYARAH Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan KE 39 : Jangan Mengeluh kepada Selain Allah,

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

"Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan/hajat selain kepada Allah, sebab Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah ia akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada orang lain."

Penjelasan (Syarah) oleh Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan.

Adanya sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat [butuh] kepada bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat] jangan mengharap selain kepada Allah. Sebab segala sesuatu selain Allah itu juga berhajat seperti engkau. Sebab barangsiapa yang menyandarkan [menggantungkan nasib] pada sesuatu selain Allah, berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana, sebab tidak ada yang tetap selain Allah, yang selalu tetap karunia dan nikmat serta rahmat-nya kepadamu.

Syaikh Atha' al-Khurasani berkata:

"Saya bertemu dengan Wahab bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.

Maka berkata Wahb, “Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, tidak pada selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu.

"Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."

Syaikh Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata:

"Ketika saya di majlis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk disampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Jawabnya. 'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.

Dia bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab: Bahwasanya Allah telah berfiman: Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku. Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku. Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalaukan kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku. Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku. Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tidak ada dapat menyingkirkan selain Aku, maka mengapakah Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapakah ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?

 

Apakah Aku bakhil (kikir), sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang pikiran apa yang terpikir pada semuanya, lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku yang mengawasinya?

Alangkah sial (celaka) orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'.

Kemudian ia berkata:

“Demi Allah, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain'.”

Kesimpulan

Bersandarlah hanya kepada Allah, Berikhtiar lah sesuai petunjuk Allah.

HIKAM ATHAILLAH SYARAH SYEIKH MADINA KE 39 : Hanya Dia Yang Dapat Memenuhi Keperluanmu.

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

 Appeal to no one but Him to relieve you of a pressing need that He Himself has brought upon you. For how can someone else remove what He has imposed? And how can he who is unable to free himself of a pressing need free anyone else of one?

 

Jangan meminta sesuatu hajat kepada selain Allah sebab Dia sendiri yang menurunkan hajat itu kepadamu. Maka bagaimana mungkin sesuatu selain Dia akan mampu mengangkat segala apa yang diletakkan oleh-Nya. Dan bagaimana mungkin orang yang tidak mampu membebaskan dirinya dari suatu hajat akan dapat membebaskan orang lain dari sebuah hajat ? “

 

Penjelasan :-

 

Sh. Ibnu ‘Atho’illah berpesan apabila tibanya suatu bencana itu menyebabkan engkau berhajat kepada bantuan pertolongan, maka dalam tiap hajat jangan mengharap kepada selain Allah sebab segala sesuatu selain Allah itu juga mempunyai hajat seperti kau.

 

Sebab siapa yang menyandar/menggantungkan nasib pada sesuatu selain Allah, bererti tertipu oleh suatu bayangan khayal sebab tidak ada yang tetap kekal selain Allah. Hanya Allah selalu tetap kurnia dan nikmat rahmatNya kepada mu.

HIKAM ATHAILLAH SYARAH GURU LANANG KE 39 : HANYA ALLAH YANG DAPAT MENGHIDUPKAN SESEORANG DARI BENCANA

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

Laatarfa’ananna ilaa ghairihi haajatan huwa muuriduhaa ‘alaika fakaifa yarfa’u ghairahu maakaana huwalahu waadhi’aan man laayastathii’u an yarfa’a haajatan ‘an nafsihi fakaifa yastathii’u an yakuuna lahaa ‘an ghairihi raafi’aan.

 

Artinya : Janganlah sekali-kali kamu mengangkat (menginginkan) suatu hajat kepada selain Allah. Padahal Dia-lah yang menyampaikan hajat kepadamu. Maka bagaimanakah selain Allah itu dapat menghilangkan sesuatu hajat yang telah diletakkannya?. Orang tiada akan mampu menghilangkan sesuatu dari dirinya sendiri, maka bagaimanakah dia akan mampu menghilangkan hajat orang lain?”.

 

Segala sesuatu yang terjadi dan menimpa diri manusia, itu adalah merupakan cobaan yang datangnya dari Allah. Dan oleh karena  segala sesuatu itu datangnya dari Allah, maka hanya Allah pulalah yang dapat menyingkirkannya, sebagaimana firman-Nya yang tersebut dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 107, yang artinya :

Apabila Allah menimpakan suatu kemadharatan, maka tidak akan ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak akan ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Oleh karena itu, apabila suatu saat kita mendapatkan musibah, maka hendaknya kita memohon pertolongan kepada Allah, karena hanya Dia-lah yang dapat menghindarkan hamba-hamba-Nya dari berbagai macam musibah atau bencana.

Sehubungan dengan hal ini, tersebutlah riwayat pada suatu hari Muhammad bin Husen bin Hamdan sedang duduk di beranda masjid bersama Yazid bin Harun. Kemudian tiba-tiba muncullah seorang laki-laki asing yang lantas bertanya kepada Muhammad bin Husen tentang bagaimana cara menghilangkan bencana yang telah lama dialaminya akan tetapi belum jug berakhir.

