Catatan Popular

Rabu, 28 Oktober 2015

KISAH SEORANG SAYYID BERNAMA NASIRI MENGUNJUNGI JUNAID



Seorang sayyid bernama Nasiri, sedang melakukan perjalanan ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di Baghdad ia pun pergi mengunjungi Junaid.
' 'Dari manakah engkau datang, sayy id ?", Junaid bertanya setelah menjawab salam.
"Aku datang dari Ghilan", jawab sang sayyid
"Keturunan siapakah engkau?", tanya Junaid.
"Aku adalah keturunan 'Ali, pangeran kaum Muslimin, semoga Allah memberkatinya", jawabnya.
"Nenek moyangmu itu bersenjatakan dua bilah pedang", ujar Junaid. "Yang satu untuk melawan orang-orang kafir dan yang lain-nya untuk melawan dirinya sendiri. Pada saat ini, sebagai puteranya, pedang manakah yang engkau gunakan?"
Sang sayyid menangis sedih mendengarkan kata-kata ini. Direbahkannya dirinya di depan Junaid dan berkatalah ia:
"Guru, di sinilah ibadah hajiku. Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Allah".
"Dadamu adalah tempat bernaung Allah. Usahakanlah sedaya upayamu agar tidak ada yang cemar memasuki tempat bernaungNya itu".
"Hanya itulah yang ingin kuketahui", si sayyid berkata.

KISAH LAPAN MURID ISTIMEWA JUNAID



Junaid mempunyai delapan orang murid istimewa yang melaksanakan setiap buah fikirannya. Pada suatu hari, terfikirkan oleh mereka bahwa mereka harus terjun ke perang suci.
Keesokan paginya Junaid menyuruh pelayannya mempersiapkan perlengkapan perang. Beserta kedelapan orang murid tersebut ia lalu berangkat ke medan perang.
Ketika kedua belah pihak yang bertempur saling berhadapan. tampillah seorang satria perkasa dari pasukan kafir itu, lantas dibinasakannya kedelapan murid Junaid.
"Aku menengadah ke atas langit", Junaid mengisahkan, "dan di sana terlihat olehku sembilan buah usungan.
Roh masing-masing dari kedelapan muridku yang syahid itu diangkat ke sebuah usungan: jadi masih ada satu usungan yang kosong. 'Usungan yang masih kosong itu tentulah untukku', aku berfikir dan karena itu akupun mencebur kembali ke dalam kancah pertempuran.
Tetapi satria perkasa yang telah membunuh kedelapan sahabatku itu tampil dan berkata: 'Abul Qasim, usungan yang kesembilan itu adalah untukku. Kembalilah ke Baghdad dan jadilah seorang syeikh untuk kaum Muslimin. Dan bawalah aku ke dalam Islam".

"Maka jadilah ia seorang Muslim. Dengan pedang yang telah digunakannya untuk membunuh kedelapan muridku itu iapun berbalik membunuh orang-orang kafir dalam jumlah yang sama. Kemudian ia sendiri terbunuh sebagai seorang syuhada.
Rohnya". Junaid mengakhiri kisahnya, "ditaruh ke atas usungan yang masih kosong tadi. Kemudian kesembilan usungan itu menghilang tidak terlihat lagi".

SEORANG MURID KESAYANGAN JUNAID



Syeikh Junaid mempunyai seorang murid yang dicintainya melebihi muridnya yang lain. Murid-murid lain merasa iri, hal ini disadari oleh syeikh melalui anugerah ksyafnya.

"Sesungguhnya ia melebihi kalian di dalam tingkah laku dan tingkat pemahamannya", Junaid menjelaskan kepada mereka. "Begitulah menurut pandanganku. Tetapi marilah kita membuat sebuah percobaan agar kalian semua menyadari hal itu".

Kemudian Junaid memerintahkan agar dua puluh ekor burung dibawakan kepadanya.
"Ambil burung-burung ini oleh kalian, seekor seorang", Junaid berkata kepada murid-muridnya. "Bawalah burung itu ke suatu tempat yang tak terlihat oleh siapa pun juga, kemudian bunuhlah. Setelah itu bawalah kembali ke sini".
Setiap murid pergi dengan membawa seekor burung, membunuh burung itu dan membawa bangkainya kembali, kecuali murid ke-sayangan Junaid itu. Ia pulang dengan membawa seekor burung yang masih hidup.
"Mengapa tak kau bunuh burungmu itu?", Junaid bertanya kepadanya.
"Karena guru mengatakan hal itu harus dilakukan di suatu tempat yang tidak dapat dilihat oleh siapa pun juga", jawab si murid. "Dan ke mana pun aku pergi, Allah senantiasa menyaksikannya".
"Kalian saksikanlah tingkat pemahamannya!", Junaid berkata kepada seluruh muridnya. "Bandingkanlah dengan yang lain-lain-nya".

Semua murid Junaid segera mohon ampunan Allah.

KISAH PERTAUBATAN MURID JUNAID



Suatu hari, salah seorang murid Junaid melakukan satu kesalahan kecil. Karena malu ia melarikan diri dan tidak mau pulang. Beberapa hari kemudian, ketika berjalan-jalan dengan sahabat-sahabat di dalam pasar, tiba-tiba terlihatlah oleh Junaid muridnya itu. Si murid lari karena malu.
"Seekor burung kita terlepas dari sangkar", Junaid berseru kepada sahabat-sahabatnya dan mengejar si murid.
Ketika menoleh ke belakang, si murid melihat bahwa syeikh membuntutinya. Maka ia pun mempercepat larinya. Akhirnya ia bertemu jalan buntu, karena malu ia tetap menghadapkan mukanya ke tembok. Tak lama kemudian si syeikh telah berada di tempat itu.
"Hendak kemanakah engkau guru?", si murid bertanya kepada Junaid.
"Apabila seseorang membentur dinding, seorang syeikh dapat memberikan bantuannya", jawab junaid.
Murid itu dibawanya pulang ke Tekkia. Sesampainya di sana si murid menjatuhkan dirinya di depan kaki sang guru dan memohon ampun kepada Allah. Semua yang menyaksikan pcmandangan ini tergugah hatinya; banyak di antara mereka yang ikut bertaubat.

KISAH MURID JUNAID BERMUKA HITAM



Salah seorang murid Junaid menyendiri di sebuah tempat yang terpencil di kota Bashrah, Suatu malam, sebuah fikiran buruk terlintas di dalam hatinya.
Ketika ia memandang ke dalam cermin terlihatlah olehnya betapa wajahnya telah berubah hitam. la sangat terperanjat. Segala daya upaya dilakukan untuk membersihkan wajahnya tetapi sia-sia.
Sedemikian malunya dia sehingga tidak berani menunjukkan mukanya kepada siapa pun. Setelah tiga hari berlalu, barulah kehitaman wajahnya kembali normal sedikit demi sedikit.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Siapakah itu", ia bertanya.
"Aku datang untuk mengantar surat dari Junaid", sebuah sahutan dari luar.
Si murid membaca surat Junaid.
"Mengapa tidak engkau jaga tingkah lakumu di hadapan Yang Maha Besar. Telah tiga hari tiga malam aku bekerja sebagai seorang tukang celup untuk memutihkan kembali wajahmu yang hitam itu".