Setelah mndengarkan pengaduan  dari orang asing tersebut, kemudian Muhammad bin Husen membacakan kepadanya sebuah kitab yang di dalamnya tertulis firman Allah, yang artinya :

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla berfirman : Demi kemulyaan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku, dan ketinggian-Ku di atas Arsy-Ku. Sungguh aku putuskan harapan orang yang mengharap kepada selain Aku dengan kekecewaan. Dan Aku kenakan pakaian kepadanya dari kehinaan di kalangan manusia. Dan Aku jauhkan dia dari dekat-Ku serta Aku putuskan hubungan dengan-Ku. Mengapa dia mengharap selain Aku di dalam kesukaran, padahal kesukaran itu ada dalam genggaman-Ku dan hanya Akulah yang dapat menyingkirkannya. Dan dia berharap kepada selain Aku dan dia mengetuk pintu selain pintu-Ku padahal pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Kulah yang terbuka bagi siapa saja yang mau berdo’a kepada-Ku. Siapakah yang pernah mengharap kepada-Ku untuk melepaskan kesukarannya lalu aku kecewakan. Dan siapakah yang pernah mengharap kepada-Ku dengan membawa dosa yang besar, kemudian aku putuskan harapannya? Atau siapa yang pernah mengutuk pintu-Ku lalu dia kubukakan?. Sesungguhnya Aku telah mengadakan hubungan langsung antara Aku dengan cita-cita dan harapan semua makhluq-Ku, lalu mengapa kamu bersandar selain Aku? Dan Aku rela dengan perlindungan-Ku. Dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan Malaikat yang tak bosan-bosan-Nya bertasbih kepada-Ku. Kemudian Aku perintahkan kepada Malaikat supaya tidak menutup pintu yang mendindingi antara Aku dengan hamba-hamba-Ku.

Aku akan tetapi mereka tidak percaya akan firman-Ku. Tidakkah mereka mengerti bahwa siapa saja yang ditimpa bencana yang Aku turunkan, tidak ada seorangpun yang dapat menyingkirkannya kecuali hanya Aku. Lalu mengapakah Aku melihat dia dengan semua angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari dapa-Ku. Mengapa dia tertipu oleh selain Aku?”.

HIKAM ATHAILLAH SYEIKH SUFI KE 39 - ALLAH YANG MEMENUHI SEGALA HAJAT (KEBUTUHAN) MANUSIA

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

“ Jangan mengadu (meminta) hajat kepada selain Allah, sebab Allahlah yang memberi (menurunkan) hajat itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang telah diletakkan oleh Allah. Siapa yang tidak bisa menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah akan dapat menyingkirkan bencana dari yang lainnya”.

 

Bila terjadi suatu bencana yang menimpa dirimuhingga engkau membutuhkan suatu pertolongan, maka jangan mengharap kepada selain Allah, karena segala sesuatu selain Allah juga mempunyai hajat (kebutuhan) seperti engkau. Ia tidak memenuhi hajatnya tanpa pertolongan Allah, maka bagaimana mungkin ia dapat memenuhi hajatmu.

 

‘Atha Al Khurasani berkata: “ Saya bertemu dengan wahb bin munabbih di suatu jalan, maka kemudian saya berkata kepadanya: “ Ceritakanlah suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah”. Maka wahb bin munabbih berkata: “ Allah telah memberi wahyu kepada nabi Dawud as. : “Hai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran Ku, tiada seorang hamba Ku yang minta pertolongan kepada Ku dengan sungguh-sungguh kepada Ku dan tidak pula pada selain Ku, Aku mengetahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan diperdaya oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan Aku pasti akan menghindarkannya dari semua itu. Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran Ku, tiada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk Ku, tidak kepadaku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya melainkan Aku putuskan ia dari rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan Aku biarkan ia dalam lembah jurang yang mana ia akan binasa.”

 

HIKAM ATHAILLAH SYARAH MAJLIS PASANTREN KE 39 -MENGADULAH KEPADA ALLAH

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

“Janganlah engkau mengadukan kebutuhanmu kepada selain Allah, karena Allah-lah yang mendatangkan atau mengirim “sifat butuh” itu kepadamu. Maka bagaimana selain Allah mampu menghilangkan apa yang telah Allah datangkan. Orang yang tidak kuasa untuk menghilangkan sifat butuh dari dirinya sendiri, maka bagaimana ia kuasa untuk menghilangkan kebutuhan yang ada pada orang lain”


Di dalam Al Quran surat An Nisa ayat 28, disebutkan bahwa Alloh menciptakan manusia dalam keadaan lemah,

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah”

Salah satu tanda lemahnya manusia, ia tidak bisa berdiri sendiri, ia selalu membutuhkan yang lain. Lapar butuh makan, haus butuh minum, sakit butuh kesembuhan dll.

Selama anda menjalani kehidupan, pernahkah anda dililit hutang, cicilan motor sudah habis tempo namun belum dibayar, anak sakit parah harus ke dokter, beras hanya cukup untuk satu kali masak lagi, apa yang anda butuhkan saat itu? Uang bukan?

Dalam kondisi seperti ini atau semisalnya, kebanyakan orang panik, mengeluhkannya kepada hampir semua orang yang ia temui, seakan-akan pengaduannya tersebut dapat menolongnya.

Bukan seperti itu cara menghadapinya, tapi mengadulah kepada Allah, karena Allah lah yang mensetting semua keadaan yang mendorong kita membutuhkan hal lain, dan Allah pula yang meletakkan “sifat butuh” itu di dalam diri kita. Jika Allah yang mengirim sifat butuh itu kedalam diri kita, maka hanya Allah pula yang bisa menghilangkannya (dengan memenuhi kebutuhan tersebut), bukan pihak lain. Orang lain juga sama punya kebutuhan dan masalah masing-masing

Setelah kita mengadukannya kepada Allah, boleh jadi Dia memberi kita semangat bekerja sebagai perantara uang yang kita butuhkan, jangan ingin instan mendapatkan uang dengan mudah, bekerjalah yang benar. Atau bahkan mungkin Allah menggerakkan hati hambaNya yang punya kelebihan harta untuk shodaqoh, dan Alloh taqdirkan kitalah yang menerimanya. Tidak apa-apa terima saja, yang jelek dan membuat cape itu mengejar-ngejar, minta-minta kepada manusia

Namun tidak pula hikmah ke 39 ini melarang kita untuk meminta bantuan kepada sesama manusia sebagai perantara pertolongan Allah, silahkan meminta bantuan, sebagai bentuk usaha kita selaku manusia. karena itu sudah sunnatulloh (aturan Allah). Tapi qalbu tetap bergantung kepada Allah

Mengenai hal ini, syekh Abdul Qadir al Jailani dalam kitab fathurrobbani memberikan nasihat sebagai berikut

 “Orang beriman itu menutupi kesusahannya dengan kegembiraannya. LAHIRNYA bergerak untuk berusaha, sedangkan BATHINNYA tenang bersama Tuhannya, lahirnya untuk keluarganya dan bathinnya untuk Tuhannya. Ia tidak menyiarkan rahasianya kepada keluarganya, anaknya, tetangganya, dan tidak seorangpun dari makhluk Tuhannya. Ia mendengar sabda baginda Nabi SAW : “mohon pertolonganlah atas urusan-urusan kamu sekalian dengan menyembunyikannya”

HIKAM ATHAILLAH SYARAH SYEIKH BUGIS KE 39 : HENDAKLAH MEMINTA KEPADA ALLAH JUA

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

"Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan selain kepada Allah, sebab Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu.

Maka bagaimanakah sesuatu selain Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada orang lain."

 

Adanya sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat [butuh] kepada bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat] jangan mengharap selain kepada Allah, sebab segala sesuatu selain Allah itu juga berhajat seperti engkau. Sebab barangsiapa yang menyandarkan [menggantungkan nasib] pada sesuatu selain Allah, berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana, sebab tidak ada yang tetap selain Allah yang selalu tetap karunia dan nikmat serta rahmat-nya kepadamu.

 

Athaa' al-Khurasani berkata: " Saya bertemu dengan Wahb bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'. Maka berkata Wahb, 'Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, tidak pada selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu, sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."

 

Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di majlis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk disampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Jawabnya. 'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.

 

Dia bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab: Bahwasanya Allah telah berfiman: Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku.

 

Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku.

 

Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalaukan kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku.

 

Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku. Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tidak ada dapat menyingkirkan selain Aku, maka mengapakah Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapakah ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku.

 

Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta? Apakah Aku bakhil [kikir], sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang pikiran ada yang terpikir pada semuanya, lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku yang mengawasinya? Alangkah sial [celaka] orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'.

 

Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'. Kemudian ia berkata: 'Demi Allah setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain'

HIKAM ATHAILLAH SYARAH USTAZ MUHAMMAD WAFI KE 39 : Mintalah Hajat Kepada Allah

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

"Janganlah Engkau mencari hajat kepada selain Allah (Dzat yang telah memenuhi semua hajat), bagaimana mungkin orang lain bisa memenuhi kebutuhanmu sedangkan Allah lah dzat yang telah memenuhi kebutuhannya. Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, bagaimana mungkin bisa memenuhi kebutuhan orang lain"

 

Allah adalah dzat yang paling dahulu). Orang yang bisa menghilangkan suatu penyakit atau segala sesuatu adalah orang yang menaruh sesuatu tersebut yaitu Allah SWT (yang menciptakan pertama kali)

 

Memang benar bahwa segala sesuatu itu ada sebab-sebab atau lebih dikenal dengan. Namun hal itu akan berfungsi jika bebarengan dengan perkara lain, seperti halnya menjadikan kenyang dengan adanya makan roti. Roti bukanlah perkara yang bisa menjadikan kenyang dengan sendirinya sebagaimana argumen Mu'tazilah. Namun yang menjadikan kenyang dalam hakikatnya adalah Allah SWT melalui perantaraan roti.

 

Sekarang ini banyak sekali orang yang salah persepsi dalam menanggapi adanya وسائط dan الاصل . Misalkan seorang Bupati memberikan hadiah kepada seseorang lewat tukang pos, maka orang tersebut akan berterima kasih kepada Bupati bukan pada tukang pos karena tukang pos hanyalah sebagai perantara saja (وسائط ) dan Bupati yang memberi hadiah tadi adalah sebagai الاصل . Begitu juga dengan obat, makanan dan lain-lain, semuanya adalah وسائط.

 

Allah memberikan musibah, penyakit dan siksaan, namun kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah SWT. Karena mereka tidak merasa bahwa semua itu berasal dari Allah maka mereka tidak mau berdo'a kepada Allah SWT.

 

Dunia ini bisa diibaratkan sebuah mobil. Yang menggerakkan mobil tersebut adalah sopir bukannya mesin mobil itu sendiri. Dunia juga tergantung pada yang menyetirnya yaitu Allah SWT. Namun walaupun semua itu berasal dari Allah bukan berarti kita harus meninggalkan سلوك (bekerja) karena bekerja adalah undang-undang Allah dan kita harus mentaatinya.

 

Orang yang baik adalah orang yang tidak hanya berterima kasih kepada الاصل namun juga mau berterima kasih kepada

"Orang yang tidak mau berterima kasih kepada manusia maka dia tidak akan berterima kasih kepada Allah SWT"

 

Oleh karena itu Allah SWT menciptakan mahluk dan juga menciptakan undang-undang untuk mengatur mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al 'A'rof : 54

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

 

Al-Amru di sini adalah undang-undang untuk memerintah dan mengatur manusia agar berjalan pada jalur yang lurus.

HIKAM ATHAILLAH SYARAH TOK FAKIR KE 39 : HAJAT DARIPADA ALLAH S.W.T, HANYA DIA DAPAT MELAKSANAKANNYA

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

“ JANGAN DIAJUKAN HAJATMU KEPADA SELAIN ALLAH S.W.T. ALLAH S.W.T YANG MENDATANGKAN HAJAT ITU KEPADA KAMU. SIAPAKAH YANG SELAIN ALLAH S.W.T DAPAT MENGANGKAT SESUATU YANG DILETAKKAN OLEH ALLAH S.W.T? BARANGSIAPA YANG TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN HAJAT DIRINYA SENDIRI, BAGAIMANA PULA DIA SANGGUP MELAKSANAKAN HAJAT ORANG LAIN.”

 

Dalam membentuk keperibadian tauhid, kita perlu melihat sesuatu dari asal mulanya hinggalah kepada penghabisan sampainya. Orang yang masih dalam proses membentuk keperibadian tauhid, diibaratkan jambatan tempat lalu-lintas yang datang dan yang pergi. Apa yang datang menceritakan asalnya dan yang pergi menceritakan tujuannya. Jambatan itu ialah hati dan yang datang itu bermacam-macam, antaranya adalah niat, harapan, angan-angan, cita-cita, hajat dan keinginan. Semuanya datang dari arah yang sama, semuanya bukan jenis benda yang berupa, tetapi adalah jenis tenaga atau kuasa ghaib. Walaupun ghaib, masing-masing itu mempunyai keupayaan dan kekuatan untuk memberi kesan kepada hati. Kesan yang berbeza-beza menyebabkan satu keupayaan dan kekuatan dapat dibezakan dengan keupayaan dan kekuatan yang lain. Boleh dikenal keupayaan dan kekuatan marah, benci, suka, niat, harapan, hajat dan lain-lain. Sumber datangnya segala-galanya ialah makam Lahut (zat Ilahiat), turun kepada makam Jabarut (sifat). Pada makam Jabarut muncullah Iradat dan Kudrat. Iradat dan Kudrat Allah s.w.t menjadi sumber kepada semua keupayaan dan kekuatan. Pancaran Iradat dan Kudrat diterima oleh Alam Malakut sebagai perintah Allah s.w.t. Iradat dan Kudrat yang diterima oleh para malaikat dinamakan Haula dan Kuwwata Allah s.w.t, lalu malaikat-malaikat yang menyambutnya mengucapkan:

 

Tidak ada keupayaan dan kekuatan melainkan (Iradat dan Kudrat) Allah s.w.t.

 

 Perintah-perintah yang berhubung dengan manusia dibawa turun dari Lahut kepada Jabarut kepada malakut dan kemudiannya kepada langit dunia atau langit pertama. Langit pertama adalah tempat pengasingan. Ketika Rasulullah s.a.w Mikraj, baginda s.a.w melihat dilangit pertama ada satu pintu ke syurga dan satu pintu ke neraka. Apa yang naik ke atas diasingkan di langit pertama dan apa yang turun ke bawah diasingkan juga di langit yang pertama.

 

 Perintah yang berupa kebaikan turun dari langit pertama dengan diiringi oleh malaikat hingga sampai kepada manusia. Perintah yang mengandungi keburukan diiringi oleh syaitan hingga sampai kepada manusia juga. Baik dan jahat hanya diasingkan apabila memasuki dunia. Pada Alam Malakut tidak ada jahat dan tidak ada baik kerana semuanya diterima oleh malaikat sebagai perintah Allah s.w.t. Malaikat yang memukul ahli neraka tidak membuat kezaliman tetapi melaksanakan perintah Allah s.w.t, tetapi manusia yang memukul manusia lain di dunia adalah melakukan kezaliman. Manusia dan jin yang mendiami alam dunia inilah yang dihadapkan dengan kebaikan dan kejahatan. Makhluk lain dalam dunia tidak memikul kebaikan dan kejahatan. Harimau yang memakan rusa tidak dikira melakukan kejahatan. Angin yang menerbangkan rumah orang tidak dikira sebagai melakukan kezaliman. Hanya manusia dan jin yang dipertanggungjawabkan memikul kebaikan dan kejahatan. Jin jenis jahat dinamakan syaitan. Syaitan sangat gemarkan apa sahaja yang jahat. Syaitan menanti dibawah bumbung langit dunia dan mengiringi keburukan yang turun dengan penuh sukaria hingga sampailah kepada hati manusia. Perkara yang baik diiringi oleh malaikat hingga selamat sampai kepada hati manusia. Walaupun begitu syaitan masih juga mencuba mengganggu perkara baik itu agar bertukar menjadi buruk, tetapi dihalang oleh malaikat.

 

 Setiap perkara yang diterima oleh hati, dibawa oleh malaikat dan syaitan, diberi berbagai-bagai nama mengikut kesannya kepada hati. Ada yang dipanggil niat, ada yang dipanggil keinginan dan ada yang dipanggil hajat serta banyak lagi nama yang digunakan untuk membezakan yang satu dengan yang lain. Setiap yang dibawa oleh malaikat adalah baik, maka lahirlah niat baik, kehendak yang baik dan hajat yang baik. Setiap yang dibawa oleh syaitan adalah buruk, maka lahirlah niat buruk, keinginan jahat dan hajat yang jahat. Biar apa pun istilah yang digunakan, yang pasti ia mempunyai keupayaan untuk menarik hati agar cenderung ke arah atau kepada sesuatu dan ada kekuatan yang memaksa hati untuk mengadakan tindakan mengarah kepada yang dicenderungi itu. Keupayaan dan kekuatannya bukan sahaja terhenti setakat hati dan anggota-anggota di bawah kawalannya sahaja, malah ia mampu bergerak melalui ruang dan zaman.

 

Keupayaan dan kekuatannya mampu mempengaruhi orang lain supaya bergerak ke arah yang sama. Misalnya, seorang pemimpin yang berwawasan mampu mempengaruhi orang ramai supaya bergerak ke arah wawasannya. Ketua penjahat juga mampu menekankan rencana jahatnya kepada anak buahnya. Wawasan dan rencana itu boleh diteruskan oleh orang lain dan boleh juga melintasi zaman lain walaupun orang yang memulakannya sudah meninggal dunia. Sebab itulah sesuatu amal yang dipelopori oleh seseorang kemudian menjadi ikutan orang lain maka si pelopor itu tetap bertanggungjawab ke atas perbuatan orang yang mengikutnya, kerana pada hakikatnya keupayaan dan kekuatan yang diterimanya itulah yang disebarkannya kepada orang lain.

 

 Makhluk yang pertama menerima keupayaan dan kekuatan jahat ialah iblis laknatullah dan daripadanya keupayaan dan kekuatan jahat itu tersebar. Sesiapa yang melakukan kejahatan dia berbuat demikian dengan tenaga iblis laknatullah. Makhluk yang pertama menerima keupayaan dan kekuatan baik ialah Nabi Muhammad s.a.w. Walaupun Nabi Adam a.s diciptakan terlebih dahulu daripada Nabi Muhammad s.a.w tetapi roh Nabi Muhammad s.a.w diciptakan terlebih dahulu dan roh Nabi Muhammad s.a.w itulah bekas yang pertama menerima tenaga baik. Sesiapa sahaja yang melakukan kebaikan maka dia berbuat demikian dengan menggunakan tenaga yang dibekalkan oleh Roh Muhammad s.a.w. Kejahatan tidak berpisah dengan iblis laknatullah. Kebaikan tidak berpisah dengan Muhammad s.a.w.

Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (semua makhluk pada semua zaman) ( Ayat 107 : Surah al-Anbiyaa’ )

 

Tidak ada satu pun makhluk yang memperolehi atau melakukan kebaikan melainkan ia bernaung di bawah rahmat yang Allah s.w.t telah tentukan kepada Nabi Muhammad s.a.w, walaupun kebaikan itu berlaku sebelum baginda s.a.w lahir ataupun sesudah baginda s.a.w wafat. Begitulah pandangan kita jika memandang kepada sempadan alam. Sekiranya pandangan kita tidak berubah dari asal mula sesuatu tentu Iradat dan Kudrat Allah s.w.t tidak terlindung daripada kita. Kita akan melihat bahawa Iradat dan Kudrat Allah s.w.t sahaja yang menimbulkan keupayaan dan kekuatan yang singgah kepada hati lalu dinamakan niat, kemahuan atau hajat. Iradat dan Kudrat Allah s.w.t yang sama juga memperjalankan niat, kemahuan dan hajat melalui ruang dan waktu. Semuanya adalah Iradat dan Kudrat Allah s.w.t.

Dan kamu tidak dapat menentukan kemahuan kamu (mengenai sesuatupun),  kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah. ( Ayat 29 : Surah at Takwiir )

“Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!” ( Ayat 96 : Surah as-Saaffaat )

 

Rasulullah s.a.w bersabda:

Sesiapa dibimbing oleh Allah s.w.t kepada jalan yang benar engkau tidak dapat menyesatkannya dan sesiapa yang dibimbing oleh Allah s.w.t kepada kesesatan engkau tidak dapat meluruskannya.

 

Kita sering ucapkan:

 

Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Allah s.w.t.

 

 Pandangan tauhid memperlihatkan kepada kita bahawa pada apa jua keadaan Iradat dan Kudrat Allah s.w.t tidak luput daripada kita walaupun dalam niat, harapan atau hajat. Apabila mata hati memandang dari asal mula hingga ke akhir tujuan tetap pada Allah s.w.t maka hati pun akan bersandar kepada Allah s.w.t sahaja, tidak lagi bergantung kepada sesama makhluk dan tidak juga kepada dirinya sendiri. Dirinya dan orang lain sama-sama dipikulkan beban. Orang yang memikul beban tidak mampu mengangkat bebannya sendiri, jauh sekali untuk mengangkat beban orang lain. Siapakah dari kalangan makhluk Allah s.w.t yang dapat mengubah apa yang Allah s.w.t telah tetapkan dengan Iradat-Nya dan laksanakan dengan Kudrat-Nya? Tidak ada yang boleh berbuat demikian melainkan Allah s.w.t.

 

Perintah berbentuk kebaikan yang dibawa oleh malaikat mudah kita mengerti dan terima sebagai Iradat dan Kudrat Allah s.w.t. Bagaimana pula ‘perintah’ keburukan yang dibawa oleh syaitan? Adakah kita perlu melakukan keburukan tersebut? Adakah Allah s.w.t memerintahkan kita berbuat jahat? Persoalan ini membuat kita keliru. Kita harus meneliti perkara ini dengan mendalam supaya tidak terjadi salah iktikad. Ibaratkan syaitan sebagai anjing dan Tuhan adalah Tuan yang memerintahnya. Anjing tidak akan menyalak dan menggigit jika tidak diizinkan atau diperintah oleh Tuannya. Andainya Tuan mengizinkan anjing menyalak dan menggigit kita kemungkinannya adalah kerana:

1:  Tuan murka kepada kita.

2:  Kita mencabar hak Tuan.

3:  Pada diri kita ada sesuatu yang digemari oleh anjing.

 

Apabila kita berhadapan dengan situasi seperti di atas kita mempunyai dua pilihan iaitu:

1: Kita membiarkan diri kita digigit oleh anjing. Jika yang menggigit itu adalah anjing gila maka kita juga akan terkena penyakit anjing gila.

2:  Kita lari kepada Tuannya dan merayu agar menghalau anjing itu daripada kita.

 

 Ketika menerima kedatangan ‘perintah’ supaya berbuat jahat kita mesti menerimanya dengan bijaksana agar kita tidak salah mentafsirkannya. Allah s.w.t selalu mengingatkan kita bahawa syaitan adalah musuh kepada manusia, dan layanlah syaitan itu sebagai musuh. Kita diajarkan supaya berlindung kepada Allah s.w.t dari syaitan yang kena rejam. Jika Allah Yang Maha Mulia menyuruh utusan yang sangat keji yang menjadi musuh kita, membawa  benda busuk kepada kita apakah yang dapat kita katakan tentang nilai diri kita pada pandangan Allah s.w.t? Nilai diri kita adalah sama dengan benda busuk yang dibawa oleh musuh kita itu, iaitu kita ini adalah umpama tong sampah yang layak untuk diisikan dengan sampah sarap.

Sekiranya kita menginsafi perkara tersebut, sebaik sahaja utusan yang keji itu dan benda yang busuk itu sampai kepada kita, tentu sekali kita akan jatuh pengsan kerana takut dan khuatir terhadap kehinaan diri kita dan kemurkaan Allah s.w.t kepada kita. Apabila sedar kita seharusnya menginsafi akan kejahatan dan kehinaan diri kita yang menyebabkan utusan yang jahat dan dilaknat membawa benda kotor dan busuk kepada kita. Kita seharusnya menyucikan diri kita agar kekotoran hilang. Kita sepatutnya memperbanyakkan taubat, memohon keampunan dan belas kasihan daripada Allah s.w.t. Kita sepatutnya memperbaiki diri kita, bukan membaham benda busuk yang dibawa oleh utusan yang keji itu. Oleh sebab yang datang itu dengan keizinan Allah s.w.t ia membawa kekuatan yang tidak terdaya kita menentangnya dengan kekuatan diri kita sendiri. Sebab itulah kita diajarkan supaya mengadu kepada Allah s.w.t dan meminta perlindungan-Nya.

Sekiranya kita menentangnya dengan kekuatan diri kita sendiri, kita akan tewas, tetapi jika kita berlindung di bawah payung kekuatan Allah s.w.t kita akan menang. Jadi, dalam menghadapi perintah baik dan ‘perintah’ jahat kita mesti lari kepada Allah s.w.t kerana segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t dan hanya Dia yang mampu menangani segala sesuatu itu.

 

Penting bagi orang yang melatih kerohaniannya memerhatikan gerak hatinya kerana ia adalah utusan yang membawa perkhabaran dan pemberi petunjuk. Jika kita selalu dikunjungi oleh utusan yang membawa kejahatan itu tandanya kita berada jauh dari Allah s.w.t, Tuan Yang Maha Mulia.

 

Perutusan yang sampai itu merupakan teguran agar kita membetulkan jalan. Jalan yang sesuai untuk kita pilih dan lari ke dalamnya ialah bertaubat, beristighfar, mengingati balasan terhadap dosa, mengingati mati dan takut dengan sebenar-benar takut kepada Allah s.w.t yang berbuat sekehendak-Nya tanpa boleh dihalang oleh sesiapa pun. Jika perutusan yang datang membawa kebaikan maka jalan yang patut ditempuh ialah memperbanyakkan syukur, puji-pujian terhadap-Nya, mensucikan-Nya, serta memperteguhkan tawakal dan reda dengan takdir-Nya. Gerak hati atau lintasan hati adalah Kalam Allah s.w.t yang membawa perintah, teguran, nasihat dan tanda-tanda. Semuanya menjadi ujian kepada hati itu sendiri.

HIKAM ATHAILLAH SYARAH SYEIKH SAID RAMADHAN AL BUTHI KE 39 - Jangan menyampaikan hajatmu pada selain Allah

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

 

“Jangan menyampaikan hajatmu pada selain Allah, sebab mereka tak berhak untuk hal semacam itu. Allah-lah yang menakdirkanmu jadi demikian"

“Orang yang tak mampu memenuhi hajatnya sendiri, bagaimana mungkin ia akan jadi tumpuan orang lain saat problem menghinggapi mereka?”



Kesimpulan sementara dari kalam hikmah ini adalah: jangan pernah berpikir untuk minta bantuan orang lain saat Anda punya problem.

 

Seruwet apapun masalah yang Anda hadapi, maka jadikanlah Allah sebagai tumpuan utama. Sebab hanya Allah semata yang bisa menolong Anda. Agar mental diri tak pesimis, maka Anda harus tahu aturan kerja psikologis diri dulu. Sebelum curhat pada Allah, Anda harus MUHASABAH dulu.

 

MUHASABAH artinya introspeksi diri. Sering-seringlah Anda menghitung kebaikan dan keburukan diri sendiri. Lalu coba Anda kaitkan dengan takdir Allah. Jika Anda seorang Muslim dan percaya akan ketuhanan Allah, maka Anda juga harus percaya takdir Allah. Takdir hidup Anda baik ataukah buruk? Bahwa takdir dan kepastian Allah-lah yang membuat hidup Anda jadi penuh warna dengan berbagai macam problem, musibah dan cobaan lainnya. Fungsikan juga nalar akal yang Allah limpahkan pada Anda, ajak ia tuk ikut berpikir.

 

Sering-seringlah menjadikan akal sebagai media mengenal Allah. Sebab dengan demikian, secara perlahan nalar Anda akan jadi lurus. Dengan terbiasa menalar Allah dengan benar, insyaAllah akal jadi tunduk.

 

Sekarang kita start ke awal lagi. “Jangan menyampaikan hajatmu kepada selain Allah, sebab mereka tak berhak untuk hal semacam itu”.

 

Hikmah Ibnu Athaillah ini mengajak kita untuk mengokohkan keyakinan. Mantap pada takdir dan keputusan Allah, bahwa dibalik itu ada hikmah. Coba di nalar, umpama Anda punya teman yang sering memberi sesuatu yang istimewa pada Anda. Apakah Anda akan melupakan kebaikannya? Tentu saja tidak. Perbuatan yang baik dan berharga, kadang sulit terhapus dari memori alam pikir normal. Kebaikan selalu dikenang selamanya. Tapi, yang namanya manusia kadang cepat lupa. Lupa pada jasa-jasa dan lupa akan kebaikan orang-orang disekitarnya. Bahkan mungkin tanpa disadari.

 

Jika Anda seorang akademik, masih ingatkah pada guru Anda dahulu. Bila Anda seorang yang religius dan punya banyak pengikut, mungkinkah anda ingat pada guru yang mengajari Anda baca al-Quran dahulu? ingatkah Anda pada orang-orang disekitar yang jadi memotivasi masa kecil Anda?

 

Apalagi jika ingatan Anda dikaitkan pada kasih sayang Allah, apakah Anda ingat pemberian-pemberian Allah yang berlimpahan? Mungkinkah Anda ingat? Bagaimana mungkin akan lupa pada segala pemberian Allah, padahal setiap tarikan nafas Anda adalah anugerah teragung dari-Nya.

 

Mengherankan sekali jika Anda sibuk mengurusi kekayaan, sedang Anda lupa bahwa Allah yang melimpahkan harta-harta tersebut kepadanya. Mengherankan sekali bila Anda sibuk mengurusi keindahan dan kebugaran tubuh, padahal Allah-lah yang merancang keindahan tubuh Anda!

 

Hal-hal semacam inilah yang kadang buat Anda lupa pada keagungan anugerah Allah selama hidup. Pemberian Allah tentunya lebih berharga. Dunia dan segala isinya semua adalah maha karya Allah yang sangat agung. Kita ini hanya penghuninya. Kita harus tunduk pada ketentuan- ketentuan Allah.

 

Jika bisa di analogikan, dunia ini layaknya perahu/mobil sedangkan Anda adalah mesinnya. Maka berkat Anda mobil itu bisa berjalan normal. Berkat Anda pula mobil itu bisa memacu kecepatannya hingga bisa melesat sedemikian cepat. Fungsi Anda di dunia sangat besar. Tapi ingatlah bahwa Anda hanyalah mesin. Anda tak bisa jalan jika tak dihidupkan dan dikemudikan oleh seorang yang handal menyetir.

 

Lalu siapakah sang penyetir itu? Jawabannya adalah, Allah. Maka ketahuilah bahwa Allah yang menyetir segala hal di dunia ini. Bukan yang lain. Yang maha kuasa atas segalanya hanya Allah. Tak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah. Ingat itu ya, agar iman Anda makin kuat.

 

Tanamkan dalam-dalam di hati bahwa hanya Allah tuhan yang wajib di sembah. Tak ada tuhan selain Dia. Allah maha agung diatas segala- segalanya.

 

Lalu bagaimana cara menyikapi kehidupan yang berliku-liku ini? Apakah kita akan berpangku tangan begitu saja? Tentu saja tidak kan. Anda sebagai penghuni dunia ini tentu tak bisa mengelak dari berbagai macam problem dan masalah yang mewarnai kehidupan Anda. Anda tak mungkin bisa menghindar dari masalah- masalah yang melanda. Maka aturan berikutnya adalah menjalani hidup dengan penuh semangat.

 

Jalanilah hidup ini dengan hati penuh kemantapan. Hadapilah setiap masalah dengan gagah berani dan tanpa gentar. Jiwa kuat tak mundur dari problem. Tentunya harus tetap bertumpu pada satu titik paling agung: Allah. Insyaallah mental Anda akan jauh lebih dewasa dan tambah bijak. Saat semua manusia sibuk dengan kepentingan sendiri-sendiri, jadilah Anda orang yang santun pada sesama. Baik pada yang muda dan hormat pada yang tua.

 

Sabda Rasulullah: "Siapa yang tak berterima kasih pada manusia, maka berarti ia tak bersyukur pada Allah" (HR Imam at-Turmudzi).

 

Kita ambil saja hikmah hidup ini, sebab segala yang terjadi disekitar kita pasti sesuai dengan kehendak Allah. Semua hal pasti ada hikmahnya. Semua kebaikan dan keburukan adalah atas kehendak Allah. Yang bisa dilakukan hanya usaha. Berusaha untuk jadi pribadi yang baik dan selalu baik hingga usia penutupan nanti.

HIKAM ATHAILLAH SYARAH SYEIKH ABDULLAH ASY- SYARQAWI AL KHALWATI KE 39 – JANGAN MENGADU SELAIN ALLAH

Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:

“Jangan mengadukan musibah kepada selain Allah. Karena Allah semata yang menurunkannya. Bagaimana mungkin selain Allah dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-Nya? Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya sendiri bisa “

 

            Jika ada musibah yang menimpamu, jangan kau meminta kepada selain Allah untuk menghilangkannya karena yang menurunkan musibah itu adalah Allah. Ingat, Allahlah Yang Unggul dan tak ada yang bisa mengalahkan-Nya.

            Orang yang tak bisa mengangkat musibahnya sendiri mustahil mampu mengangkat musibah yang menimpa orang lain.

            Kesimpulannya, siapapun selain Allah, sekalipun itu seorang raja, tidak akan mampu mengangkat musibah orang lain. Selain itu, ia pun tentu lebih mencintai dirinya sendiri daripada orang lain. Demikian pula, jika memang benar ia mampu memberi manfaat kepada orang lain, tentu ia akan mendatangkan manfaat kepada dirinya sendiri terlebih dahulu. Namun kenyataannya, ia tidak mampu mendatangkan itu. Perlu diingat, tak ada kelemahan melebihi kelemahan dalam memberi manfaat kepada diri sendiri.

            Oleh karena itu, teramat sempit akalmu jika dalam hajat dan musibahmu kau bergantung pada orang yang juga butuh pertolongan seperti dirimu.